Lihat ke Halaman Asli

Sepercik Anthology dari Semenanjung Melayu; ASEAN [Features – 40]

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

[caption id="attachment_105514" align="alignleft" width="300" caption="Tak Hilang Melayu di Dunia --- (Hang Tuah)"][/caption]

 

Alangkah dekatnya Orang Melayu Indonesia dengan Mereka yang ada diseberang sana --- Nun di sana, ada sepenggal kisah Hang Tuah muda selagi belia : "............Maka Hang Mahmud pun menyerahkan anaknya, Hang Tuah , mengaji kepada seorang Lebai (baca, Kyai , di Indonesia, pen.). Setelah sekian lama Hang Tuah mengaji Quran, maka tamatlah. Maka Hang Tuah mengaji Nahu (Tata Bahasa Arab, pen.) pula. Setelah tamat, berkatalah ia kepada bapanya, ' Ayo bapakku, pada bicara hamba, hendak mengaji pada Lebai Keling pula, supaya hamba tahu pula bahasanya.' ..............Maka Hang Tuah pun mengajilah pada Lebai Keling. Hatta, , beberapa lamanya, maka tamat pula pengajian berbahasa Keling itu. Maka Hang Tuah pun memohon ijin pada Bapaknya untuk mengaji ke Lebai Siam(baca, Thailand, pen.). Tamat pula pengajian di sana. Pandai pula ia berbahasa Siam.  Dilanjutkannya pula pengajian pada Lebai Cina. Dengan  tiada berapa lamanya maka ia pun tamatlah mengaji bahasa Cina itu; maka habislah diketahuinya bahasa Cina itu. Maka Hang Tuah pun mengaji pula pada lebai Jawa, hendak diketahuinya akan bahasa Jawa itu. Kalakian (baca, Kemudian, pen.) setelah ia menguasai 12 bahasa itu, maka Hang Tuah pun pulanglah ke rumahnya --- untuk bersama-sama ibubapanya mencari makan sehari-hari)................) [Kutipan di atas, disadur dan dipersingkat oleh penulis dari, Anthology of Asean Literatures, Malaysia : Indigenous Traditions, Ministry of Education, Malaysia (External Affairs Division) - 1993] Sengaja  ada bagian dari kalimat atau kata-kata yang dikutip sesuai dengan aslinya --- agar memperkaya nuansa Bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia --- seperti kata-kata 'lebai'; aksen Orang Melayu di Pesisir Pantai Timur Pulau Sumatera, persis sama bunyinya --- tetapi makin ke Barat pedalaman akan berbunyi " lobe"  (e pada kata ekor) --- seseorang yang lebih berperan dalam masyarakat sebagai 'orang yang lebih mengetahui hal-hal hukum dan tradisi Islami, seperti seorang 'modin' di Jawa). Dalam khazanah perpustakaan Melayu banyak sekali cerita-cerita humor, yang kocak penuh ajaran moral --- sepenggal dari 'Pak Belalang' (cerita dan tokoh pak Belalang ini, sangat populer di daerah Orang Melayu Indonesia; Pak Belalang kiranya seperti peran tokoh si Kabayan dalam masyarakat Sunda --- atau pun para Punakawan yang berada di tengah-tengah elit pemerintahan di seni wayang Jawa-Sunda-Indonesia) : "........Maka titah baginda : ' Hai Ahlun-Nujum, beta anugrahkan sebiji peti ini akan dikau, bawalah pulang ke rumah, berikan kepada anak-isteri engkau.. " "Maka sembah Ahlun-Nujum Belalang, 'ampun tuanku beribu-ribu ampun, patik mohonkan ampunlah dikurniai harta itu, kerana ayapan yang dikurniai oleh Duli tuanku dahulu itu pun patik ayapi anak-beranak. " "Maka titah baginda menyuruh juga hantarkan sebiji peti yang berisi emas, intan, ratna manikam, ke rumah Ahlun-Nujum Belalang itu. Maka Ahlun-Nujum pun bermohon kembali pulang ke rumahnya dengan sukacita sekalian anak-isterinya.........................." (Kisah lengkapnya, dipetik daripada Cerita Jenaka yang diceritakan oleh Raja Haji Yahya, diterbitkan oleh Penerbit Fajar Bakti, Kuala Lumpur, 1973 - tambahan kutipan penulis) Banyak versi dari cerita Pak Belalang yang jenaka dan bijaksana --- lugu, cerdas dan menggemaskan, seperti  Mr. Bean --- salah satu versi cerita Pak Belalang Indonesia (berasal dari Melayu Deli Sumatera Timur), pernah di sinetron-kan oleh TVRI. "Raja Melayu raja berdaulat. Waktu ia muncul di Bukit Siguntang, padi berbuahkan emas, berdaunkan perak, berbatangkan tembaga suasa." Secuplikan kutipan tentang kisah yang menceritakan kota Palembang dan Nenek Moyang Kerajaan Sriwijaya................................. "............Kata sahibul-hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andelas, Perlembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya,  asalnya daripada anak cucu Raja Suran, Muara Tatang nama sungainya. Adapun Negeri Perlembang itu, Palembang yang ada sekarang inilah. Maka di hulu Muara Tatang itu ada sebuah sungai, Melayu namanya. Di dalam  sungai itu ada satu bukit yang bernama Bukit Siguntang, di hulunya Gunung Mahameru,  di daratnya ada satu padang bernama padang Penjaringan. Maka dua orang  perempuan berladang,   Wan Empok seorang namanya, dan Wan Malini seorang namanya; dan keduanya itu berhuma di Bukit Siguntang itu terlalu luas humanya itu, syahdan terlalu jadi padinya, tiada dapat terkatakan; telah hampirlah masak padi itu................" Versi Indonesia, yang berasal dari puak-puak Orang Melayu di Pulau Andalas  (Sumatera) --- kiranya tidaklah berbeda.  Orang Melayu di mana pun mereka berada merasa satu puak dari mana atau ke mana mereka 'ber-daulat-Raja-kan ' --- tetap merasa bahwa Orang Melayu sepanjang Pesisir pulau-pulau  Nusantara --- Menganggap  Bukit Siguntang sebagai lambang Sejarah Melayu bermula.............. Sebagai kutipan mutakhir --- beberapa bait dari pantun yang sangat indah dari, Teromba : Adat Perkahwinan. (Teromba adalah puisi tradisional Melayu yang berkait rapat dengan adat istiadat. Dalam upacara pertunangan, rangkap-rangkap teromba diucapkan oleh kedua-dua belah pihak --- rombongan yang datang meminang dan tuan rumah yang menanti.................... "Malim Kunong malim Kinang Singgah di rumah Bilal lata; Makan sireh dengan pinang, Saya  nak mulai pangkal kata Terbang balam terbang merbah, Terbang melayap ke  dalam padi; Memberi salam serta sembah, Sembah lalu salam kembali. Baju Jakun dari hulu; Anak undan di permatang tebat; Sembah ampun dato' Penghulu ! Memberi salam pada nang rapat............................." Ada 44 bait lagi yang sahut menyahut --- merajuk sukma, membuat kekerabatan, silaturrahmi menjadi akrab --- mencairkan hubungan kedua pihak --- larut dalam kebahagiaan............... Bait terakhir : " Maka lepas daripada itu Adat tidak menggalang Hukum  tidak menghambat Harus bersemenda-bersemendaan, Cacat jangan cedera jangan, janji dilabuh dimulai janji sampai ditepati; Maka inilah saya datang, Laksana sikat kurang pasar, Saya datang menepati janji, mengisi adat, Serta anak buah, Habis kata Sembah, Dato' ! .................. Di Jakarta ada ASEAN Summit --- Asean Market semoga menjadi Daulat Raja di Raja Negara-negara Asia Tenggara. Produktif dan Inovatif. Indonesia-ku Jayalah --- *) seperti Sriwijaya, yang berarti "Kemenangan mulia " Tujuan Negara sebagaimana tercermin di dalam prasasti Kedukan Bukit : "Sriwijaya-jaya siddhayatra subhica ", yang berarti "Sriwijaya menang karena perjalanan suci" atau : Jayalah Sriwijaya dalam pengambilan berkat selamat " Perjalanan berarti secara Filsafat adalah -------- mengharungi Sejarah,  Kerajaan Sriwijaya berdiri  dari tahun 392 M ,  menurut berita Ma Huan, seorang musafir Tionghoa, tahun terakhir dari pada Kerajaan Sriwijaya adalah 1406 M. Dengan demikian ternyata bahwa Sriwijaya sekurang -kurangnya telah berdiri selama 1000 tahun ( dikutip dari  Sejarah Singkat Perjuangan Bersenjata Bangsa Indonesia, Staf Angkatan Bersenjata - 1964.) Bhinneka Tunggal Ika --- Berbeda-beda tetapi Satu Jua !  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline