[caption id="attachment_198193" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Karikatur 75"][/caption]
“Belajarlah Ilmu walau ke Negeri Cina – itu Hadits Rasullah dalam konteks yang positif.
Kalau seseorang menyebut-nyebut ‘Cina atau orientasi Agama lain’ dengan konteks negatif --- itu merusak masyarakat.
Tetapi Orang Jakarte adalah masyarakat yang majemuk dan cerdas --- kalau enggak cerdas, masa Masyarakat Islam Jakarte bisa tolerans dalam kasus Piagam Jakarta --- dalam penyusunan Undang-undang Dasar 1945.
Entah mau dinamakan Bahasa Jakarte itu, Melayu Kasar, Melayu Pasar kek --- entah Bahasa Melayu jenis atau pun apa terminologinya --- tetapi masyarakat Jakarte diikat dalam kerangka Bahasa Melayu Pasar (konon begitu metamorphose perkembangannya).
Pluralisme --- Sunda, Banten, Jawa, Cina, Arab, Manado, Ambon, Minang entah suku nasional apapun --- datang dan tinggal di Jakarta dengan membawa budaya, agama, bahasa, adat kebiasaannya --- di Jakarta sejak jaman Batavia VOC sampai Hindia Belanda, jaman Jayakarta --- bergaul, berdagang di Bandar Jakarta, yah, mempergunakan bahasa Melayu Jakarte, Melayu pasar sampai menjadi Bahasa Sumpah Pemuda
Lantas Bahasa Nasional --- Bahasa Indonesia. Orang Jakarta masih mau berlogat Jakarte --- boleh aje !
Nama komunitas Penduduk Jakarta adalah Masyarakat Jakarte.
Lha, calon Gubernur DKI Jakarta --- masyarakat tinggal pilih, kalau percaya calon prima asal suku Ambon Pilih Ambon --- percaya Keturunan Arab, pilihlah dia --- ada Calon anak Bugis, ayo pilih --- emangnya die, orang kite Jakarte ! Orang WNI pada bae Je !
Jokowi Orang Jawa, memang terpercaya dengan prestasi dan kepribadiannya yang cocok untuk Jakarta --- biar die yang memimpin Jakarte !
Jangan sebut-sebut Cina-cine --- Kalau dia calon terbaik, pilih dia walaupun namanya Ahok atau Aseng.
Yang nyebut Cine Jawe siape ? Entah.
Entah Dai, entah Birokrat, entah Gubernur --- entah siape, yang penting perhatiin, konotasi ceramahnye atawe penjelasannye.
Ih, calon Gubernur DKI Foke ---“menebar tabir asap, seolah-olah nyebut-nyebut ‘Cina’ atau Jawa , bisa lurus kalau hanya diucapkan Dai saja “ (?).
Yang lurus itu hanya ucapan Rasullullah : “Tuntutlah Ilmu walau sampai ke Negeri Cina !”
Ini Kutipan dari Kompas.com (04/8) :
“…………… Terkait ceramah yang disampaikan oleh raja dangdut Rhoma Irama yang diduga berbau SARA, Foke mengatakan, dalam kapasitas Rhoma Irama sebagai da'i, tindakannya tidak salah. "Sebagai da'i tentunya yang ia katakan tidaklah salah," katanya………………. “
Masa sih ? (Kroco)
“Kok Balipotan angku !”
[MWA] (Karikatur Sospol-75)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H