Lihat ke Halaman Asli

Kelompok Tidak Dikenal (?); GPK; OPM; GAM --- Ektremis atau Teroris atau malah Separatis ?

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_148005" align="aligncenter" width="298" caption="Pilih Beras Buang Antah (Pepatah Melayu)"][/caption]

Ono-ono bae Sira --- Kelompok tidak Dikenal;  ini negerimu, rumput bergoyang pun harus kamu ketahui. Imigran gelap yang menyusur dari ujung utara sampai menjelajah sepanjang Sunda Kecil pun harus kamu antisipasi. Harus kamu kenal ciri dan motifnya.

 

 

Masa penembakan di Papua yang merupakan serentetan peristiwa --- masih disebut “Kelompok Tidak dikenal”

Kalau rombongan imigran gelap bisa ditemukan di Lho Seumawe, di Siantar di Lampung, di Banten, di Sragen di Pulau Sumba di Pulau Timor-lah --- bolehlah kamu tidak segera bisa membedakan apakah Afghan, Pakistan atau Iran, kalau Tamil atau Orang Rohingya-Birma --- tentu secara antropolgis bisa engkau pilah wujudnya, motifnya, dan lain-lainnya.

 

Untuk indikasi di Papua dan Aceh harus kamu selesaikan dengan Segera,  Tegas dan Bijaksana.  Mereka adalah WNI yang seharusnya berpegang pada Konstitusi yang sama.

 

Imigran berkali-kali kabur, bisa mengontrak bis, kapal dan rumah penampungan --- itu jelas pula jaringan mereka lebih kuat dari Birokrasi-mu. Mengapa demikian ?

Bisa urusan UNHCR , bisa pula jaringan subversi itu, bisa Budaya Koruptif --- itu  kategorinya.

 

 

Untuk Aceh dan Papua --- juga sudah jelas siapa counterpart kamu berunding berdialog:

 

  • 1. Pihak Rakyat, Masyarakat, atau Kelompok Orang yang --- kecewa; caramu berunding bisa face to face --- berdialog memecahkan masalah  yang dihadapi. Secara demokratis dan kelembagaan
  • 2.Untuk kelompok Orang yang sudah berideologi Separatisme --- kalau kamu berunding, jangan disatukan dengan kelompok pertama.  Karena kelompok ini bisa mempunyai kekuatan politik internasional dan diplomatik. Keliru kamu melangkah bisa menuju plebesit atau referendum.  Perundingan macet mungkin alternatif berikutnya --- perjuangan bersenjata.  Perang Gerilya berhadapan dengan Kekuatan Kontra-Gerilya.  Tidak mungkin lain.

 

Kamu boleh bersikap, dan pelihara itu dalam perundingan bahwa “ini adalah masalah Dalam Negeri Indonesia --- yang pasti Faksi Pertama tidak boleh digabung dalam perundingan dialog bersama-sama Faksi Kedua.  Karena konsesi yang diberikan berbeda intensitasnya.

 

Faksi Kedua mempunyai Tujuan Akhir : berpisah dari NKRI --- peluang konsesi sekecil apa pun mempunyai risiko.  Engkau ditakluk-kan.

 

Bagaimana tekanan intervensi Asing ?   Lakukanlah dengan cerdas, untuk itu kami bayar gaji dan fasilitasmu dengan mahal.

 

Bertindaklah Cerdas, Komprehensif dan Berdaulat.

 

 

Ingat pepatah Nenek Moyangmu : Pilih Beras buang Antahnya !  (Faksi Pertama bukan Antah --- ia harus kamu tampi sebagai Beras).

 

Selamat Bekerja, jangan bertele-tele akhirnya konsesi tercecer (Berantas Budaya Korupsi --- ingat kekalahan di Propinsi Timor Timur disebabkan Budaya Koruptif).

 

Contra prinsipia negantem disputari non potest --- Berhadapan dengan orang yang mengingkari prinsip-prinsip, tidak mungkin untuk dapat berembug.

 

[MWA] (PolhankamNet -38)

*)Ilustrasi ex Internet




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline