[caption id="attachment_86842" align="aligncenter" width="300" caption="Seorang Presiden yang hidup dalam Kesederhanaan; tetapi Cerdas dalam Kepemimpinan."][/caption] Membaca berita Kompas.Com tentang peranan Omar Suleiman, Wakil Presiden Mesir --- yang baru saja dilantik Mubarak. Omar Suleiman diberitakan mempunyai peran yang luar biasa dalam operasi Perang Terorisme. Penugasan oleh CIA. Ia tampaknya andalan Pemerintah Washington untuk memperoleh "konsideran" --- untuk mendukung politik internasional dan kegiatan diplomatik AS di PBB dan forum-forum internasional lainnya. Indonesia juga adalah jaringan yang terikat dengan Perang Terorisme itu --- karena sejak 9/11 Presiden Bush waktu itu langsung memberi garis. Setiap Negara harus jelas --- turut AS atau akan menjadi sasaran tembak AS dalam Perang Terorisme. Operasi memerangi Terorisme di Indonesia cukup sukses --- tidak percuma Presiden RI pun perlu menjadikan keberhasilan itu menjadi --- oleh-oleh dalam pidato diplomasinya di depan Parlemen Australia, saat kunjungannya ke sana. Dalam berita di Kompas.com digambarkan peranan Omar Suleiman demikian kejam, dalam melaksanakan misi-misi CIA. Kalau dirunut tulisan Ken Conby, Intel, Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia, Pustaka Pritama, Jakarta 2007. Badan Intelijen Indonesia sudah biasa bekerja sama dengan pihak Asing --- apakah CIA, Mosad atau pihak Australia, bahkan di era Orde baru, terkuak juga bekerja sama dengan pihak Badan Intelijen Asing dari Negara-negara Komunis, seperti Cina atau Vietnam. Dalam buku itu operasi intelijen yang dikemukakan dengan struktur operasi yang sederhana-sederhana saja --- seperti "penyusupan" ke sasaran ataupun ke dalam organisasi sasaran. Kalau istilah Gestapu/PKI bekerja di kalangan musuh. Operasi Intelijen, sejak terhadap Komando Jihad sampai JI tampaknya dari berita-berita dipermukaan atau pembahasan para Pengamat Intelijen --- biasa-biasa saja. Karena operasi penangkalan terhadap sasaran masih seperti main remi --- memasang kartu di dalam jaringan, kemudian ditumpas pada saat diperlukan. Makanya kita bisa menyaksikan persiapan para teroris secara detail dan utuh --- dari adegan-adegan video, sampai teroris mati terpojok --- di televisi. Begitu pula adegan bagaimana Omar Suleiman menjalankan tugas --- dengan buas dan kejam menyiksa "teroris" yang dibawa ke Mesir untuk mendapatkan statemen. Omar Suleiman berhasil memerah Ibnu Syeikh al Libi --- Pengakuan Libi bahwa memang ada hubungan Saddam Husien dengan Al Qaeda. Memuluskan AS menggunakan PBB dan Operasi peperangan di Irak (demikian menurut buku The One Percent Doctrine yang ditulis Ron Suskind ) . Uniknya belakangan Al- Libi menarik pengakuannya itu --- tetapi operasi perang ke Irak telah terlaksana --- walaupun senjata kimia dan pemusnah massal yang menjadi alasan tidak diketemukan. Adakah orang yang dibina pihak Asing didalam hierarchi atau enchelon organisasi di Indonesia ? Berdasarkan bacaan dari buku, tabloid, koran dan berita televisi --- itu sudah lumrah dipersiapkan oleh pihak sana. Untuk keuntungan siapa ? Enggak tahu. Untuk apa ? Bukan operasi Perang Terorisme saja --- yang lebih canggih tentunya mengamankan policy, diplomasi, penguasaan perekonomian dan perdagangan, penguasaan sumber-sumber daya, legislasi dan perundang-undangan, Memasang permainan remi dalam kasus mafia di Indonesia. Bukan saja Partai menyandra partai, atau seorang Penting tersandra oleh lawannya --- tetapi Networking Indonesia tersandra dalam operasi multiguna "pihak Asing". Wah ! Untuk keuntungan siapa ? Enggak tahu. Apakah Badan-badan Intelijen Indonesia bisa mencegah-tangkal untuk kepentingan Indonesia --- kegiatan mereka itu ? Kita lihat saja penyelesaian kasus Bank Century, Mafia Hukum, Mafia Pajak atau Operasi Evakuasi Krisis Mesir hari ini. Happy-ending apa enggak ? Kalau memakai skala, sampai semi final atau final --- atau berapa prosen-kah ? Mboh !? Canggih enggak ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H