Dia wanita cantik --- susunan giginya pun telah disempurnakan pula. Tetapi dalam hidupnya sebagai remaja ia tidak begitu beruntung. Cinta monyet di umurnya yang ke-14 --- hampir merenggut nyawanya. Anton kekasihnya itu mahasiswa IPB, dapat bea siswa langsung meninggalkannya di Indonesia.
Kini ia di semester VI --- teringat waktu di SMA, ia salah satu anggota Cheer Leader, sedang mekar-mekarnya. Bercintaan dengan guru OR --- mereka tertangkap sedang pacaran di kelas menjelang magrib. Guru itu dipecat.
Ia pacaran dengan Slamet, mahasiswa Landscape --- kali ini terputusnya percintaan Netti sungguh tragis. Puting Beliung sore Sabtu itu meluncurkan kepingan Baliho iklan --- potongan plat baja meluncur menerabas orang-orang yang berlindung di bawah Jembatan Penyebrangan itu. Enam korban, Slamet cidera terparah. Di Cipto, nyawanya tidak tertolong.
Kemudian Netti berganti-ganti pacar sepanjang masa mahasiswa --- putus-putus saja kasusnya. Ia bosan pacaran dengan orang sebaya --- sesama mahasiswa. Ia mulai melihat di luar kampus, kebetulan ada kegiatan di jejaring sosial yang memungkinkan.
Ia pacaran dengan Allan --- orang Depkeu, sekarang Kemenkeu.Pacarnya mungkin tergolong koruptor juga --- karena tiba-tiba saja ia kena skorsing.Netti sudah cocok, bahkan mereka telah merencanakan perkawinan. Memang nasib, lelaki itu tiba-tiba menghilang…………..
Menghilangkan jejakkah ?Ataukah ia dihilangkan ?Netti tidak punya daya dan wewenang untuk melacaknya --- Karena ada pula kabar, anak-lelaki itu ngabur ke luar negeri, malah ada yang memperkirakan ia telah mengganti kewarganegaraan.Negeri mini di Lautan Teduh.
Netti terus dirundung malang dalam percintaan --- umurnya kini 23 tahun, ia sudah cukup modal --- toko semacam butik, sungguh menghiburnya, karena memang ia senang mode --- untuk itu ia mengambil kursus pula. Merancang Busana, lingkungan baru.
Dari Biro Jodoh ia mendapatkan informasi ada 12 pria yang berkecimpung di Tekstil dan Produk Tekstil --- 12 Orang yang telah ditelitinya dari foto dan video, konon dia diantara 8 wanita yang juga mempunyai kesempatan yang sama untuk dating.
Acara rendez vous itu di selenggarakan di kota pusat mode Indonesia, di Bandung --- mereka boleh mengatur booking hotel kesukaan masing-masing.
Pria yang akan menjadi pasangan Netti sungguh sudah sangat berkenan baginya --- barangkali si pria juga telah mendapatkan kecocokan detail.
Pria itu akan mendapatkan kira-kira : wanita mandiri, pengusaha, 23, musik klasik-country, siap nikah --- pria idaman berumur 30-35, bujangan/duda tanpa anak, Sumatera/Jawa/Bali-NTT.
Netti juga sudah hapal banget dengan wajah, perawakan tubuh, bahkan body-language pria itu sangat menawan. Tubuhnya sepertinya atletis, macho, metropolis, residen di Bandung --- umur 35, pemilik pabrik sarung dan garment pakaian muslim.
Memang Haji Denin Adenin masih cukup muda --- ia pewaris tunggal Pabrik Tekstil yang sudah berdiri sejak 1955.Walaupun produksinya tidak terbesar di Majalaya --- tetapi ia beken sebagai eksportir sarung ke Afrika.Dia sudah 3 kali menikah --- cerai tanpa anak. Pesantren yang selalu dibantunya pun telah pernah pula mensponsori istri kali ke-3-nya.
Ia malu, perkawinannya yang ketiga tidak sampai bertahan 3 bulan --- dia digugat cerai. Ia beralih ke Biro Jodoh --- dengan harapan akan menemukan calon yang berumur 25-30-an, juga tanpa anak --- boleh janda boleh perawan.
Netti puas betul dengan penampilan Haji Denin Adenin --- semula dibayangkan Netti model-model haji pesantrenan.Memang ia pernah kuliah di Irak, tetapi yang diandalkannya yakni, kuliahnya yang di Business School, Singapura.
Pembicaraan mereka menyambung --- tampaknya kedua sejoli itu berbahagia dengan acara “round table itu”.Mereka berdampingan bertelekan pagar besi di suasana remang-remang, sambil memandang Bandung bawah dengan kelompok-kelompok lampu.
Adenin senang dengan cara Netti membelitkan kedua tangan mereka --- ada kesempatan Adenin memuji-muji rambut hitam Netti --- ia merasakan suara dan usapan jemari Netti mempunyai arus yang “membangunkan”--- walaupun tergolong perawan, tetapi cara dan respons sensualitasnya membangunkan.
Tangan haji Denin Adenin menyibakkan rambut Netti --- ia ingin menggunakan kesempatan untuk mencium bahu kanan Netti --- memang Netti berpakaian dengan potongan “one shoulder” ala Michele Obama ……..
“Astagfirullah, “ istigfar haji muda itu mengurungkan niat nafsu haram itu --- ada kekaguman dan kesimpulan Netti bahwa Adenin mengurungkan niat melakukan eskalasi romantik --- ditunda karena keinsyafan.
Mereka kembali ke round table, berbincang-bincang mengenai perdagangan tekstil dan betapa repotnya kredit untuk meremajakan pabrik.
Netti memang tidak akan mengumbar kehangatan --- biarlah tertunda tidak apa-apa. Ia pulang ke hotelnya seperti harimau betina yang lapar --- ia duduk di coffee-shop, menanti seorang lelaki yang akan melanjutkan irama romantika malam itu.
Haji Denin Adenin, terlalu tua, geloranya tidak melonjak-lonjak, bahkan Netti menginginkan lelaki yang super hangat --- yang mengandalkan sentuhan dan senses.
Perpisahannya pun tidak romantis --- hanya semacam toast saja.
Haji Denin Adenin terhenyak di mobilnya --- ia sama sekali tidak sreg dengan Tatto di kuduk Netti, yang tersembunyi --- hitam kemerahan, ada kehijau-tuaan, entah gambar bunga, entah semacam monogram.Ia tancap gas ke rumah mewahnya di bilangan Lembang. Putus.
[MWA] (Cermin Haiku -28)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H