Lihat ke Halaman Asli

Maaf? Tiada Maaf Bagimu [Hello Hari Ini -05]

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sekali Lancung Keujian Seumur Hidup Orang Tak Dipercaya ! Begitulah pesan wasiat Para Leluhur dari Bukit Hambalang

Memang apalah arti jabatanmu --- kalau tidak mampu kamu menyandang Amanat ?

Apalah arti pengalamanmu menjadiBirokrat --- kalau pun engkau ‘ngomong, belepotan

Apalah arti Partai-mu bagi Kerakyatan, ‘pabila auto-critic tidak bisa dilakukan --- tidak mempan, tidak mampu membersihkan menyisihkan

Di baris depan engkau duduk berdampingan --- duduk sama rendah berdiri pun sama berjinjitan

Seperti Gareng di tengah Togog Sang Pemangsa --- kamu semua seperti doyong akan mati kekenyangan

Menyerahlah

Tiada maaf bagi Para Penjarah --- seperti Petruk Kanthong Bolong menyerukan : “Hutang Darah dibayar darah !”

Seperti Wisanggeni di atas Bukit Hambalang :” Tak Thuthuk ‘Ndasmu mbah Keparat !”

Tiada maaf bagi-mu

Kamu boleh Tobat --- mengucapkan Istighfar, menyerahkan kembali Harta itu, lantas

Ke Pengadilan --- baru mungkin memperoleh Amnesti, Abolisi, atau Grasi --- itu menurut Konstitusi

Di Kumpulanmu itu --- kaum yang sejenis, Orang-orang Jahat berkumpul dengan yang jahat

Penjahat pelaku Pidana Luar Biasa

Kejahatan Kemanusiaan yang Luar Biasa --- menentang azas Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Hukum harus ditegakkan

Tobatlah

Kami tidak mengerti Mengapa Negeri ini dipimpin oleh Orang-orang yang tidak bermutu Negarawan

Mereka adalah bagian Orang-orang Buangan Limbah dari Selokan

Beruntung ia di-recycling menjadi Orang-orangan berlepotan

Orang Belanda politik mengatakan : “Zort zoen Zort --- memang orang-orangsejenis mencari jenisnya”

Orang-orang berlepotan --- seperti Celeng Boloten, mengotori lingkungan tempat melendotkan badan

“Kasurya Candra Miruda Wacana --- orang keprucut memberi keterangan borok kaumnya”

Tiada maaf bagimu --- sampai di situ. [MWA}

[caption id="attachment_122645" align="aligncenter" width="300" caption="Bukit Hambalang adalah Lambang Supremasi Hukum untuk Menghukum Kaum Celeng Boloten !"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline