Lihat ke Halaman Asli

Si Jundai, Sa Sindai, Kesurupan --- 3 Penyakit Seram ! (Features-69)

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1343178335960128969

[caption id="attachment_196113" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis-Features 69"][/caption]

(1)

Orgasme ia kesurupan --- ketika mencapai orgasme ia kejang-kejang. Penyakit seram !

Betul itu Wak ? Iyalah !

Suami keponakan berkonsultasi --- “mengapa, apa yang sebenarnya yang dialami-nya ?

“Kau menikmatinya ? Anggaplah itu sebagai sensasi !”

“Dia juga benar-benar mencapai orgasme ?”“Iya Wak !”

“Bagus !”

(2)

Terkenang puluhan tahun dulu --- perawan kalau akan dinikahkan, selalu dipagari “anti Si Jundai”.Karena dikuatirkan menjelang akad nikah, atau sewaktu duduk di pelaminan, atau yang paling seram ‘tu menjelang “diperawani” …………….. mendadak ia diserang “Si Jundai !”

“Sekarang ‘tu tidak ada lagi kekuatiran tentang itu “. Kata Johanner, paranormal dari Sanggau, Kalimantan Barat.

“Mengapa pula begitu?”

“Mungkin sesuai dengan data Survey ……………. 60 persen anak gadis telah tidak perawan lagi ketika memasuki alam perkawinan” kata Johanner.

“Jadi penyakit Si Jundai ‘tu sebenarnya psikologi ketakutan, kecemasan, patah hati, kecewa, dan segala ketidak-tahuan tentang ketidak pastian, atau penyesalan dan sanksi sosial ?”

“Ya, begitulah”

(3)

Protes pada Guru Ngaji (pada hari pertama), yang mengajarkan cerita ancaman setan pada hari pertama pertemuan dengan cucu kecil, anak TK.

“Bu, tidak perlu itu cerita setan penggoda, setan masuk di dalam jiwa yang kosong, tidak perlu itu ajaran tentang setan yang bertugas merasuk ke jiwa gadis-gadis, atau setan adalah musuh manusia”

Langsung mengoreksi alam pikiran gadis kecil itu --- bahwa setan adalah makhluk yang mudah dikalahkan --- …………… bukankah dengan”Allahu Akbar saja “ ia telah terlempar berkilo-kilo meter ?Syaiton adalah pecundang menghadapi manusia.

***

Heran --- mengapa gadis-gadis berjilbab yang selalu menjadi sasaran Kesurupan ? Lihatlah berita, tontonlah peristiwa --- semua dihubungkan dengan setan penunggu Toilet yang lembab dan kotor !

Dengan, pojok sekolah atau pohon waru di belakang sekolah yang akan digusur dibangun --- konon di situlah ruang dan tempat yang dihuni para setan, iblis, jembalang dan dedemit.

Jadi jangan tanamkan cerita setan si penggoda pada Balita, gadis remaja dan anak kanak-kanak --- biarkan ia menemukan bahwa setan, iblis, monster sihir melalui film kartoon, bacaan cerita, dan lain-lain dengan dialog penjelasan --- jangan biarkan ajaran sesat yang massif antara malaikat dan setan merusak-menghuni akal sehat mereka.

Ceritakan secara konklusif bahwa, Syaiton dan Iblis makhluk lemah terkalahkan !

Mereka tidak lebih hebat dari binatang buas --- yang nyatanya harus dilindungi Manusia eksistensinya, untuk hidup berdampingan !

(3)

Sudah --- sekarang entah penyakit ataukah cerita horror. Sasindai !

Di kampung penulis di Sumatera Bagian Selatan sana --- penduduk selalu harus waspada pada Sasindai, makhluk yang agak cerdas yang bentuknya seperti Chimpanse (bandingkan dengan Orang Bunian yang malu-malu terhadap manusia di Sumatera Bagian Utara --- makhluk itu sebangsa Hobbit dalam cerita sihir Harry Porter).

Sasindai makhluk yang sangat piawai menirukan tabiat dan kebiasaan seseorang.

Ia selalu melakukan observasi dan survey berhari-hari, tidak sembarangan --- lantas ia akan menirukan kelakuan itu sebagai peran suami atau isteri sasaran-nya.

Tujuannya hanya ingin mencapai orgasme dengan pasangan-sasarannya itu !

Ia selalu bersikap sangat romantis-mengasyik-kan.

Kalau engkau ingin menangkal jebakannya (hanya satu) : “Waspada !”

Makhluk itu dapat di-identifikasi secara fisik, ia mempunyai tapak kaki yang mengarah ke belakang --- penulis pernah menyaksikannya di Medan (?) beberapa puluh tahun yang lalu.

Ia akan menjadi penyakit jiwa, kalau anda sering cemas dan kesepian …………………

[MWA] (Features-69)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline