Lihat ke Halaman Asli

Marsinah, Pahlawan Buruh yang Dibunuh - Syekh Siti Jenar dan Kadhaffi yang Mati

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_142862" align="aligncenter" width="362" caption="Kartu Mati --- Para Koruptor akan mati cara Kadhaffi."][/caption]

(1)

Dari buku yang berjejal, dan

Deretan Nama-mu pahlawanku --- Mr. Sjafruddin Sang Presiden PDRI 1948

Lantas susul menyusul seperti Pak Moer dan Ridwan Rais dan Zubaidah, dan

Joko Makbul --- beriringan Pierre Tendean dan Jenderal Besar Nas --- aku merenung alangkah besarnya mereka di Kalibata atau di Sidoarjo. Diam,

Diam dalam berdoa --- mengapa harus mati cara Kadhaffi ?

(2)

O Guru arti Kematian --- Tuan Syekh yang dikuntit muridnya para Pengangon

Tawur Ji, tawur ji --- dawa umure

O Marsinah engkau dibunuh Mereka --- tetapi tahukah engkau buruh itu lebih berkuasa dari tuan Kodim atau tuan Polres.Cuma

Buruh terdiam, masgul dengan nasib se Gobang atau UMR 700 ribu rupiah. Untuk

pembeli raskin agar ada sedikit air teteknya. O buruh segobang setalen.

Jaman Kolonial pun Kini --- golongan buruh itu tidak masuk hitungan. Mengapa

Ya Mengapa ?Engkau bela mereka --- kata sebuah buku karena kamu adalah bersikap

Tuan Guru Syekh Siti Jenar --- mati adalah hidup, hidup pun adalah mati nanti.

Marsinah, mereka heran mengapa engkau ikhlas mati untuk buruh segobang ?

Mereka takut mati karena seragamnya berarti duit walau mengemis dengan hina di

Biro atau di Pinggir-pinggir Jalan.Engkau pun mati seperti juga Kadhaffi. Mati

Bayonet menghunjam tepat di jantungmu, di vaginamu --- mereka dendam kesumat

Pistol Baretta Nato itu tepat di kening Kadhaffi --- mereka pun dendam kesumat. Pun

Mati sama saja dengan hidup --- kata Tuan Guru Syekh Siti Jenar. Engkau Pahlawan

Marsinah.

Mereka Pengecut ke depan Pengadilan Dunia pun mereka jerih --- apa lagi nanti di

Akherat. Jadi ini hari Engkau tidak memerlukan kami

Kami yang memerlukanmu, Marsinah

Engkau Pahlawan para Buruh yang menyerah kalah.Maka

Kematianmu jadi berarti.

(3)

Di Bumi ini --- pahlawan itu ada dua kategori

Di Indonesia ini --- pahlawan itu ada dua kriteria.

Pahlawan Bangsa. Dan

Pahlawan Pengkhianat Bangsa --- Para Koruptor

Marsinah, engkau buruh segobang seketip antara 700 ribu rupiah Sejuta empat ratus

Dikurs tahun 1848 dengan sekarang --- yah seimbanglah. Maka

Engkau adalah pahlawan kaum buruh segobang itu. Mengapa

Engkau rela meregang nyawa untuk Kaum Buruh yang papa,

Miskin merana --- terlunta-lunta, seolah-olah hanya para Jenderal yang bisa

menjadi Pahlawan Bangsa.

Marsinah Engkau adalah Malahayati, Laksamana Buruh yang mati dibunuh.

Marsinah Engkau adalah para buruh-para penganggur yang diancam mati,

Para Kapitalis di Wallstreet --- di Gedung-gedung Bisnis Orang berduit.

Marsinah lihatlah ternyata buruh segobang itu bukan hanya di Sidoarjo, Bukan

Di mana-mana di muka bumi --- ada pemerasan, penghisapan, pencurian yang koruptif

Di Negeri ini --- kenanglah kami --- yang hidup, mati, mati hidup dan mati kembali

Seperti Sang Tuan Guru, pun buruh-tani yang menggigit jari di bedeng-bedeng sawah

Puah

Mati dan kembali mati --- sejak panen dan kembali panen lagi. Malah mati.

[MWA] (2010 Puisi – 18)

*)Ilustrasi ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline