Menyaksikan Sumber Daya Indonesia tersia-sia --- sementara Alutsista compang-camping, Kesempatan Kerja tidak menyiapkan dorongan investasi yang kondusif --- Kemiskinan sangat tinggi (malu dengan Cina yang dapat mengentaskan Kemiskinan dengan jumlah berpuluh kali lipat, dan dengan Kecepatan Mengagumkan) --- Rakyat mau usaha dikenakan Bunga Pinjaman yang lebih tinggi.
Mengapa dibiarkan Sistem Gelap memiskinkan Rakyat Indonesia ?
Pencurian APBN secara sistematis oleh anggota Parlemen --- memperkaya diri dan Partainya --- dengan maksud melanggengkan kekuasaan, periode demi periode --- seperti Blue Print Feodalisme.
Birokrasi melakukan Budaya korupsi --- sepertinya Negara tidak berdaya.
Sementara :
*Konstitusi menyatakan Indonesia Negara Republik.
*Pancasila menyatakan NKRI Negeri Kerakyatan yang dipimpin Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyarawatan/ Perwakilan.
*Undang Dasar –undang Dasar 1945 Amandemen, Bab XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial (silakan baca Pasal 33 dan Pasal 34 selengkapnya)
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3)
(4)
Masya Allah, Pendiri Republik Indonesia telah menyediakan landasan Idiil dan Strukturil --- lantas Gerakan Reformasi menyempurnakan Konstitusi itu.
Mengapa Sistem dan Pemerintah tidak mampu menyelamatkan Sumber Daya dan Kekayaan Indonesia ?
Mengapa ?
Mengapa --- mengapa ?
Mengapa Budaya Korupsi membangun Sistem Gelap, SDM Pengkhianat melakukan korupsi “dengan Seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya “ --- terus menerus, dan Kekuasan Gelap makin kuat di Indonesia ?
Apakah tidak ada Manusia yang Berjiwa Negarawan mampu menyelamatkan Amanat Penderitaan Rakyat Indonesia ?
Apakah para Karuptor dan Orang-orang Partai Politik itu bukan ber-Bangsa-kan Indonesia ?
Apakah Partai Politik di Indonesia sadar atau tanpa sadar telah membangun Feodalisme di sini ?
[MWA] (Karikatur Sospol -35)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H