Lihat ke Halaman Asli

Ohoo, Nasi Goreng Tambotique; Variasi Sambal Tuk Elok; Lalaban Eksotik Melayu!

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

132659121986440549

(1)

Musim hujan, banjir, rumah terendam --- selalu sediakan kelapa di rumah atau di Koelkast. Tuangkan santan secukupnya ke wajan, panaskan --- hirup sekali-kali aromanya. Aroma mau divariasikan, terserah anda (banyak rempah-rempahan lainnya)

Santan segera menjadi minyak --- nah, kepala santan yang ngambang (Orang Kampung menamakannya ‘tahi minyak’) itu, yang mempunyai rasa dan aroma khas gurih tadi. Itulah ‘tambotik’ --- petualang Portugis atau Perancis abad-abad beuheula, sebangsa Tome Pires, menulis di dalam catatannya, Tambotique.

Segera manfaatkan aroma yang sedap itu, dengan mencemplungkan irisan cabe, bawang, garam secukupnya (jangan kuatir suka-suka kamu ber-inovasi --- jangan terikat resep --- yang penting kamu mengerti fungsi setiap unsur bumbu).

Wadhuh, aroma mengembara sampai kemana-mana ( biasanya suami terbangun dari peraduan atau kursinya, menyusul ke dapur --- anak-anak pun berebut merubung); anda teruskan saja mengaduk-aduk nasi dan bumbu tadi --- aroma merata, rasa merata, anda boleh mengangkatnya.

Pasti suami (atau istri) dan anak-anak merubung menyerbu meja makan (kalau mempunyai meja makan lho).

“Bu, mengapa ibu tidak bubuhi irisan daging, atau kornet, apalagi sosis ? (Kalau mau, dan ada) --- o, krupuk udang atau krupuk ungker murahan juga tidak apa-apa ! (sediakan).

“Suwir-suwiran ikan goreng juga enak pa --- mau ?” (gorengan ikan teri boleh, disusulkan seperlunya okay --- lantas kalau gaya Singapura sehat ditaburi toge !)

(2)

Musim hujan tuk Elok selalu memanjakan anak-cucunya dengan sambal-sambal variatif --- bisa sambal goreng plus gorengan kacang kedele --- pedas, kretuk-kretuk, dan sehat. Dia prefer sambal segar.

Sebenarnya resep sambal segar dadakan, standard --- bahan yang membuat pedas (berbagai jenis cabe merah atau cabe rawit) seperlunya, bawang, lantas garam, gula (suka-suka), terasi suka-suka (bisa diganti ikan aso-asokering, kepala ikan asin/peda, ebi/udang kering --- terserah kamu, yang penting ada jiwa inovatif sebagai Orang Merdeka !).

Itu resep dengan pakem ala Orang Nusantara.

Kalau U ke Palembang --- mampir di restoran Pindang Meranjat, wah, tentu anda disuguhi berbagai jenis sambal Orang Melayu.Itu mengingatkan kita pada Tuk Elok, nenek yang juga ahli variasi sambal-sambal Melayu.

Sebetulnya warisan variasi sambal Tuk Elok, simpel !Cita rasa sambel yang lekker itu tergantung bahan asamnya dan pengolahan resep standard.

a.Bahan dikukus, atau dipanggang, atau digoreng(terkadang plus kelapa dipanggang lantas diparut atau parutan kelapa disangrai)

b.Di proses di cobek (batu/kayu, atau tanah tembikar), atau di lumpang batu/kayu --- hasil penelitian Eyang --- muntu atau ulegan, atau alunya, terbuat dari bahan apa ? Itu mempengaruhi rasa --- dan bersifat Herbalistic !

Lantas apa variasi asam Sambal Warisan Tuk Elok ?Pilih berdasarkan pilihan demokratis di rumah --- atau boleh juga berdasarkan suasana hati (mendobrak kemurungan, romantic, erotis, keakraban, mencairkan kebuntuan komunikasi, dan ready stock on hand ………………)

Rasakanlah cita rasa yang berbeda-beda mempengaruhi suasana hati dan batin. Gunakan pilihan asam-pengasaman berikut ini :

-Asam Jawa, Asam Glugur, Mangga muda,

-Blimbing Wuluh, Blimbing Sagi, Nenas muda, Tomat, Cung Kediro, Kemang (Orang Medan menyebutnya Asam Binjai), Asam Kandis, atau terserah anda ………………. Untuk tujuan pengobatan (mempengaruhi hormonal atau seksual), penyembuhan atau sekedar kawan lauk makan).

(3)

Makan di warung atau restoran Sunda --- pasti sehat wal afiat bila memilih lalaban segar mentah. Tetapi ini kesempatan anda mencari Lalaban eksotis --- disebut Orang Melayu ‘Ulam Eksotis’ --- ada berbentuk buah, daun, batang, atau pulur, bahkan umbut tumbuh-tumbuhan (Khasiatnya ?Tentu ada )

Catat dan cari !

-Daun Pegaga ( Pegagan, Gagan, Antanan, Gatucola)

-Daun muda Jambu Mete (Jambu monyet, Medhe)

-Buah Borkung (kalau Jengkol dan Pete sudah biasa)

-Buah Kabaw (idem ditto)

-Batang Kemuna (sebangsa Keladi, Caladium --- awas bangsa Calladium bqnyqk yang gatal dan beracun !), Kemuna persis tumbuhan Keladi, berwarna hijau muda cerah --- sudah jarang ditanam orang, di Sekitar kota Medan barangkali ada bibitnya. Dikunyah rapuh, krenyes-krenyes, rasanya enak segar.

-Batang Humbuk (batang rotan muda).

-Umbut batang pisang Hutan (lebih enak dicincang dengan panggangan Burung Ruakruak);terakhir lalaban,

-Daun muda Singkil, pewangi mulut dan tubuh anda (rada romantic dan erotic)

(4)

Kembangkan Inovasi kuliner-mu --- Ekonomi Kreatif !

[MWA] (fFeatures -37)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline