[caption id="attachment_98285" align="alignleft" width="300" caption="Ber-Abad-abad dari Masjid mengumandangkan Dakwah --- Rahmat bagi seluruh Alam."][/caption]
Bangunan ruang mesjid itu dengan susunan bata merah --- setebal 50-60 cm. Pintunya kecil saja kira-kira lebar 60-70 cm. Mereka yang akan memasuki ruangan harus menundukkan badan dan kepala --- tinggi pintu itu kurang dari 160 cm.
Kesadaran untuk merundukkan pribadi --- manusiawi, akan memasuki alam rohani, berniat merapatkan diri kepada Allah SWT. Merunduk
Sadar "aku" adalah hamba-Nya yang kecil dihadapan Sang Pencipta. Suasana ruangan itu temaram --- Soko guru tiang kuno telah disangga dengan pipa besi --- kayu jati yang tua dengan ukiran pucuk bung (rebung, semangat hidup yang menggelora) --- sederhana tetapi mengusik 'Rahsa", Sir dan Kesadaran Manusia untuk berhubungan dengan Tuhannya.
Iktikaf
Iktikaf adalah bermeditasi --- iktikaf adalah ber-Doa, merendahkan martabat ke Hadirat Sang Pemberi.
Di situ semua orang sepertinya menjadi Pengemis Cinta Allah.
Tasbih
Jari-jemari menggelindingkan biji tasbih --- Subhannallah
Apa yang diminta manusia-manusia sejagad ini ?
Ramai dalam kesenyapan.
Doa standar, Zikir standar dan berbagai cara manusia-manusia melakukan Zikrullah. Berdoa memohon.
Allahu Akbar.
Ada yang tertidur dalam Iktikafnya --- ada yang tertidur hanya menantikan prosesi, ada yang tertidur dibuai keputus-asaan. Menanti Jawaban.
Teringat pada Kyai Muh --- berlinang air mata. "Alangkah bijaknya Almarhum --- kepada Santri-santrinya --- tua atau pun muda"
"Berdoalah terus --- berdoalah, tidak bayar !"
"Waspadalah akan Jawaban Allah --- titeni aba-aba-Nya"
Sedang Iktikaf dengan bacaan doa --- berbahasa Arab, Indonesia, Melayu, Jawa, Cerbonan ...........bahasa manusiawi lainnya.
Alangkah Rahman dan Rahim-Nya Allah --- Ia , Sang Pemberi.
Mintalah apapun, niscaya Ia akan Memberikan Jawaban-Nya.
Ruangan mesjid kuno itu senyap dengan hiruk pikuk Doa yang terfokus pada Allah --- tidak terdengar suara dan bunyi apa pun.
Pada umumnya mereka meminta ampun. Istighfar.
Setiap kali manusia memasuki ruangan --- mereka merunduk di pintu. Lantas menghormati Mesjid. Tahyattul Masjid.
Tujuh lelaki berjubah hijau pun masing-masing telah melakukan Shalat Tahyattul Masjid.
Ketika mereka melafal-kan seruan: adzan --- tiap baris dibalas dengan jawaban oleh para jemaah, terucap atau pun di dalam hati saja.
Tanpa disadari setiap baris jawaban dipanjatkan pula doaku yang singkat secepat kilat.
Untuk kesentausaan Anak-cucu dan Negeriku.
Yang terunik adalah di akhir doa, pada jawaban atas seruan ke-tujuh Muadzin ; "La ilaha illa Allah (Tiada Tuhan selain Allah) ..........semoga Anak-Cucu-ku ber-nasib baik "
Kalimat bernasib baik itu --- sangat mengesanku ketika, seorang penyanyi, Maia Estianty, di acara Infotainment mengucapkan kalimat itu, sebagai doa bagi bayi Mulan Jameela : "..........semoga bernasib baik ".
Kalimat doa yang indah dan inti segala doa yang menyangkut Hidup Duniawi manusia --- Semoga bernasib baik.
Keluar dari ruang mesjid itu --- kembali jemaah harus merundukkan tubuh dan kepala --- kembali ke dunia masyarakat dengan seruan dakwah yang tepat, dan bijak --- karena di kepala itu terdapat pengendalian kebijakan dan kebijaksanaan Manusiawi. "Hayya 'ala al- Falah".
*)Foto eks Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H