Lihat ke Halaman Asli

Berbulan Madu di Rembulan Watu Gong [Mini Cerpen-65 Saptalogi 7/7 Tammat]

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1298647769773200068

[caption id="attachment_91241" align="aligncenter" width="300" caption="Rahasia Kehidupan Manusia seperti Sisi Gelap Sang Rembulan. Di dalam Kehidupan, asam garam yang dinamakan beban psikologis."][/caption]

(1)

Mereka belum memutuskan pulang bermalam di Sukabumi atau Bogor ---yang terang perjalanan itu makin memantapkan rencana perkawinan mereka --- mereka akan menikah setelahmasa iddah A’ay berakhir kira-kira di awal Mei.

Mereka berhenti makan siang di restoran di Cianjur --- biasa Tengku Houd ingin menghidangkan kekasihnya dengan sup ikan gurame. Lekker deh.

“Opa, A’ay masih penasaran --- apa sih maknanya urat sirih yang ada di pipi A’ay ?”

“O itu rahasia lelaki --- tidak semua perempuan memiliki itu.Saya beruntung bila A’ay berkenan menjadi pasangan saya kelak.Saya akan beruntung sekali”

“Katakan dong Opa”

“Itu menurut primbon Orang Cirebon”Tengku Houd tertawa terbahak-bahak melihat roman wajah A’ay yang mendesaknya membuka rahasia urat sirih --- mereka terus saling berangkulan sehingga mengusik beberapa pengunjung lesehan yang bertetangga.. Mereka seperti dua sejoli yang sedang mabok cinta.

Ketika memasuki Alphard, Tengku merapatkan wajahnya ke telinga A’ay --- A’ay menggelinjang.

“Nanti akan saya buka rahasiamu --- di malam pertama”.Mereka berangkulan kemudian memasuki mobil.

(2)

Tengku Houd menepikan mobil. Ada Telepon.

“Ya --- Pak Dulmajid pergi ke Merak mintakan semacam keterangan dari Syahbandar bahwa, truk nomor sekian yang sesuai dengan manifest, Surat Jalan dan lain-lain --- yang menyangkut kargo kita untuk Haji Dori Toko Matahari Biru.Kemacetan itu bisa merugikan Surat Pemesanan karena terlambat penyerahanbarang di Medan.Begitu dapat Faksimili-kan dan E-mailkan kepada Pak Haji --- agar pak haji tidak dikenakan penalty --- laporkan nanti pelaksanaannya “

“Negara ini gila --- kemacetan penyeberangan Merak ke Bakahuni bisa sampai 19 kilometer.Barang tertunda bisa lebih satu minggu”Tengku Houd menjelaskan prihal bisnis kepada A’ay.

Kekesalan TengkuHoud dilanjutkan dengan berbagai kelemahan Pemerintah dalam mengelola manajemen transport, kelistrikan, target lifting migas yang tidak tercapai bertahun-tahun, dan macam-macam lah.

“Kalau begitu berarti pemerintahan ini telah melakukan Kebijakan yang keliru dong Opa ?’

“Memang !Banyak sekali kebijakan dalam pemerintahan ini yang harus dimintakan pertanggungjawaban --- terutama yang menyangkut APBN, huh” Tampak Tengku Houd kesal juga.

(3)

Tetty menelpon Tengku Houd.

“Papa, transfer telah dipergunakan --- kapan ke Notaris Bogor ?”

“Nanti papa kabarkan, mungkin lusa ya ?”

Sementara itu mobil memasuki lapangan parkir. Mereka minum kopi dengan santapan pancake --- rambut A’ay dikibas-kibaskan angin pegunungan. Tampak ia dibantu Tengku Houd mengenakan sweaternya.

Kemudian Tengku Houd dengan hati-hati menjelaskan bahwa ia mempunyai partner bisnis di bidang Distro bernama Tetty Damayani. Tengku Houd tidak merasa ada commitment apa-apa dengan Tetty --- memang wanita jaman sekarang bisa melakukan hubungan seks tanpa dasar emosional --- cukup TTM saja !

Justru yang perlu penjelasan keputusan ini --- Ce Ade. Karena ia wanita lemah yang sangat berharap di hari tuanya mendapatkan jodoh sehebat Tengku Houd --- kebetulan pula mereka telah berpacaran selama lebih 25 tahun --- diselingi 5 kali perkawinan Ce Ade.Ada-ada saja, Tengku Houd tersenyum.

Ia teringat pada Myrthe, yang memiliki vagina yang terindah ---- tetapi ia bukanlah calon yang tepat.Masih anak-anak sekali.Ia tetap akan dijadikan anak asuhnya saja.

“Opa, nanti mampir di rumah A’ay yang Cimahpar ya --- tetapi Opa tidurnya di hotel ya”

“Okay-okay, kita serumah setelah menikah.Saya ada obsesi ingin mendirikan rumah di kebun saya, di Watu Gong --- nanti saya ceritakan “

Dalam perjalan ke Bogor, diceritakan Tengku Houd bahwa ia setelah menikah ingin pensiun --- semua usahanya akan diserahkan pada manajemen karyawan-karyawan setianya.Lantas usaha rental A’ay sesuai rencanaakan diserahkan pada anak perempuannya yang di Bogor

“Saya akan bergerak di bidang intelektuil saja --- dari rumah Watu Gong !”Dan dilanjutkan Tengku Houd agar A’ay membuka usaha transport baru --- travel dan rental berbasis di Semarang.

“Wah—Opajadi kita bercinta dimulai di Pantai Selatan dan …………..dengan berbisik ………..membuat anak di Pantura !”Mereka berpelukan berdua.Dan berciuman.

(4)

Tengku Houd menelpon Ce Ade, sementara A’ay mandi.

“De, saya di Bogor De “

“Sama Tetty ?”

“Tidak De --- Tetty mengurus usaha Distronya”Lama mereka berbincang sampai akhirnya pengakuan Tengku Houd, bahwa ia telah memilih salah seorang wanita yang akan menemani hari tuanya.

“Dari pengalaman 25 tahun persahabatan kita --- kita memang ternyata cocoknya kalau tetap bersahabat ---- kita tidak akan bahagia kalau diikat perkawinan De.Ade telah berpengalaman nikah enam kali……….’kan tidak dapat mencapai kebahagiaan………..saya pikir juga kalaulah kita menikah ………..mungkin juga berakhir tragis…………biarlah kenangan manis selama ini tetap menjadi kisah yang manis”

Ce Ade mengangis --- baginya sebagai wanita berumur 55 tahun memang tidak mudah lagi mencari teman hidup dihari tua………….

“Bapak kapan mampir ke Bandung ?Kenalkan wanita yang beruntung itu, bawa ya mampir ke rumah “

“ Iya De”Ce Ade melanjutkan tangisnya ---- ia mengenang ada dua tiga kali menangis secara emosional selama berhubungan cinta dengan Tengku Houd ---- tetapi ia juga telah lima kali meminta ijin kawin dengan orang lain, kepada Tengku Houd --- selama hubungan cinta mereka itu.

(5)

Tengku Houd mengenalkan A’ay dengan Tetty pada saat mereka menandatanganisurat-surat kerja sama usaha Distro.Yang menandatangani Ibu Mince, Tetty dan Tengku Houd.

Malam Tengku Houd mengunjungi Distro yang mewah dan ramai itu --- Tetty memeluk erat Tengku Houd, ia bertekad tetap berlaku hangat sebagaimana selama ini --- malah ia merasa mendapat sahabat baru, A’ay --- memang,Tetty dan Tengku Houd selama ini dua orang bersahabat yang mempunyai kegemaran yang sama saling mendekati. Tetty mengharapkan kehadiran A’ay menjadi bahagian kebahagiaan yang selama ini telah terbina.Tetty dan A’ay tidak saja bercipiki-cipika --- tetapi berpeluk cium dengan rapat dan akrab.

“Bu, A’ay cantik sekali malam ini --- Bu inilah usaha baru pak Tengku --- ibu harus mendukung kami bu “

Myrthe datang mencium tangan kedua tamu agung itu.

(6)

Konsep rumah impian di Watu Gong itu telah diperkenalkan Tengku Houd pada A’ay --- bahkan telah turut berdiskusi tentang blue-print rumah itu.Dalam laptop Tengku Houd rumah impian itu berwujud dengan bentuk + (positif) --- melintang Barat ke Timur, dan membujur Utara Selatan. Ditengah persilangan ke-empat sayap bangunan itu adalah semacam ruangan konvensi, diapit perpustakaan, mushalla, dapur kering dan ruang tamu.Selanjutnya deretan ruangan dan kamar ke semua arah adalah fungsional penunjang.

Itu rumah impian Tengku Houd --- dalam impian , renungan dan kegelisahannya selama menderita karena kehilangan istri dan anak gadis semata wayangnya.

Kebun Watu Gong adalah areal yang bertahun-tahun lalu menjadi tempat Tengku Houd merancang hari tuanya.Tetapi impian itu berantakan --- karena musibah Istryani, isterinya dan anak gadisnya --- moksa ditelan gelombang pantai Pelabuhan Ratu.Membuat ia merana dan berputus asa untuk merenda hari tuanya.Petualangan cintanya dengan banyak wanita tidak sampai pada keputusannya untuk mengikat dalam tali perkawinan. Baru dengan Siti Aisyah ia merasakan ada kecocokan kemistri.

Setelah menikah ia memutuskan pensiun --- ia hanya akan menikmati perpustakaannya yang telah ia bangun sejak ia masih muda --- ribuan buku, majalah, peta, clipping, koleksi antik, wayang kulit dan keris serta pusaka.

Bangunan berbentuk positif itu terletak pada kontur berbukit-bukit dengan panorama ke dataran yang lebih rendah yang sangat indah.Di sana terdapat beberapa patung replika para tokoh wayang kulit --- Dewi Sri, Dewi Drupadi, Dewi Maerah, Dewi Anjani, dan Dewi Kunti.

Ia selalu merenungi mengapa ia begitu menggandrungi ke-lima Dewi itu --- yang dalam filsafat pewayangan, mengandung karakter dan kisah yang sangat manusiawi ---- tetapi dalam sisi hidup seorang lelaki : Mengapa dengan para dewi itu ?

(7)

Mereka menikah pertengahan Mei menjelang hari Raya Waicak --- dari Bandara Ahmad Yani mereka mengendarai Mercedez Coupe kesayangan Sang Tengku --- di perjalanan yang berliku-liku memanjang dataran Candi menuju Gombel --- bulan purnama memayungi kota Semarang.Perak kejinggaan.

Memasuki halaman kebun, tampak silhouette bangunan yang belum selesai --- Perak kejinggaan

Lantas di antara rimbunan pohon perdu berbunga wangi --- kemuning dan Chulan --- juga perak kejinggaan. Di sana terlihat silhouette arca replikaSang Buddha --- juga disiram oleh sinar rembulan perak kejinggaan.Di antara pohon kelapa sawit di pinggir bukit terlihat patung dua ekor gajah dengan seekor anaknya --- berwarna keperakan dan kejinggaan.

Malam ini mereka --- Tengku Houd dan A’ay, Sang istri ---- menempati rumah kuno gaya Kudus, tidak besar ---- hanya penuh ukiran. Dan di atasnya terdapat ornament yang menyimpulkan para pemiliknya hanyalah hamba Allah yang akan mengimpikan husnul khotimah --- ingin diakhir hayatnya berbuat baik bagi manusia dan alam.Di mana selama kehidupannya memang harus digores nestapa dan kebahagiaan.

Seperti asam garam kehidupan. A’ay telah lebih sepuluh tahun tidak pernah menikmati persenggamaan sejak ia pisah ranjang. Sudah berbilang pecan dan bulan ia menahan hasrat dan dorongan nafsu sahwatnya --- ia berhasil membatasi orgasmenya dengan petting dan sentuhan seksual ringan saja. Malam ini ?

Setelah ia mendapatkan talak tiga --- ia lantas mendapatkan “pertemuan jodoh” dengan lelaki yang sangat ia kagumi.Hari ini ia telah mendapatkan kembali suami barunya. Tengku Houd, dengan pernikahan yang syah dan halal.

Kamar pengantin itu bertirai biru --- tempat tidur antik pun berkelambu biru , A’ay telah tidak merasakan lagi kelembutan bantal dan sprei --- ia bergetar dengan cumbuan kekasihnya.Tengku Houd.

“AAaaaaaaaaaaagh”

“Say, inilah isyarat ‘urat sirih itu”A’ay tidak mendengarkan ocehan Tengku Houd lagi. Sayup langut.

(8)

Adegan itu selesai , dari ventilasi kamar mandi temaram cahaya rembulan membias --- A’ay dibopong Tengku Houd kembali ke peraduan --- terlihat tepian tirai bercahaya perak kejinggaan kena bias cahaya dari luar.

“Opa, tadi bilang apa ?”

“Wanita dengan urat sirih Ay --- kalau diketuk konon pasti mendesah ---- Aaaagh”Lelaki senang sekali dengan suara desah itu Ay ---- terima kasih say”.

“Oo, itu”A’ay kembali memeluk erat suaminya.

Tengku Houd bersyukur, merasakan ketentraman hidup berumah tangga dengan wanita pilihannya, A’ay --- kiranya akan sirnalah segala beban tragedi yangdialami sepanjang hidupnya.Begitu pula Siti Aisyah terkabul doanya mendapatkan,lelaki yang mampu membangun kehidupannya dengan usaha sendiri --- bukan seorang koruptor , yang mendera hidupnya dengan tekanan psikologis berkepanjangan selama ini.

Mereka berdua bersyukur dalam pelukan yang erat. (Tammat)

Latar belakang link ke :

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/02/22/semacam-eat-pray-love-phobia-sadar-dan-seks-mini-cerpen-64-saptalogi-67/

*) Foto ex Internet

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline