Lihat ke Halaman Asli

Ancaman ke-Lapar-an --- Tercekik Selera dapat Kiriman Lebaran [EkoniNet – 22]

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_129895" align="aligncenter" width="400" caption="Pak, Kami Rakyat Miskin di Jawa --- masih bisa mengguris tumpahan angkutan beras, mengumpulkan sisa panen belum tersabit, masih masih mengais Nasi Aking --- di Tanah Gersang, umbi Singkong pun tidak benas. Bagaimana kami untuk melanjutkan Hidup?"][/caption]

Membaca Kompas, 6 September 2011, berita Ancaman Kelaparan terhadap 720 transmigran di unit pemukiman transmigrasi Desa Uluwae --- tampaknyaa ini proyek transmigrasi lokal (?).

Mereka itu di-proyek-kan untuk menghasilkan apa ?   Apa potensi desa dan kawasan itu  ?   Dalam Network Planning tentunya selain kedua pertanyaan mendasar itu --- tentunya ada time-frame yang menjamin mereka memperoleh “kemajuan” --- janganlah melakukan transmigrasi atau relokasi tanpa jaminan kelangsungan kehidupan..  Mereka itu Rakyatmu.

Jangan Amanat Penderitaan Rakyat disepelekan --- tanpa pertanggungjawaban.

Jangan memindahkan tempat untuk menjalani penderitaan --- kasihanilah Rakyat.   Apa potensi mereka --- petanikah, pengalaman bertani apa ? Nelayan, atau petani garamkah,  atau profesi apa sebelumnya ?

Desa para transmigrasi itu di Uluwae, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur.  Sebenarnya proyek transmigrasi itu sudah sejak kapan ?         Digambarkan di sana menanam ubi kayu (Singkong) selama 2 tahun --- tidak menghasilkan umbi apa pun.  

He, kejam amat kamu !

Desa Trans mereka itu terpencil 45 kilometer utara Bajawa, infra struktur hancur-hancuran --- secara ekonomis pastilah mereka harus ditolong untuk berproduksi --- dan distribusi kebutuhan mereka.  Untuk mencari makanan kaum wanita di sana mencari umbi-umbian di hutan --- itu pun tidak pasti dapat; sementara yang lelaki mencari pekerjaan proyek atau bangunan.

Pihak Kabupaten akan melakukan program Padat Karya, bagus.  Dan program semacam itu harus menjadi satu paket dalam APBD seharusnya --- sampai mereka dapat berproduksi.

Pada informasi lebih lanjutnya --- rupanya mereka mengalami gagal panen : jagung  (ditanam Oktober) dan kacang hijau (Februari).  Tanah   gersang dan kekeringan telah mematikan pohon singkong dan pisang --- tanah gersang itu kini retak-retak, sukar untuk ditanami dalam musim basah beriktut ini.  Lantas ?

Badan Ketahanan Pangan NTT akan mengajari mereka memproduksi “pangan lokal” --- apa gaplek (mana singkongnya),?   Adakah  Rumbia atau Aren untuk menghasilkan Sagu ?

Teringat beberapa tahun yang lalu --- seorang sahabat, Paul Usfinit,  Pemuda Timor Timur, yang kuliah (bea siswa) di Jawa, tammat , lantas membangun usaha di Jawa, karena isterinya Orang Solo, dengan beberapa anak.  Ia mengabarkan pulang ke NTT untuk menanam ‘Jarak’  --- proyek menanam jarak untuk bahan “bio fuel” antara lain --- belakangan ia menelpon, mengabarkan  bahwa proyek itu gagal --- tidak ada kelanjutan penampungan hasil produksi jarak tersebut (?).

Bagaimana nasib proyek itu ?  Tanaman jarak memang mungkin cocok dengan alam NTT, tetapi Pemerintah harus serius menangani, membina dan menjamin feasablity proyek.  Jangan “main ngabur tanpa juntrungannya”  --- proyek semacam itu harus ada jaminan linkage (outward) , syukur inward-nya pun memadai --- sehingga penduduk yang turut proyek itu atau terkait pula dengan proyek transmigrasi.  Benar-benar mempunyai “Hari Depan yang Cerah”.

Mereka itu Rakyat-mu !  Hari Depan mereka harus secerah Nasib-mu.

…………………………………………..

Anak sepulang kerja, membawakan “berkat lebaran”, semacam ketupat ketan --- menjadi hambar, karena terkenang demikian sengsara ancaman kelaparan di Proyek Transmigrasi di daerah gersang itu.  Batang leher terasa tercekik.

Pemerintah --- Insyaflah, bekerjalah dengan jujur dan bertanggungjawab.  Jadilah Negarawan yang Visioner.  Cukup Sandang Pangan dan Jaminan pekerjaan dan penghasilan bagi Rakyat-mu.

“Princeps non dignus huic ad imitandum, pecunia reipublicae abusus confessus in custodiam datus est. Estne fur ? (Khazanah  Proverbia Latina) ---   He Pembesar, yang tidak pantas ditiru itu, mengaku telah menyalahgunakan uang negara dan dijebloskan ke dalam tahanan. Apa itu maling ?

Ya, mereka Maling ![MWA]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline