Lihat ke Halaman Asli

Kemarahan Orang per Orang dan Kemarahan Massal meningkat [Kesadaran Nasional – 29]

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12972341011592487176

[caption id="attachment_88224" align="aligncenter" width="300" caption="Laksanakan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen beserta Undang-undang --- dengan murni dan konsekwen"][/caption]

Secara pribadi aku sangat marah kepada

Indonesia --- terutama sejak memasuki tahun 2011.  Mengapa ?

Tontonan berita sepanjang akhir tahun 2010 makin memuncak tentang bencana, kedunguan, korupsi merajalela, mafia hukum, mafia pajak, kebohongan terhadap pelaksanaan Amanat Reformasi 1998 --- tiap hari tiap saat berita tawuran anak sekolah, supporter sepak bola, orang-orang  kampung, mahasiwa, semua komunitas menyalurkan amarahnya --- alangkah dungunya bangsa ini.  Bangsa ini sedang mencabik-cabik Jiwa-nya.

 

Cucu-cucu dicegah untuk tidak menonton peristiwa gontok-gontokan yang dungu itu --- sekali-kali diperbolehkan dengan penjelasan, agar mereka peka terhadap “kemungkinan” mereka mengalami Bangsa dan Negara-nya dalam krisis

 

Aku marah, dia marah, kau marah, mereka marah, kita marah --- dan kami pun marah !

Kalau begitu Massa sedang marah.

Di Yogya, di Palu, di Manado, di Makassar, di Jambi, di Pandegelang, di Temanggung, di Biak, di Fak-Fak --- di desa, di perkebunan, di pabrik, di kota, di kampung, di mana-mana ada kemarahan massal.   Siapa mereka ?

Buruh, Tani, Nelayan, anak Sekolah, mahasiswa --- penganggur, pengamen, ibu-ibu, kaum miskin, kaum beragama ---- semua menyimpan kemarahan…………..dan mengungkapkan kemarahannya.

 

Apakah yang dimarahkan mereka ?

Mereka marah pada Rekayasa proses hukum, angka-angka statistik, penghilangan barang bukti, mensandiwarakan “Orang yang harus menjadi Saksi”, membuat Nama dan Initial Saksi Fiktif,  Orang di dalam bui juga bisa palsu --- aduh penjara bisa disunglap menjadi salon atau rumah bordil.

Ini Negara apa ? Rakyat dengan marah bertanya.

Kemarahan mereka menyangkut Kenaikan harga pangan, biaya pendidikan, politik enerji --- cabe, garam, ikan basah dan macam-macam di-impor sebagai obat penenang. Jadi kemarahan meliputi : IPOLEKSOSBUD HANKAM !

Kemarahan yang didasari alasan : Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya; serta Pertahanan dan Keamanan.  Aaaagh !

Kemarahan ini kalau salah kelola akan memendam dendam. Karena menjadi Pathologi Sosial.

 

Apa  alasan kamu marah ?

Mereka --- Pemerintah tidak menjalankan Amanat Gerakan Reformasi 1998, mereka tidak melaksanakan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen dalam praxis --- dalam pelaksanaannya.  Undang-undang dilanggar dengan semena-mena.  Fungsi Ekskutif, Legislatif, dan Yudikatif semuanya tidak menjalankan tugas dengan seksama.   Mengapa ?

 

Konon mereka kekurangan gaji, tunjangan atau upahnya ---- Lha, sejak tahun 1998, masa Reformasi  kan  selalu  alasan menaikkan gaji dan renumerasi mereka, adalah untuk mencegah korupsi.

Mengapa mereka masih melanggar Undang-undang ?

 

Jadi sejak  1 Januari 2011 dasar kemarahan Rakyat adalah  ( di dalam tulisan dan komentar ):

  1. Idiil  --- Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen dan Undang-undang harus diberlakukan secara murni dan konsekwen.
  2. Operasional --- Agar Pemerintah melaksanakan Amanat Reformasi 1998 --- terutama menyangkut  pemberantasan Korupsi, Kolusi ( baca Suap menyuap) dan Nepotisme (dalam huruf tebal Nepotisme ---tanda-tanda mulai merebak kembali); Penegakkan Hukum yang juridis;  Reformasi yang seksama di  Kepolisian Negara , Kejaksaan, dan Lembaga Pengadilan, dan lakukan itu semua dengan Manajemen yang jitu, dengan Leadership yang prima.
  3. Menyangkut Kriminal --- hukumlah sesuai dengan Undang-undang.  Kalau ini juga dibiarkan, tunggulah akumulasi kemarahan itu dalam Krisis apa-pun akan sangat kejam.  Itu ditunggu ?

 

Hai Pemimpin lihatlah gejala yang makin eksplosif ini --- kami marah kalau sampai bangsa ini tercabik-cabik . Mengerti ?

Cekatan dan Cerdaslah. 

*) Foto ex Internet

   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline