Lihat ke Halaman Asli

Mungkinkah Indonesia Mengalami Krisis Utang Luar Negeri (?) [EkonomiNet – 06]

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamatkan Indonesia !

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Selamatkan Indonesia !"][/caption] Bisakah mengalami seperti Yunani atau Portugal dan beberapa Negara Eropa saat ini ?Mungkin sekali !

Mungkinkah Indonesia mengalami Krisis Moneter lagi seperti yang disebabkan Krisis Moneter Asia 1997-98 ?Bisa sekali !

Mengqpa ?

  1. APBN Indonesia terus menerus mengandalkan Utang Luar Negeri --- tutup lobang gali lobang untuk mengatasi Defisit Anggaran.
  2. Indonesia tidak mampu memberantas Korupsi. Apa lagi Perpajakannya tidak adil, Konon Anggaran Pendapatannya dikuasai Mafia Pajak dan Anggaran Belanjanya pun dihisap oleh para Koruptor di Birokrasi-nya. Aliran pemungutan Pajak-nya pun di-manage secara koruptif oleh para Pelaksana dan Pos-pospengutipan sebelum sampai ke Kas Negara ( pada saat tenggang waktu itu lho).
  3. Cadangan Devisa mengandalkan Capital Inflow dari Luar Negeri yang bersifat Jangka Pendek dan Spekulatif. Sangat rawan Capital Outflow sangat mendadak, Indonesia bisa mendadak mengalami Liquidity Squeez.
  4. Indonesia memberlakukan Rejim Devisa Bebas --- Devisa hasil Ekspor bisa mencari pasaran investasi yang lebih aman dan menguntungkan di Negerilain (Parkir atau Investasi)
  5. Industri di Dalam Negeri sangat tergantung barang Impor (bahan dasar, bahan pembantu dan spare-parts)
  6. Impor Indonesia juga dominan barang konsumsi, bukan barang untuk investasi ( sampai saat ini). Ekonomi Enerji Indonesia sangat tergantung pada Impor (yang harganya sangat fluktuatif)
  7. Pasar Dalam Negeri dikuasai barang Industri dari luar negeri --- begitu pula barang konsumsi pangan (Krisis Pangan Dunia, harga cendrung meningkat, Indonesia harus menyediakan devisa yang lebih banyak untuk mengimpor bahan pangan)
  8. Pertumbuhan Industrialisasi tidak mempunyai “Linkage” yang mantapdari Hulu ke Hilir.Pembangunan Infra Struktur tidak optimistik.
  9. Indonesia tetap hanya menghandalkan ekspor bahan mentah--- sepanjang Negeri Industri berkembang di Asia Timur (Cina, Jepang dan Korea), India dan beberapa Negara Amerika Latin bisa stabil menyerap, aman --- Indonesia sangat tergantung, itulah yang mengamankan Indonesia selama 2008 -2010. Bagaimana kelanjutan Perang Dagang dan Ekonomi antara Cina dengan Amerika Serikat ?
  10. Jatuh Tempo Utang sangat tergantung keberanian Indonesia menetapkan Bunga Tinggi seperti sekarang ini --- Kebijakan Bunga Indonesia sangat mahal membebani Perekonomian Indonesia, baik secara moneter (inflasi) maupun hambatan pertumbuhan industri.
  11. Angka Pertumbuhan yang dicapai seperti gelembung yang rawan meletus dan menimbulkan krisis. Karena tidak berkorelasoi dengan kapasitas sektor riil
  12. Perekonomian Indonesia sesuai Konstitusi Undang-undang Dasar 1945 Amendemen belum terbangun sebagaimana semestinya --- sehingga Daya Tahan Domestik belum bisa diandalkan.
  13. Debt-Trap Utang Luar Negeri makin ketat se-iring dengan membesarnya Total Hutang baru; Krisis segera dialami Indonesia, begitu ada gelombang krisis secara eksternal (ingat Krisis Asia 1997 yang dimulai di Thailand dan Korea Selatan dan Krisis Keuangan di Amerika Serikat 2008 --- untung ada pertumbuhan yang menyeret Indonesia dari kekuatan Perekonomian Cina, Korea dan Jepang serta India). Berapa besar porsi Utang Luar Negeri Swasta saat ini, dan untuk apa, dan bagaimana kualitas-nya ?

Bagaimana Indonesia bertahan menghindari Krisis yang bisa datang mendadak sekonyong-konyong ?

Bagaimana Stabilitas Geopolitik di Asia Timur (Perang Korea II, Sengketa Klaim Cina di Laut Cina Selatan ) ?

Bagaimana Stabiltas Politik di Indonesia ?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline