[caption id="attachment_194940" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-puisi ds08"][/caption]
Deru pesawat telah berlalu
Berikutnya
Ini Indonesia --- para calo berjejal menawarkan paranoidisme Indonesia
Pemerasan
Perkosaan
Tipu-tipu, di mana saja begitu
Terduduk di kursi taman, di bawah palmacae dan pohon perdu
Di bangku beton --- duduk berdua, setelah reda amokan para calo di pelabuhan.
Di taksi
Setelah masa perantauan engkau ke Pucong aku di Sarawak
Di taksi, pandangan pertama
Makan soto di Jalan Sungai Deli
Kerinduan berbeca berdua --- terperangkap bising dan macetnya kota
Kukalungkan pelukan mencoba nyaman di kota yang mengembalikan masa remaja.
Di hotel berpelukan, mengembalikan kenangan kau dan aku
Sesudahnya --- bercerita tentang Tatik, Dian dan Alex
Perkebunan sawit dan instrumen-instrumen yang dihasilkan pabrik
Kita pergi.
Di Hotel Omah Sinten duduk bertiga --- minum kopi di Café sambil menunggu kau ke salon
Orang-orang ramah seperti Ida di Yosodipuran, lantas ada Asih di Boyolali
Pabrik mebel --- terkenang akan Paul dan Oemar Effendi antara Gundih dan Keradenan
Kenangan lama seperti kayu jati, baby komodo, baby-box untuk ekspor
Di panas terik mentari antara Pasar Gde dan Karang Pandan
Dalam kepanikan trayek terakhir --- kita berpandangan
Di anduk itu baumu dan bauku bersetubuh
Di bibir gelas di Café Suroloyo --- bibirmu dan bibirku berpagut
Orang membaca puisi --- kita memandang Gunung Suroloyo di Padepokan
Terdiam
Ada hitung-hitungan weton antara kau dan aku --- seperti di Parangkusumo
Jam 3.30 pagi burung mulai berkicau
Jam 6.30 petang travel melaju bergerak, dan aku teringat tempat tidur berkelambu
Antara Yogyakarta dan Kebumen jemari-jemari bersetubuh --- mengintip jendela ada bulan purnama di sana.
Kenangan lama bisa saja berputar-putar kembali seperti masa di depan teras rumah Jalan Ismailiah, atau tempat ujian di rumah Profesor Kertonegoro
Kini
Kita berlari-lari di Bandara --- terkenang tertidur di ranjang dengan balutan sarung
Sarung warna ungu kotak-kotak besar plekat warna ungu-hitam-putih, tidak sadar diri
Dini hari
Jam 3.30 pagi duduk berdua di atas trolley --- cep, ciuman singkat
Sebelum check-in --- cep, ciuman singkat di atas trolley
Cep ciuman kenangan tentang jatuh cinta antara kau dan aku
Antara bibir-bibir dan lidah Ratih dan Kamajaya --- cep nancep ! (singkat sekilas).
[MWA] (Puisi di atas Sofa #08)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H