Lihat ke Halaman Asli

Indonesia yang Aman dan Sentausa --- Politik Hankam yang Jitu melawan Terorisme [Hello Indonesia-ku – 23]

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13034370931493813949

Bad laws are the worst sort of tyranny.”

( Edmund Burke, Speech 1780)

Kata-kata mutiara itu telah pernah kita kutip dalam kolom ini --- membahas peradilan kasus Antasari dan kesaksian Wiliardi Wizar dalam kasus itu pula.

Sebagai pembukaan dalam kolom ini --- karena sisi Penegakan Hukum dan rendahnya penyelenggaraan Rasa Keadilan, terutama Keadilan Sosial dalam Negara Indonesia --- baik di bidang ekonmomi maupun hukum.

Kali ini dalam hubungan kian mencemaskan eskalasi Terorisme dan Teroris dari aspek POLHUKAM --- Indonesia harus merumuskan segera Politik Hankam sebagaimana secara historis pernah dipunyai Indonesia dalam kurun waktu yang lalu.

Indonesia telah pernah sukses menyelesaikan Pemberontakan unsur Islamiah --- dalam hal ini DI/TII dan Negara Islam Indonesia, baik di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, mau pun di Aceh --- sampai, tuntas penyelesaian pemberontakan PRRI dan Permesta.Lantas setelah gagalnyapelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin Bung Karno di era akhir 1960-an --- unsur Komunis kembali melakukan pemberontakan --- Gerakan 30 September 1965/PKI, bisa ditumpas dengan seksama.Bukan sajaanasir kekuatan militernya dilumpuhkan --- bahkan konsep perang gerilya ala Vietcong bisa dihancurkan ---- ingat bahwa PKI juga telah menyiapkan RUBAala Vietcong, yakni Ruang Bawah Tanah seperti perjuangan Vietcong dan Ho Chi Min, yang dapat mengusir Amerika Serikat dari bumi Vietnam.

Persiapan Anasir Gerilya Komunis dengan basis di Pantai Selatan Pulau Jawa, dihancurkan --- diikuti Politik HANKAM, mengisolasi dan pengikisan Ideologis para pengikut paham Komunisme, ke Pulau Buru. Era Orde Baru dan Indonesia sampai kini, berhasil memadamkan unsur dan anasir Komunisme itu.Seperti juga Malaysia bisa melumpuhkan gerilyawan komunis Cin Peng atau anasir PARAKU (yang juga digunakan Bung Karno dalam Komando Dwikora) --- Indonesia aman.Saksikanlah, anasir perlawanan komunis masih ada dalam bentuk gerilyawan komunis di Pilipina., Moist di India dan sejumlah anasir di Burma (Myanmar).

Indonesia juga cukup beruntung --- tidak menghadapi kekuatan militer Islam, seperti yang dialami Pilipina dengan kekuatan Moro di Filipina Selatan ---- atau yang sedang berkembang di Thailand Selatan belakangan ini.

Mengapa Indonesia selama 65 tahun merdeka cukup aman dari pemberontakan militer Islam ?

Kuncinya --- Islam terwakili dalam politik, melalui Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan --- baik di era Orde Baru, apalagi saat ini di era Reformasi.Secara politik, itulah infra struktur yang menjadi katharsis --- yang mengamankan.

Tetapi glabalisasi dan kalahnya Uni Sovyet (Komunisme) dalam Perang Dingin --- mendorong Amerika Serikat mengalihkan kekuatan hegemoninya ke arahPerang Antar Peradaban --- hanya dua yang potensial.Peradaban Konfusiusme dan satu lagi Peradaban Islamisme.Dengan kekuatan Geopolitik di Timur Tengah --- karena faktorSumber Daya Alam, energi --- dan pusat Ideologi Islam.Kota Mekah dan Madinah.Tampaknya Barat memilih Islamisme untuk ditundukkan lebih dahulu.

Adalah Bernard Lewis menyatakan dalam bukunya , The Crisis of Islam, Holy War and Unholy Terror (2004) : bahwa muslim dalam jumlah yang signifikan, baik yang fundamentalis maupun tidak, adalah jahat dan berbahaya; bukan karena Barat membutuhkan musuh, tetapi karena mereka memangseperti itu “.

Sebenarnya banyak sekalibuku-buku Barat yang mencantumkan ideologi peperangan peradaban ini --- yang paling menonjol adalah artikel-artikel yang diterbitkan dalam jurnal Foreign Affairs --- yang kemudian dibukukan dalam penerbitan berjudul “ The Clash of Civilizations and The Remaking of World”.Karya Samuel Philips Huntington, ilmuwan politik dari HarvardUniversity.

Ini adalah adegium politik --- se-olah-olah Demokrasi Liberal dan Ekonomi Liberalharus berhadapan dengan Islamisme. Perang Ideologi.

Bagaimana sampai Perang Ideologi itu merembet pula pada pertempuran dan Perang Militer ?Indonesia harus hati-hati dan waspada --- Terorisme adalah sejenis Perang Gerilya.Sejak berkali-kali Perang Arab dengan Israel (sebagai konsekwensi Balfour Declaration 1917 --- dan Inggeris harus meninggalkan territori itu pada tanggal 13 Mei 1948 --- Berdirinya Negara Israel menjadi sengketa yang berkepanjangan sampai kini --- belum terdapat kesepakatan agar dapat dibentuk Negara Palestina merdeka --- yang berdampingan dengan Israel di jazirah itu).

Sejak itu berbagai bentuk perang telah terjadi di Timur Tengah --- dari perang frontal sampai perang gerilya.Dari Pembajakan Pesawat yang dilakukan Laila Khalid sampai ancaman Perang Nuklir (bisa terjadi) --- bentuk-bentuk perang itulah yang kini prosesnya meng-global.Perang Teror dan Perang Kebudayaan merajalela --- bahkan melibatkan Indonesia, karena dari segi Budaya dan Sumber Daya Manusia --- Indonesia adalah kawasan Islamisme terbesar di dunia.

Kuatkah NKRI mengendalikan arus nyata peperangan ini ?Sampai intensitasbagaimana ?

Bersyukurlah --- secara Budaya, Indonesia telah mempunyai falsafah Pancasila --- dan mottoBhinneka Tunggal Ika, beraneka tetapi satu jua.

Jaminan demokratis, yakni Pluralisme !

Mampukah Budaya Indonesia ( falsafah dan demokratisasi) menyaring dan menghadang pengaruh --- Perang antar Peradaban --- baik Terorisme maupun infiltrasi Budaya informasi yang meng-global --- dengan menggunakan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen (?).

Umat Islam dan Pemerintah Indonesia harus bisa merumuskan secara Internasional (ingat Mukadimah Undang-undang Dasar 1945 Amendemen), bahwa (baca selengkapnya Mukadimah Konstiutsi kita) :

“……………..Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa, dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka…………………………….

……………….Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia ……………..untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka ………………………….(sila-sila Pancasila, pen.)………..”

Melihat dan menyaksikaneskalasi terorisme di Indonesia --- Negeri ini, harus melindungi Sumber Daya yang ada (termasuk APBN), dan Kebijakan Pemerintahan di bidang POLEKSOSBUD HANKAM,haruslah berpegang teguh pada Konstitusi dan Amanat Reformasi.Terutama aspek POLHUKAM --- Jujur, Adil, dan Tegas !

Jangan korbankan Kemakmuran, dan lakukan Keadilan Sosial secarapemerataan . Beri ruang politik seluas-luasnya pada semua pihak.Demokratisasi akan membuktikan “Kemauan Rakyat”yang sebenarnya.

Renungkan. Ini satu lagi kata-kata mutiara dari seorang Tokoh Dunia dari Ideologi lain :

“Politik adalah sebuah pertempuran tanpa pertumpahan darah, sedangkan pertempuranmerupakan politik yang bergelimang darah. “

(Mao Tse Tung, 26-12-1893/1976)

Indonesia tidak boleh terombang ambing dalam kemiskinan, cengkraman NEKOLIM dan Liberalisme, dan melupakan Ideologi Pancalisa --- dalam tantangan Globalisasi mulai saat ini.

Ingat Pepatah : “Malang celaka Raja Genggang, tuak terbeli tunjang hilang “ --- di dalam Pantun begini isinya :

“ Menari Orang di Gelanggang,

Ayam Kinantan sedangberbulang.

Malang celaka Raja Genggang,

Tuak terbeli tunjang hilang.

Artinya Indonesia tidak boleh begitu saja mengikuti irama globalisasi --- bisa-bisa semua Sumber Daya sirna tidak sempat dinikmati.

Sadar dan insyaflah.

Pancasila Abadi --- laksanakan Amanat Reformasi !

*)Foto eks Internet

[caption id="attachment_102381" align="aligncenter" width="400" caption="Laksanakan Amanat Reformasi 1998 !"][/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline