Lihat ke Halaman Asli

Kinerja Kabinet Presiden RI Susilo Hanya 50%; Lha ? [Polhankam – 16]

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

131017210350817359

Tidak kaget, memang kinerja para Menteri sangat menurun --- menurut ukuran PresidenRI : hanya mencapai 50 persen saja.Yang kasat mata saja terlihat oleh Rakyat; kinerja Menlu, Menhukam, Menakertrans --- ‘kan jelas sekali belepotan dalam “meng-acton” dan mem-follow-up bidang kerja masing-masing. Begitu pula organ penegakkan hukum Kepolisian Negara dan Kejaksaan Agung.Lamban.

Lantas apa tindakan yang sebaiknya dilakukan PresidenRI ?Reshuffle itu kabinet --- menteri-menteri yang telah nampak tidak menguasai tugasnya, sejak program 100 hari hingga kini --- raportnya merah.Ganti saja.

Bagi Presiden RI (yang merangkap Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat), ada tindakan politik yang juga harus ia ambil, yakni merombak Sekretariat Gabungan --- itu lho organ pengendalian Koalisi yang mendukung Kebijakan Pemerintah.Itu tidak efektif, tidak efisien --- menjadi lembaga transaksional belaka.Partai Golkar dan PKS harus dikeluarkan saja.

Dengan PartaiGolkar dan PKS dikeluarkan --- Rakyat menjadi mengerti sampai di mana Susilo Bambang Yudhoyono dengan Partai Demokrat efektif menjalankan “kepercayaan” para pemilih. Harus itu.

Dengan per-Lembaga-an Demokratisasi seperti praktek saat ini, telah terjadi “kemunduran “ yang luar biasa :

  1. Ideologi, Falsafah Nasional Pancasiladan Undang-undang Dasar 1945 merosot peranannya --- aplikasinya tidak konsisten.
  2. Politik --- praktek politik transaksional bukanlah “ Kerakyatan yang dipimpin hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” --- tetapi set-back --- Budaya Retrogresif yang memasung peranan pemisahan Kekuasaan secara Trias Politica.Rakyat Rugi.
  3. Ekonomi tampak jelas karena tarikan pertumbuhan dari Negara-negara Asia Timur --- pemrintah harus pada kesempatan pertama “inward-looking”, melihat,  meng-koreksi dan membangun linkage perindustrian dalam negeri, mendorong Penanaman modal Dalam Negeri --- dari hasil pertumbuhan.Agar masalah Ketahanan Ekonomi sinkron dengan pengurangan pengangguran, dan pengentasan kemiskinan.
  4. Sosial, makin nyata yang miskin bertambah miskin, yang kaya makin merajalela --- pembentukan kekuasaan politik dan kekuatan ekonomi ini pasti bertentangan dengan azas --- “ Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.Nanti terlambat Cak !
  5. Budaya, Kinerja yang dihasilkan Orang Indonesiabersifat “Retrogresif” --- dinyatakan dalam Visi dan Program, tetapi Output yang retrogresif. Mundur.Tambah lemah, tambah miskin, sia-sia, buang waktu --- bersifat “trial & error”, eskalasi konflik dan perpecahan, kebangkrutan, makin koruptif, makin khianat, makin menggerus Nilai Kebangsaan ------- dan semuanya menjadi retrogresif.Tidak menghasilkan kinerja yang progresif mendorong Inovasi.Mandeg, mundur dan mundur terus --- hanya menggapai-gapai.
  6. Pertahanan, NKRI lemah --- secara nasional maupun internasional, makin lemah.Lihatlah merosotnya Martabat dan Wibawa Indonesia. Negara makin tidak berperan.
  7. Keamanan masih terkendali --- tetapi apa bila ke-6 aspek di atas makin mundur dan lemah, niscaya aspek terpenting ini akan menjadi suatu ancaman nyata bagi Negara.

Kalau Pemerintahan di Daerah-daerah sudah menggejala --- kebangkrutan.Apa yang salah ?

Kalau Falsafah dan Konstitusi NKRI benar ---maka, kesalahan pada implementasi VISI dan Misi Kebangsaan --- Strategi dan Pelaksanaan Program pemerintahan yang keliru.Bangsa ini melakukan kekeliruan yang menjurus fatal.Fatal !

Bung, tingkatkan Kinerjamu menuju Sasaran Konstitusi --- itu Tugas ke-Negarawanan-mu.Mau ?

Koreksilah dengan Sikap Budaya --- yakni Strategi Budaya yang Progresif.Berani --- harus berani !

“Berani --- karena benar “, kata Pepatah. Janganlah Sumber Daya yang Kaya, Falsafah Nasional yang prima; tidak pandai mengelolanya, maka terjadi laksana Pepatah Jawa berikut ini :

“Wastra Lungsed Ing Sampiran --- Mempunyai pengetahuan, mempunyai Cita-cita (Bangsa-Negara) tetapi tersia-sia --- tidak terpakai.

Kaum Penguasa Indonesia --- para Elite, ingatlah : “Bona Opinio hominum tutior pecunia est, Nasihat yang baik dari Orang Lain itu lebih Aman dari pada Uang (Publius Syrus).

Uang akan menyeretmu --- menjatuhkanmu dari Singgasana ! Jaman telah membuktikannya. [MWA]

[caption id="attachment_118812" align="alignleft" width="300" caption="Perekonomian itu Berhasil --- Kalau seluruh Rakyat memperoleh Pendapatan Yang Adil --- Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia."][/caption] *)Foto ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline