Lihat ke Halaman Asli

Kematian yang memuat Krisis [Hippo Dongo Dongo - 11]

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_261246" align="aligncenter" width="300" caption="Hai Manusia, Lindungi kami dari kematian yang sia-sia"][/caption]     

 “CCTV mati, Joni Malela mati – Orang Rusia mati, orang mudik mati - Longsor mati, Radar mati, Listrik mati, Singa Osama mati “ --- Ha  aha –aha –aha ha aha ha aha hahaaaaaaaaaaaa.  Mangapa manusia senang kepada kematian ?   Bertanya-tanya didalam benak Kaisar, bertanya-tanya di dalam hati Sang Kaisar.  Mengapa manusia mempunyai Filsafat Kematian.  Kaisar Hippo IV  menelpon………….

 

“Hallo Kanjeng, ane Kaisar Hippo IV --- masih ingat ?”

“Ya, ya ente sungai Nile, ya, sungai Nile.  Kaisar ada apa pagi-pagi --- ini di istana mana ?”

“Ane di istana Youm Khipur --- 450 kilometer dari Gurun Sinai, dekat El Miya Dewi-ku “

Ada soal apa kaisar ?”

“Mengapa manusia mempunyai kata-kata “Mati”  --- mengapa Dewi-ku”  Tepat alamat Kaisar, ia menilpon Hekate, seorang Dewi Alam Baka.  Dari Mitologi Yunani Purba.

 

Hekate sebagai seorang Dewi wujudnya sungguh mengerikan, berkepala  dan berbadan tiga. Ia dapat bergerak berkelana di tiga alam; nun di sana --- di alam baka, di alam dunia di mana manusia dan hewan kini masih hidup, dan di alam langit.  Konon pengiring-nya adalah para setan dan dedemit yang bentuknya sangat mengerikan. Dewi Hekate adalah pelindung dan pujaan para penyihir dan tukang tenung.

 

“ Mati dan Kematian adalah ramalan Kaisar “

“Tolong jangan terlalu filsafati --- aku sedang panik, jangan membuat kesimpulan aku menjadi melenceng nanti Dewi “  Dewi Hekate tidak mempedulikan.

“Mati adalah simbol, karena manusia mempunyai kemampuan abstraksi, mereka mengembangkan menjadi skenario masa depan, masa besok, masa mendatang”  Dewi Hekate diam sejenak………….Denyut nadi Kaisar Hippo IV terasa merambat mengencang.

 

“Maka di Cina ada seorang peramal yang sangat menguasai ilmu kematian, namanya Yuan Tianguang --- sesiapa yang ingin meramalkan kematian-nya atau musuhnya selalu memakai jasa Yuan Tianguang --- karena ia juga mempunyai hubungan dekat dengan Dewa Pencabut Nyawa, bernama Kaisar Taizong”  Tiba-tiba saja Kaisar Hippo IV memotong.

 

“Kalau demikian kematian berarti sesuatu yang mempunyai arti krisis, Dewi ?”

“Betul Kaisar !”

 

“Mati dan Kematian adalah masalah Manajerial --- masalah manajerial adalah kecerdasan mengelola target secara proaktif dan antisipatif --- variable yang harus kelola adalah perubahan yang luar biasa cepat --- secepat klebatan pedang yang paling tajam !”

“Maksudnya?”

 

“Waktu !”  Tiba-tiba saja hubungan terputus, sinyal hilang ……….mati !  Tertegun Kaisar Hippo IV memandang  permukaan air yang memainkan alun , dan sekali-kali ombak memukul-mukul lambung kapal.  Wer darah Kaisar Hippo IV  meronakan wajahnya yang seperti orang capai.

 

“Mati hakekatnya Waktu “ pikir Sang Kaisar sambil menarik nafas panjang.  Mengapa terputus ?  Mati !

 

Dalam analisa Kaisar --- alangkah beruntungnya Dunia Hewan, tidak mengenal hakekat mati dan waktu.  Hanya Manusia yang membutuhkan Filsafat Waktu dan ………..Mati.

 

“Jemput Kyai Munawir dari Tuban aku ingin mendengar wejangan beliau tentang konsep “mati-nya” manusia ! “  Masalah ini menjadi serius karena di Dunia manusia sedang ribut --- Koruptor dihukum tembak mati di Cina --- sedang di Indonesia sulit menegakkan hukum terhadap koruptor --- malah koruptor mendapatkan hukuman  singkat dalam ukuran “Waktu” --- dipersingkat lagi dengan remisi dan grasi.   Memang tenyata kelemahan Orang Indonesia tidak mampu mengelola waktu dan kematian.  Jadi kalau ada "mati dadakan mereka gagap dan gugup".

 

“Ada Hadist berbunyi : ‘Sebab didalam dirimu terdapat penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati   “…*)………itulah pembukaan wejangan Sang Kyai, setelah mereka duduk bersila di atas ambal yang empuk berwarna hijau dengan nuansa kekuningan emas…………………

 

“Hamba kutipkan : “……Dalam ideologi yang dilandasi materialisme, wacana kematian hanyalah dibangun dalam kerangka pengorbanan dan kekalahan dengan logika benefit and cost.. Maka adalah menarik pemaparan  Peter L. Berger dalam bukunya Piramida Korban Manusia. Bahwa dalam pencapaian “surga” itu muncullah kematian-kematian, baik berupa kematian manusia sesungguhnya karena revolusi, atau matinya nilai kemanusiaan (dehumanisasi  dan alianasi)  pada proses pencapaian pertumbuhan. Semua itu merupakan biaya yang harus dibayar agar tercapai masyarakat ideal………” *)  Wah, berliku-liku panjang lebar wejangan Kyai Munawir --- pokoknya mati dan kematian pikir Kaisar Hippo IV.

 

“……..dapat bermanfaat bagi bangsa yang telah sekian waktu tertidur (lebih tepatnya :collapse) oleh konflik elite dan apatisme massa ini … *) tampaknya itu pun kutipan dari Pengantar buku tersebut.  Kemudian Kyai menceritakan secara filosofis  Ajaran dan Jalan Kematian Syeh Siti Jenar, peranan keturunan Mas Karebet yang menjadi pengikut Syeh Siti Jenar , sampai menurunkan raja-raja  di kerajaan Islam di Tanah Jawa.  Begitu masuk kedalam ajaran Syeh Siti Jenar --- “…..bahwa seluruh alam ini adalah mayyitun  atau mayat ….” Terlihat wajah tembem Sang Kaisar IV lebih masgul, tampak matanya terkudip-kudip sayu di dalam lingkaran kantong matanya.  Aduh !

 

“Mayat-mayat itu berkeliaran ke mana-mana, mencari rejeki, mencari makan dan sandang yang bagus, permata serta perhiasan berkilauan, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah mayat-mayat belaka……….”  Tersadar Kaisar………ternyata di Alam Dunia Manusia dan Hewan ini sebenar-nya bukan hidup lantas mati, tetapi Manusia dan Hewan sebenarnya hanyalah Mayyitun yang rakus menuju “berakhirnya peran duniawinya” .

 

Lantas mengapa manusia dan hewan begitu mementingkan kekuasaan --- bukan karya untuk sesama, mengapa membiarkan kemiskinan dari pada pemberantasan korupsi ?  Diajukannya pertanyaan itu kepada Kyai.

 

Jawab Sang Kyai : “………Sebab didalam dirimu terdapat penyakit Wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati !  Makanya, singa mati, harimau mati, CCTV mati, Radar mati, Listrik mati, orang mudik mati , Orang Rusia mati,  ketiban longsor mati, jalan ambrol jangan-jangan ada yang mati --- banyak kematian yang menjadi perhatian di Indonesia, karena Hati Nurani hampir menemukan kematian-nya…………”

 

“Kapan mBah ?”   Brevis ipsa est, sed malis fit longior; Hidup itu sendiri adalah pendek, tetapi kejahatan itu usianya ternyata lebih panjang.   Syukur dunia hewan tidak membutuhkan kata-kata mati --- manusialah yang mengatakan mereka telah mematikan kehidupan. Itulah kesimpulan Kaisar Hippo IV.

 

*) Buku Ajaran dan Jalan Kematian Syeh Siti Jenar, Konflik Elite dan Lahirnya Mas Karebet, DR. Abdul Munir Mulkhan, Kreasi Wacana, Yogyakarta -2001.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline