Lihat ke Halaman Asli

Detik-detik, detik di Indonesia [Puisi dari Jendela Bis – 07]

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12899667591796806680

[caption id="attachment_73352" align="aligncenter" width="300" caption="Demi Waktu --- hanya kaum yang beruntung menyadari Sumber Daya Waktu."][/caption]  

Presiden

Mengapa ?

 

Perdana Menteri

Tidak ada

Mantan Menteri Luar Negeri akan ditangkap

Berapa sih RMS ?

Jangan anggap enteng

Dulu Fretilin dikatakan 300.000

Tak terkalahkan

Dulu GAM dikatakan  belasan ribu

Tak terkalahkan

RMS keturunan kedua

Apa ideologinya ?

Apa sejarahnya ?

Selesaikan

Seperti GAM

Rekonsiliasi

Beres

 

Presiden

Bagaimana ?

 

Perdana Menteri tidak punya

Indonesia-kah ini ?

Ya

Detik-detik, detik di Indonesia

Negara berkembang

Di gelanggang tunggang langgang --- lalulalang tidak dua terbilang

Itu Siliwangi

Esa Hilang Dua Terbilang

Yang ada menterinya saja --- mengurus bola bukan medali, mengurus agenda bukannya organisasi.

 

Presiden

PKS

Atau Indonesia-kah ?

Hanya ada berita --- akan ada gempa di Lautan Hindia

Berapa ?

Tanya Maridjan

Tanya Tukidjan

 

Siapkan mitigasi

Kita harus wanti-wanti kata Ki Dhalang Tukidjan

Bukan tanggap darurat tergagap-gagap. Bukan, Jan !

 

Ada Presiden

Ada Koalisi

Ada transaksi

 

Presiden

Siapa ?

Obama

 

Obama

Berkah --- Al Barakkah

Barack

Hussein

Obama

Sang Presiden

 

Presiden

Parlemen

Selesaikan !

 

Demokrasi

Demonstrasi

Dan

Koalisi berarti

Transaksi

Dan korupsi pun berkembang korupsi lagi

 

Presiden

2014

2019

2024

PresidenRI mutlak harus untuk Konstitusi !

Jangan terbuang detik-detik, dan detik di Indonesia-ku ini.

sekali, dan

berarti.

 

                                                (MWA-2010)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline