[caption id="attachment_143537" align="aligncenter" width="300" caption="Tiga kali Panen --- Tiga Kali dalam Kemiskinan."][/caption]
(1)
Dinding papan jati dari hutan Argasunya
Harus yang berwarna coklat tua, seperti balok dari Lasem Hutan Ketangga
Inginkan pemandangan ke arah Gunung Ciremai piramid tahun 1963
Dengan pesawat convair menyusuri pantai utara Jawa, pulau kecintaan
Ombak putih di Pantai Eretan Wetan, tanpa mangrove tanpa bakau tempat bersemi
Ada pohon perdu Api-api berpucuk merah.
Bukalah tingkap ke arah Utara, dulunya gadis-gadis mandi bertelanjang bulat
Ramai mereka bercengkrama di musim hujan
Kering kerontang di musim kemarau tanah yang retak
Tidak terdengar canda mereka --- yang mekar pergi merantau ke jazirah Arab
O gadis dalam buaian di emper gubug orang Bongas
Ke mana engkau bertolak dan ingin berlabuh
Termangu menanti kiriman dari Western Union
(2)
O Gadis Orang Indramayu yang merantau
Kapan engkau pulang telah kubuatkan Ruang engkau bermain
Dinding batu bata tidak diplester, agar engkau merasa sejuk di musim kemarau
O Gadis Orang Kapetakan --- pergilah engkau menyekar ke Panguragan
Jumpailah Nyi Mas Gandasari --- Orang Arab pernah tunduk di sini, maka
Tundukkanlah Orang Arab di jazirahnya, O Gadisku yang sakti : tundukkanlah
(3)
Ruang ketiga menghadap ke Selatan
Ada rumpun bambu dengan latar padang ilalang
Di kananmu arah Kiblat --- di ruang luas barat ke timur
Tempat penjahitan usaha konveksimu. Menjahitlah cucuku
Kita Orang Indramayu yang tahan peluru di pemberontakan Cirebon tahun 18-18
Orang Karawang datang menyerang, menyeberangi Cimanuk tuk sampai di Tanah
Wiralodra --- menyerang Kolonel Van Yet dari Semarang.
Kang Jabin yang bertahan di Tanah desa Legun di dekat Cirebon
O Gadisku anak Orang Surapati --- tiada gentar hidup menderita
Tapi pulanglah ke Ruang Penjahitan sarung dan kelambu, tidak menyerah pada derita
O Gadis anak Canggah mBah Buyut Nyi Pentol
Datanglah cucuku ke Ruang Penjahitan di bawah duct beton
Potongan benang perca-perca berserakan, biarlah
Angin Laut Jawa dari Pantai Losari --- menyusur Luragung balik ke Wanasaba
Tiba di Palimanan menjadi duit
Tiba di Arjawinangun menjadi uang
Berilah rotan pada Orang Tegalwangi --- dari Rimba Jambi menjadi Dollar !
(buat Pahlawan Devisa Almarhumah Ayu Sri Rahayu – 17 tahun, pulang berbungkus
kafan sebesar debok pisang, telah dimakamkan di Kampung Halaman)
[MWA] (Puisi di atas Sofa – 05)
*)Ilustrasi ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H