Lihat ke Halaman Asli

Produk automotive SMKA ; Strategi Cina di Pasar Global

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13268994821727137714

Membanggakan menyaksikan produk Kiat ESEMKA --- lantas disusul apresiasi yang dilakukan Walikota Surakarta --- mengguna produk itu menjadi mobil dinasnya. Syukur bergantian saling menanggapi sejumlah pejabat yang menghargai kinerja SMKA.

 

 

 

Berikutnya susul menyusul berita mengenai produk atau prototype hasil karya siswa SMKA, sangat membanggakan --- selain automotive juga ada inovasi produk yang mungkin dapat menjadi pengembangan teknologi yang dibutuhkan bangsa.

 

 

Khusus mengenai hasil karya yang langsung mengisi kerinduan Bangsa Indonesia terhadap Mobil Nasional --- sudah lebih 30-an tahunan kita menyaksikan beberapa prototype Mobnas, dari berbagai merk internasional.

 

 

Bermacam-macam nama telah menghiasi kenangan kita ; Mora (mobil rakyat) sempat sejumlah unitnya dipasarkan dan beroperasi; Maleo, dan macam-macam merk yang telah dipromosikan sebagai proyek Mobnas dengan harga lebih murah. Kemudian hilang begitu saja dari pasaran dan jalan raya, atau lenyap saja konsep  dan wacana semacam itu.

 

 

 

 

Pertengahan 1990-an tampil Mobnas merk Timor (ex Sephia) dan Cakra/Nenggala ---ketiganya berasal branding Korea Selatan;  sudah dipasarkan dan beroperasi di Indonesia ---- nyatanya sampai hari ini Indonesia belum mempunyai Mobnas yang bisa berkembang produktif.

 

 

Beberapa hari yang lalu ada berita di TV lagi: “ Siswa SMKA Bojonegoro berhasil merakit mobil jenis pick up dalam 4 hari” .  Konon komponennya buatan Cina. Terkesiap.

 

 

Bagus.

 

 

Industri perakitan mobil telah lama dikembangkan oleh Pemegang Merk --- merk berasal dari Jepang, Korea, Eropa dan Amerika.  Strategi industri Indonesia tentunya mengarah sebanyak mungkin ‘local content’ turut mengisi produk tersebut --- sehingga suatu saat industri  automotive bisa dikembangkan Indonesia. Mobil Nasional.

 

 

Kiat Esemka, kini konon telah memperoleh pesanan indent lebih 6000 unit --- tidak diketahui apakah jumlah itu telah mencapai skala ekonomis sebagai industry, atau tidak.  Juga tidak diketahui berapa prosen komponen lokalnya.  Menurut informasi komponennya juga dominan produk Cina.

 

 

Memang komponen produk Cina murah dapat bersaing --- semoga saja mobnas itu juga telah menata ‘after sale service-nya’ nantinya.

 

 

Sebenarnya automotive, produk assembling komponen Cina sudah banyak sekali berkeliaran di kota kecil dan desa --- terutama automotive bergaya beca motor atau pun buggy dan go-cart. Mengenai sertifikasinya tidak tahu, apa ada.

 

Alat transport kelas Bajaj --- juga mungkin hanya assembling. Bajaj, konon pabriknya yang berasal dari India, belum mencapai kesepakatan dengan Kebijakan Pemerintah. Dulu juga tampak Tuk Tuk sejenis Bajaj beroda 3, dan ada pula beroda 4, berasal dari Thailand --- tidak jelas mengapa tidak berkelanjutan. Apakah skala ekonomisnya tidak tercapai ?

 

 

Membaca buku Ancaman Sang Naga, Strategi China Menggempur Dominasi Pesaing Mapan di Pasar Global;  Ming Zeng – Peter J. Williamson, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008. Yang menguraikan bagaimana Cina melakukan terobosan dengan strategi yang jitu.

 

 -

Cina melakukan inovasi biaya, pengembangan R&D, dan membeli merk yang mempunyai existing pasar --- itu strateginya,  mudah saja ia menerobos pasar dunia. Berbagai barang berteknologi buatan Cina kini merajalela ke seluruh dunia.

 

 

Untuk menerobos pasar automotive Indonesia --- setelah mengkaji analisa industrial intelligent --- Cina harus masuk melalui segment pasar kendaraan niaga, alat transport dengan harga terjangkau.

 

 

Rugikah Indonesia ?   Enggak juga --- dari pada  menantikan hasil R&D yang tidak mau,  atau tidak bisa diaplikasikan --- lebih baiklah Indonesia menjadi tukang assembling alias tukang merakit dulu. Ahli pemasarannya pun telah menyiapkan strategi.  Melu bae le.

 

 

Tetapi, ya tetapi --- kesempatan industri Cina menerobos kemari, tetap saja Indonesia harus mempunyai strategi pengembangan industrial.

 

Harus cerdas jadi pembonceng kemajuan pertumbuhan ekonomi Cina.

 

Agar Indonesia jangan hanya menjadi Pasar dan Negara Penempatan Industri Outsourcing belaka. Kembangkanlah tautannya ke arah backward dan forward linkage bagi  sektor-sektor lainnya. Kepalang Cina juga masih membutuhkan impor bahan dari Indonesia,

 

[MWA] (EkonomiNet -43)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline