[caption id="attachment_103495" align="alignleft" width="300" caption="Member Gets Members --- Ideologi yang kuat dapat Meredam Sub-version. Karakter Bangsa yang Kuat menangkal ATHG."][/caption]
Filosofi hijrah
adalah riil dan konseptual. Nilai pengorbanan, sedekah atau infak juga riil dan konseptual --- jangan langsung ditutupi dengan kaunter --- bahwa "disana" koruptif seperti di sini.
Kalau betul "blow-up " berita ini, konsep "di sana" adalah aktual dan kuat --- di sini juga harus rational dan kuat. Tidak semata-mata hanya mengandalkan "kekuatan represif". Dunia sudah berubah bung !
Perubahan yang terbesar adalah " ekstensifikasi informasi" --- Orang Awam bisa belajar "membuat bom" --- kounternya antara lain, intelijensi juga harus mutakhir --- jangan mau meniru SAVAK atau KGB --- mengapa bukan Dinas Rahasia ala Jepang atau Cina ?
Diam tetapi bermutu ! Efektif.
Apalagi "di sini" berlaku Budaya Koruptif dan "Telmi" --- yah, akan makin banyak ATHG yang dihadapi Indonesia.
1.Ancaman (APBN Boros, Harga pangan, Harga BBM, Target tidak tercapai, Inflasi --- Konstitusi , Undang-undang, Kebijakan ---- tidak efektif
2.Tantangan ( Mau maju tetapi praxis-nya, Budayanya bersifat Retrogrsif)
3.Hambatan (Nyata tetapi tidak di -Reformasi --- lamban, lambat, Menunda-nunda alias In-effective --- mismanagement)
4.Gangguan (dari tawuran sampai Pungli --- dari mencuri kertas sampai membobol, dari seal Tabung gas sampai --- deposito berjangka dalam catatan, tetapi faktanya dikaryakan di luar Controlling. Ayo di mana lagi ? --- Dari BUMN sasmpai Pemda, modusnya 'kan begitu ?)
Oh, Indonesia --- masih berbudaya kereta dokar, Negeri lain sudah "Real time Networking", sudah ke Ruang Angkasa"
"Salah siapa ?" Tanya Dhalang Tukidjan
Jawab Lurah Togog : "Kamu saya buat Telmi le !"
NII lebih kurang sama usianya dengan usia Republik ini --- Ideologi mereka mungkin lebih tua dari Boedi Oetomo.
Mereka bergerak latent setelah DI/TII dilebur dalam penyelesaian.
" Di sini sibuk berputar-putar" , di sana mungkin fokus, maka ia mendapatkan Ruang.
Fenomena "kelompok teroris baru" konon terdiri dari golongan yang relatif lebih muda (baru tahu Kita) --- konon di dominasi anak muda yang terdidik Sarjana --- dan dari golongan berotak encer.
Fenomena NII juga konon bergerak di sekitar Kampus.
Tetapi jangan lalai, mereka juga seperti ikan --- hidupnya di dalam "perairan sosial"
Sepertinya mereka melakukan : "Member gets members !"
Untuk apa ? Enggak tahu
Tetapi sebagai Sasaran Antara, tampaknya "Fund Rising " dan Networking.
Sekarang kita harus bekerja lebih efektif --- jangan main-main dengan RUU yang akal mengakali. Semua harus fokus pada Konstitusi.
Jangan perubahan Undang-undang diselubungi "akal-akalan koruptif"
Dengarkanlah aspirasi Rakyat ! Kamu di sana mewakili Rakyat, bukan menjadi kaum Autokratif yang mendapat cheque kosong .
Bekerjalah Presiden dan Menteri --- dengan Nilai-nilai yang terukur. Kekuasaan adalah Authority yang mempunyai Responsibility.
Tahu.
Bagus, bekerjalah dengan Kinerja yang terukur untuk dipertanggungjawabkan.
(Setiap 17 Agustus sebaiknya Presiden memberikan Pertanggung Jawaban --- Rakyat harus menilai dengan Nilai yang terukur dan Aspiratif )
Kemerdekaan telah hampir 66 tahun. Sejarah Bangsa ini telah penuh kepahitan, kegetiran sejak Jaman Nusantara hingga Jaman Kemerdekaan Indonesia. Jangan terlalu lama di depan Gerbang Keadilan dan Kemakmuran
Tingkatkan Kesadaran Nasional --- Jangan menjalankan KKN, ada Ketetapan MPR yang harus menjadi pegangan
Efektiflah --- jangan membuang-buang Sumber Daya Waktu dan menunda-nuda Masalah Bangsa.
Merdeka !
*)Foto ex Internet
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI