Lihat ke Halaman Asli

East Asia Summit, DR Mahathir Mohamad; APEC – Honolulu, dan TPP Obama

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

 

[caption id="attachment_143469" align="aligncenter" width="200" caption="Dr. Mahathir Mohamad --- Pemimpin ASEAN (Malaysia), yang jelas Konsepnya dalam Krisis Moneter Asia 1997-98 menentang IMF dan Amerika Serikat; jelas pula konsepnya tentang Gagasan APEC, di-counter dengan East Asia Summit (Asean). "][/caption]

Presiden RI Susilo hadir di Pertemuan Ceo APEC- Honolulu --- pemikirannya telah dikemukakan (berita TVRI), beliau mengemukakan pengalaman mengatasi krisis, isu ekstremisme, ancaman korupsi dan perubahan iklim.

 

Justru yang menarik adalah gagasan Amerika Serikat yang diusung oleh Presiden Obama --- Trans-Pacific Partnership (TPP), yang dikritik sebagai usaha AS memecah-belah APEC. Lho ?

AS sebagai Tuan Rumah menciptakan agenda baru lagi --- Mereka menargetkan kesepakatan baru pada tahun 2012 --- mereka itu terdiri 9 Negara, yakni : AS, Australia, Selandia Baru, Vietnam, Malaysia, Singapura, Brunei, Cile dan Peru.Indonesia tidak potensialkah ?

Teringat tokoh Asean,  berkaliber Negarawan yang berhasil meletakkan kemajuan Ekonomi dan Sosial di Malaysia. Ketika APEC pada tahun 1989 didirikan .adalah Perdana Menteri Malaysia waktu itu Dr. Mahathir Mohamad yang tidak menyambut hangat --- ia tampil dengan gagasan lain.Forum yang menghimpun Negara-negara Asia Timur.Tahun 1990-an gagasan itu masuk dalam Lingkaran Asean. Yakni East AsiaSummit (EAS).

 

Apakah demikian tajam Visi Mahathir Mohamad --- ia telah melihat Abad XXI adalah abad Asia, Begitu pula antara lain, yang dikatakan oleh PresidenRI dalam pidatonya di Honolulu, kemarin (TVRI 13/11). Ini adalah Abad Asia, Asia Timur adalah kekuatan ekonomi yang kini kepada siapa Dunia bersandar untuk mengatasi ancaman ResesiGlobal.

Obama melakukan pertemuan dengan Presiden Cina Hu Jintao, di Honolulu --- dalam pidatonya pun, Presiden Obama mengkritik Kebijakan Cina --- agar Cina melepaskan kendalinya atas sistem kurs Yuan.Bahkan kemarin sebelum pembukaan Pertemuan APEC, Menteri Keuangan AS Timothy Geithner pun menyerukan hal yang sama.

 

Namun Cina tetap menolak liberalisasi kurs Yuan. Itu baru namanya Pemimpin Kelas Dunia.Lantas apa untungnya bagi Indonesia menghadapi situasi Perang Dagang dan FinansialAS dengan Cina ini ?Apa yang bisa dipetik ?

 

Menurut Harian Kompas ( 14/11), “Obama yang berbicara setelah Hu Jintao, menyatakan kefrustrasian AS atas perilaku perdagangan China yang dinilai tidak adil, termasuk nilai mata uang China yang sengaja dibiarkan rendah….”. Namanya juga dagang, dan menegakkan hegemoni, begitulah!

 

Pahit memang bagi Amerika Serikat pada saat ini (Enggak tahu bagaimana rasanya bagi para Pemimpin Indonesia bersikap, atas keprihatinan perekonomian global ini).

Obama dan Hu Jintao membawakan peran mereka sebagai Pemimpin Super Power --- lantas apa yang bisa dipetik Indonesia dari Forum itu ?Tidak bisa apa-apa.Indonesia adalah Negara yang kini perekonomiannya pun sangat tergantung atas kestabilan dan pertumbuhan perekonomian Cina --- sebagaimana Negara lain di dunia, termasuk AS dan Eropa zona Euro.

 

Tetapi --- Indonesia bisa menyontoh apa yang dilakukan Cina sejak Reformasi 1978 oleh Deng Xiaopeng.Perkuat ekonomi dalam negeri, persiapkan syarat yang menguntungkan untuk investor datang berinvestasi, dan Berantas Budaya Korupsi dengan keras dan tegas.

 

Tembak Mati para Koruptor --- jangan neko-neko dalam penegakan hukum.Sampai sekarang ‘kanIndonesia tidak kondusif bagi para Investor.Mau apa ?

[MWA] (EkonomiNet – 33)

*)Ilustrasi ex Wikipedia.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline