Lihat ke Halaman Asli

Kekerasan, Pembunuhan, Pertempuran dan Perang [Polhankam – 09]

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

War and Peace – Perang dan Peperangan. Bagaimana caranya ?  Bunuh, Lumpuhkan, Tawan dan Taklukan.  Dalam teks tentang Perang dan Peperangan dulu dikategorikan dua saja --- sebagai Seni (Art) atau Pengetahuan (Knowledge)

 

Perang kok tergolong Seni sih ? Memang ya --- karena dulunya Perang adalah daya kreatif yang menciptakan Rasa yang memuaskan --- Rasa aman. Mungkin karena dimulai dengan adanya unsur Cipta, Rasa dan Karsa --- sebuah persiapan, penciptaan dan Lakon pertarungan yang dibumbui dengan --- peralatan yang menyeni dan mantera yang menyeni dan “korban yang juga menyeni.

 

Ahli-ahli Siasat Perang dilahirkan dari Seni Berperang --- sejak Kepala-kepala Suku Indian, Sun Tzu, Napoleon, Nikolo Machiavelli, Clauwitz sampai Obohorok Kepala Suku di Papua --- jangankan perang, urusan pengelolaan sumber-sumber saja --- yang mengandalkan Sumber Daya Manusia yang terorganisir pun, selain tergolong Scientific ada yang menggolongkan Art ( alias Seni). Management !

 

Banyak orang Umum, orang Awam, orang Nyaman, orang Arrivee --- Ih, takut sekali membicarakan pertempuran dan peperangan.  Walaupun ia setiap kali, setiap hari setiap Berita --- isinya kekerasan, kericuhan, demonstrasi non damai, penggusuran, penembakan, pertempuran dan ………….dari pertempuran demi pertempuran akan masuk pada kategori Perang !

 

Pertempuran antara Gang Narkotik dengan Polisi, antara Teroris dengan Polisi --- operasi militer --- pengejaran Densus 88 naik gunung turun gunung, masuk hutan keluar hutan --- Pasukan Brimob mengejar penembak polisi ---- ada pula Satuan TNI mengejar Perompak Somalia.

Itu semuanya mempunyai unsur peperangan.  Pertarungan Konflik, hegemoni kekuatan, permusuhan, atau menegkkan hukum.

 

Memang itu berita yang menarik bagi manusia, produser --- karena informasi itu sangat bermanfaat bagi Meningkatkan Kesadaran dan Pencerahan sebagai Manusia --- apalagi setelah Bumi dan Manusia menjadi satu dalam proses Budaya Globalisasi.

 

Pertempuran di Darfur Sudan --- ada artinya bagi konsumen informasi di Indonesia --- Pertempuran di Tunisia, di Mesir, di Yaman, di Suriah atau pun di Libya --- sangat penting bagi Rakyat dan Pemerintah Indonesia.  Karena kejadian seperti itu bisa terjadi juga di Indonesia.  Kapan dan Mengapa ?

 

Kok bisa ?  Apa  alasannya ?    Makanya perhatikan pertempuran di seluruh dunia --- karena model seperti itu bisa terjadi di Indonesia !

 

Mengapa ?  Karena di dalam tubuh Bangsa Indonesia ada unsur bibit pertikaian, pertempuran dan bisa, menjadi Peperangan :

  1. Di sini ada bibit Konflik --- di Dalam Negeri maupun Kekuatan dari Luar Negeri
  2. Ada unsur Kekerasan --- pengembangan dan pembangunan keseimbangan kekuatan.  Dendam dan ketidak kepuasan. Kecemburan Sosial dan latarbelakang Sejarah dan Ide yang akan menjadi kontra-ideologi.
  3. Rasa permusuhan --- hostile feeling.  Ingat bagaimana kekuatan politik yang akan memperalat Presiden Soekarno --- kebencian dari gelaggang Asian Games dipelentir menjadi “Permusuhan terhadap Sondhi --- tokoh Asian Games dibidang Bulu Tangkis (bandingkan kekuatan poltik yang bermain di kasus PSSI yang mahal, tetapi miskin prestasi saat ini --- Rakyat Indonesia  teperangah, Kongres bisa berkali-kali dengan hasil Nol).  Dari Peristiwa Sondhi --- dengan instrument Kekuatan Asia Afrika, Non Blok, Lantas Conefo --- sampailah dari Kemenangan Trikora ke Dwikora. Menuju Perang Indonesia lawan Malaysia plus SEATO dan ANZUS.
  4. Baik Konflik, Pertempuran, sampai Perang --- membutuhkan Dasar Hukum --- Amerika Serikat dan Barat (Eropa) menggunakan dasar hukum : Resolusi PBB untuk menghalalkan penyerangan ke Bosnia, Irak, Afghanistan, dan kini ke Libya,  

 

Di Indonesia ada ke-4 unsur itu ?  Kan kita dalam satu Negara yang Merdeka dan ber-Daulat.

 

Ya, Indonesia memang Negara Merdeka dan Berdaulat tetapi apabila Ideologi pengikat Persatuan dan Kesatuan tidak diwujudkan --- mau bilang apa ?

Uni Sovyet yang kuat segalanya --- begitu Ideologinya tidak applicable --- Byar berkeping-keping.

Yugoslavia kurang apa --- Negara yang Rakyatnya senasib dan sepenanggungan sebelum dan sesudah Perang Dunia II --- bisa tercerai berai.  Masing-masing Merdeka.  Itu dibuat Balkanisasi !

 

Alasan Rakyat Timor Timur memutuskan untuk ber-integrasi dengan Indonesia itu sudah mantap --- persis sebagaimana Rakyat Indonesia membangkitkan nasionalisme sejak 1908 sampai Proklamasi 17 Agustus 1945.  Tetapi………….

 

Tetapi karena Indonesia tidak cerdas mengelola Konflik, Kekerasan demi Kekerasan, pertempuran --- Perang itu dimenangkan Fretilin dan Portugis secara militer dan diplomasi .  Indonesia mlongo seperti tidak ada kerugian apa pun.

 

Jelas rugi !  

Bagaimana dengan TimorLeste, Australia (yang telah menyatakan --- bisa melakukan Pre-emptive Strike terhadap Indonesia, kalau unsur (4) Hukum bisa diadakan --- terutama masalah terorisme.  Ih bisa aja !

Indonesia punya potensi untuk bertikai dan berperang dengan Papua Nugini, Malaysia, Australia, bahkan --- dengan Cina atau India, juga Amerika Serikat.

 

Lawan Sadam Hussien dibina dari dalam-- di Afghanistan, lawan Taliban dibangun dari Koalisi Utara dan Orang dalam Pembuangan --- bahkan apa yang terjadi saat ini di Timur Tengah --- sangat bisa dilakukan di Indonesia .  Ingat ada bibit konflik yang diusung Kaum Separatis , umpamanya.

 

Karena ke-4 unsur itu bisa diciptakan --- bisa direkayasa melalui Operasi Intelijen, Kolone ke-V, Konflik Kepentingan Ekonomi dan Bisnis (apalagi kalau sudah masuk kepentingan itu di dalam Kontrak dan Undang-undang legal --- itu soal gampang Cak !)

Ada perang Cyber yang bisa melumpuhkan seluruh system di dalam suatu Negara --- bagaimana melawan dan menangkalnya kalau Indonesia dalam kapasitas Pecundang ? Indonesia bisa kacau, terciptalah unsur-unsur perang itu. (Bandingkan perang Cyber AS lawan Cina saat ini --- benar-benar masalah  Kedaulatan yang berbicara)

 

Penangkalnya bagi Indonesia : Ideologi Persatuan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika --- dengan  aplikasi-nya Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Laksanakan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen dengan konsekwen.

Kok gampang ?

 

“Di sanalah aku bediri --- Jadi Pandu Ibu-ku !"

[caption id="attachment_112994" align="aligncenter" width="300" caption="Perdamaian itu hanya Intemezzo --- Jangan Lengah, Perkuat IPOLEKSOSBUD HANKAM !"][/caption]

 *) Foto ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline