Lihat ke Halaman Asli

Bom Curah Libya dan Thailand, Diplomasi Paus Benedictus XVI [Serial Spionase – 12]

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_103168" align="alignleft" width="300" caption="Apakah Pemimpin dan Tokoh-tokoh Dunia tidak bisa menemukan perumusan : Ketertiban Dunia berdasarkan Kemerdekaan Perdamaian Abadi dan Keadilan Sosial ?"][/caption]

Pertempuran di Misrata Libya makin seru --- pasukan pemerintah Muammar Qadaffi merangsek terus, ingin tuntas merebut kota pelabuhan itu.Berkali-kali hampir terebut --- begitulah kekuatan militer Barat memback-up pihak Oposisi dengan serangan udara yang mematikan.

Kedua belah pihak mengalami korban tewas dan luka-luka --- dan juga terdapat korban di kalangan sipil.Kekalahan pihak Oposisi pekan lalu --- ditingkah dengan tuduhan bahwa pihak pemerintah menggunakan bom curah, alias bom cluster.Ini tuduhan serius --- terang pihak pemerintah menolak tuduhan itu.

Ayo melihat pertempuran di perbatasan Thailand – Komboja, di Asia Tenggara.Pertempuran antara kedua belah pihak makin sering terjadi --- korban pun telah berjatuhan.Indonesia sebagai ketua organisasi ASEAN --- pada giliran periode ini, mengambil inisiatif melakukan usaha-usaha diplomasi --- mencari kesepakatan damai.

Saat ini pihak Thailand mendapat tuduhan serius --- menggunakan Bom Kluster, alias bom curah dalam pertempuran.Pihak Thailand tentu telah mengajukan bantahannya.

Negara mana yang pernah menggunakan bom kejam itu dalam Perang atau Pertempuran ? Tentu saja yang terutama Negara-negara produsennya --- bom kejam itu bukan saja menebar maut pada saat kontak senjata berlangsung, ini dia kekejaman itu.Bomblet (anak-cucu bom yang menebar setelah dilepaskan --- apabila tidak mencapai sasaran mematikan --- akan menjadi bahaya laten, ia menanti mangsa sebagai ranjau !). Ranjau tidak mengenal lawan-nya --- militer atau sipil, semua bisa menjadi korban ! (dari pengalaman kaum sipil-lah yang terbanyak menjadi korban).

Yang memproduksi jenis bom itu adalah Amerika Serikat, Rusia, Israel, India dan Cina--- Siapa yang memilikinya dalam sistem persenjataan ?Sudah pasti Negara produsen plus aliansinya dan Negara-konsumen yang merasa perlu memiliki jenis senjata itu.

Libya atau Thailand memiliki Bom Curah jenis itu ?  Atau Negara mana lagi ?

Konvensi Oslo sebagai Traktat Internasional tentang Bom Curah itu, telah ditandatangani 100 negara pada tanggal 3 Desember 2008. Traktat itu melarang penggunaan, memproduksi,pengiriman, dan penimbunan. Sebagai tambahan, Negara penandatanganan diwajibkan membantu Negara-negara dan individu yang menjadi korban senjata itu.

Perjanjian itu tidak efektif --- karena Negara-negara produsen tidak turut menandatangani traktat iu.Amerika Serikat menyatakan : “ Washingtonkembali menegaskan penolakannya untuk bergabung dalam traktat atau Konvensi Oslo itu” --- Memang seharusnyalahAmerika, Rusia, Israel, Cina, India, dan Pakistan ; menandatangani traktat itu --- agar efektif.

Sampai hari ini --- di Libya masih berlangsung pertempuran antara pasukan pemerintah Muammar Qadaffi dengan pihak Oposisi --- merebut kembali atau menambah wilayah yang harus dikuasai --- dengan bekal mandat PBB, yakni Resolusi 1973Koalisi Barat menggempur habis-habisan untuk melumpuhkan pemerintahan Qadaffi.Korban tewas baik militer maupun sipil bertambah terus.Sangat memprihatinkan Negarawan-negarawan yang mengerti tujuan apa yang ada dalam konflik ini.

Alangkah hebatnya --- salah satu negarawan yang ingin menengahi perang saudara di Libya itu, dengan cara selain melakukan tekanan dengan senjata, adalah Paus Benedictus XVI. Dalam Pesan Paskahnya menyerukan : agar dilakukan dengan usaha-usaha diplomasi.

Banyak Negara dan Tokoh internasional yang juga telah menyerukan “cara penyelesai-an diplomasi”tidak menyurutkan Blok Barat --- menggempur dengan senjata dan serangan udara --- bahkan barang kali segera mereka melakukan “penyerbuan pasukan darat”.

Apakah Blok Barat dan PBB tidak segera mempertimbangkan seruan damaiPaus Benedictus XVI ?Agar pertumpahan darah di bumi Libya tidak berkepanjangan, atau malah menyeret lebih banyak kekuatan militer dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan Minyak, dalam pertikaian itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline