Lihat ke Halaman Asli

Tujuh Muadzin 7 Doa [Filsafat – 11]

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13017077432052321385

[caption id="attachment_98285" align="alignleft" width="300" caption="Ber-Abad-abad dari Masjid mengumandangkan Dakwah --- Rahmat bagi seluruh Alam."][/caption]

Bangunan ruang mesjid itu dengan susunan bata merah --- setebal 50-60 cm.  Pintunya kecil saja kira-kira lebar 60-70 cm.  Mereka yang akan memasuki ruangan harus menundukkan badan dan kepala --- tinggi pintu itu kurang dari 160 cm.

Kesadaran untuk merundukkan pribadi --- manusiawi, akan memasuki alam rohani, berniat merapatkan diri kepada Allah SWT. Merunduk

Sadar "aku" adalah hamba-Nya yang kecil dihadapan Sang Pencipta.  Suasana ruangan itu temaram --- Soko guru tiang kuno telah disangga dengan pipa besi --- kayu jati yang tua dengan ukiran pucuk bung (rebung, semangat hidup yang menggelora) --- sederhana tetapi mengusik 'Rahsa", Sir dan Kesadaran Manusia untuk berhubungan dengan Tuhannya.

Iktikaf

Iktikaf adalah bermeditasi --- iktikaf adalah ber-Doa, merendahkan martabat ke Hadirat Sang Pemberi.

Di situ semua orang sepertinya menjadi Pengemis Cinta Allah.

Tasbih

Jari-jemari menggelindingkan biji tasbih --- Subhannallah

Apa yang diminta manusia-manusia sejagad ini ?

Ramai dalam kesenyapan.

Doa standar, Zikir standar dan berbagai cara manusia-manusia melakukan Zikrullah. Berdoa memohon.

Allahu Akbar.

Ada yang tertidur dalam Iktikafnya --- ada yang tertidur hanya menantikan prosesi, ada yang tertidur dibuai keputus-asaan. Menanti Jawaban.

Teringat pada Kyai Muh --- berlinang air mata. "Alangkah bijaknya Almarhum --- kepada Santri-santrinya --- tua atau pun muda"

"Berdoalah terus --- berdoalah, tidak bayar !"

"Waspadalah akan Jawaban Allah --- titeni aba-aba-Nya"

Sedang Iktikaf dengan bacaan doa --- berbahasa Arab, Indonesia, Melayu, Jawa, Cerbonan ...........bahasa manusiawi lainnya.

Alangkah Rahman dan Rahim-Nya Allah --- Ia , Sang Pemberi.

Mintalah apapun, niscaya Ia akan Memberikan Jawaban-Nya.

Ruangan mesjid kuno itu senyap dengan hiruk pikuk Doa yang terfokus pada Allah --- tidak terdengar suara dan bunyi apa pun.

Pada umumnya mereka meminta ampun. Istighfar.

Setiap kali manusia memasuki ruangan --- mereka merunduk di pintu. Lantas menghormati Mesjid. Tahyattul Masjid.

Tujuh lelaki berjubah hijau pun masing-masing telah melakukan Shalat Tahyattul Masjid.

Ketika mereka melafal-kan seruan: adzan --- tiap baris dibalas dengan jawaban oleh para jemaah, terucap atau pun di dalam hati saja.

Tanpa disadari setiap baris jawaban dipanjatkan pula doaku yang singkat secepat kilat.

Untuk kesentausaan Anak-cucu dan Negeriku.

Yang terunik adalah di akhir doa, pada  jawaban atas seruan ke-tujuh Muadzin ; "La ilaha illa Allah  (Tiada  Tuhan selain Allah) ..........semoga Anak-Cucu-ku ber-nasib baik "

Kalimat bernasib baik itu --- sangat mengesanku ketika, seorang penyanyi,  Maia Estianty, di acara Infotainment mengucapkan kalimat itu, sebagai doa bagi bayi Mulan Jameela : "..........semoga bernasib baik ".

Kalimat doa yang indah dan inti segala doa yang menyangkut Hidup Duniawi manusia --- Semoga bernasib baik.

Keluar dari ruang mesjid itu --- kembali jemaah harus merundukkan tubuh dan kepala --- kembali ke dunia masyarakat dengan seruan dakwah yang tepat, dan bijak --- karena di kepala itu terdapat pengendalian kebijakan dan kebijaksanaan Manusiawi. "Hayya 'ala al- Falah".

*)Foto eks Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline