Wah --- jaman Krisis Moneter Bank Indonesia membuat banyak blunder, malah Gubernur dan Pejabat terasnya banyak terlibat kasus Korupsi dan Manipulasi. Untungnya di Indonesia penyelesaian hukumnya --- enteng, hilang-hilang timbul …………….. lantas hilang. Banyak Tindak Kejahatan Bank yang hilang begitu saja ……………… seperti kotoran yang dihanyutkan Kali Ciliwung.
Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Otoritas Moneter mencelakakan Perekonomian Indonesia --- asset Bank-bank Konglomerat Hitam hilang-timbul tenggelam dalam manipulasi proses penyelesaian Krisis Multi-dimensi itu (mulai 1997).
Badan-badan resmi dan Ad hoc meriah rayahan dalam gelimang Kebijakan yang buntut-buntutnya koruptif --- NKRI harus terbelenggu dalam Hutang menalangi BLBI ---lebih dari Rp 600 triliun.
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah Biaya yang sangat mahal yang harus ditanggung Rakyat Indonesia.
Siapa yang membina Bank-bank Komersial milik Konglomerat itu ?Para Bankir Konglomerat itu mendapatkan modal murah meriah --- lantas masih pula mendapat bantuan likuiditas --- Rakyat Indonesia (mayoritas) mendapatkan apa ?
NKRI terpaksa membayar cicilan hutang dan bunganya sepanjang jaman --- Kekayaan Sumber Daya Indonesia tergadai.
Siapa yang diuntungkan ?
Para Manipulator – Koruptor – Konglomerat Hitam dan Pejabat-pejabat Resmi dan Ad Hoc yang beruntung --- yang mengail di air keruh !
Sistem yang dihasilkan oleh Mismanagement plus paradigma koruptif dan manipulatif telah mendistribusikan Kekayaan Sumber DayaIndonesia masuk --- ke Pasar Uang, Pencucian Uang, Penyelundupan Kekayaan Indonesia illegal ke Luar Negeri.
Kini Sumber Daya Modal dan Keuangan itu masuk lagi di Pasar (yang memang diperlukan Perekonomian Indonesia ) --- Sumber Daya Indonesia kembali disadari atau tidak menjadi ajang money-laundry yang dibiayai oleh produktivitas Indonesia.
Indonesia masih tetap dalam jaringan penghisapan Kapitalisme dengan cara --- seperti pepatah Nenek Moyang , “…………… Minyaknya penggorengnya …………… “
Pasar Modal lebih banyak menguntungkan “mereka” dari pada Rakyat dalam Negera ini.
Siapa yang diuntungkan situasi dan kondisi ini ?Mereka itulah --- mereka ada yang berada di dalam Negeri, ada pula di Luar Negeri --- nomenklatur mereka bisa “pejabat” bisa pula “investor”.
Ahoy lemak nian, Jang !
Mahal banget membiayai Negara ini dengan kesia-siaan Economics of Corruption ---
Siapa Negarawan Indonesia yang bisa me-restore penjajahan model ini ?
[MWA] (Karikatur Sospol – 30)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H