Lihat ke Halaman Asli

Tajuk Ide (15) Amburadul Indonesia (?) Malaysia (!), ‘Kan Ada Alternatif ! ]

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Politik Luar Negeri --- Serumpun Melayu, Pengokoh ASEAN. Masalah Petugas KKP [berita-berita sebelumnya DKP (?)] dan Nelayan Malaysia. Indonesia Protes-protes --- Malaysia diam saja.Mengapa ?Tentu ada hitung-hitungannya.

Setelah tukar guling atau apalah nama diplomatiknya --- tukar tawanan, tukar sandera, tukar neko-neko --- Pribahasa mengatakan Setali Tiga Uang !

Ada berita di Kompas.Com, penulis komentar kira-kira begini --- Ketiga petugas DKP itu harus diperiksa oleh Inspektorat Kemen Kelautan dan Perikanan, dan Kepolisian RI, agar Pemerintah dapatmenemukan duduk persoalannya, untuk Kebijakan yang akan datang.

Indonesia geger.Pemimpin Gagap dan Gugup --- Menlu dan Duta Besar RI di Malaysiadan anggota Parlemen --- jadi tontonan terbuka (Pencerahan)

 

vTerbuka tetapi dari ungkap mengungkap, makin tidak jelas --- yang jelas

vAntara Kementerian RI tidak tahu koordinasi. Lho (kata Anggota Parlemen yang menyimpulkan). Presiden-nya ?--- ‘kan ada Menko Polhukam ?

 

Rakyat melongo lingak-linguk

 

Mengapa Indonesia langsung geger sih setelah ada insiden tanggal 13 Agustus itu ? Men KKP komentar, semua yang merasa tersangkut ribut, Kemenlu jadi ribut cari info ke sana sini --- Dubes sibuk, telpon sana sini --- hari libur pula. Nasib.

 

Nggak ngerti ada angin apa-apa --- ada berita 3 Petugas KKP akan dibebaskan dengan petukaran para 7 Nelayan Malaysia.Itu masalahnya apa sih ? Kok Gampangan.

 

ØPetugas Negara yang sedang akan menyita Kapal Nelayan Malaysia (5 kapal), ditangkap oleh Polisi Marin Malaysia --- dibawa ke Kantor Polis di Johor(?)

ØPara Nelayan Malaysia setelah diperiksa di lokasi insiden (Melanggar Wilayah Laut Indonesia-kah ?)Okay.

 

Rakyat sedih lho, Petugas Negara kok ditukar dengan Maling sih ?

 

Pagi-pagi 17 Agustus 2010 para Nelayan Malaysia pulang dari Batam dengan dipandu Konsulat Malaysia dari Singapura.Petugas DKP ditarget sampai di Kuala Lumpur untuk mengikuti Upacara Sakral Detik-detik Proklamasi 17 Agustus 2010.

 

Berita tambah meriah --- Petugas DKP dibawa ke Jakarta.Semua serba intens .

Demonstrasi Anti Malaysia digelar (belakangan dengan teknik seram --- melempar tinja).Mau dibangun Semangat Ganyang Malaysia.

 

Sebenarnya ASEAN adalah alat yang sangat ampuh bagi Indonesia, untuk Perkembangan Ekonomi Regional, Diplomasi Masalah Tapal Batas dan Klaim Wilayah ---- kalau Militer Indonesia kuat.Kawasan Asia Tenggara adalah sangat strategis bagi Indonesia.Bahkan kalau seandainya Militer Indonesia belum kuat, pun --- sangat strategis, dalam rangka Konsep Hankamrata --- Pertahanan Rakyat Semesta.

(Ingat Kecerdasan Tan Malaka dalam konsepnya ASLIA – Asia Tenggara dan Australia ).

 

Seharusnya, dalam melaksanakan Semangat Serumpun dan ASEAN , mungkin bisa menggunakan alternatif berikut:

 

üAdili para Nelayan Malaysia, kalau melanggarkan Hukum Internasional, atau Hukum Indonesia --- dihukum !

üBiarkan para Petugas Indonesia yang melanggar Hukum Internasional, atau Hukum Malaysia diproses di Pengadilan Malaysia. Siapkan Penasehat Hukum yang handal. Kalau terbukti melanggar hukum --- biarkan dihukum.

üJadi bagi Indonesia secara hukum bisa jernih dan adil.

ü Setelah itu baru mainkan proses diplomatik --- mau tukar 1 banding 1 boleh, mau ditukar 3 : 7 boleh-lah. Apalagi kalau ditukar 377 : 7 bagus.

üYang penting orang Indonesia yang melanggar hukum,melanjutkan hukuman-nya di Indonesia……………(Ingat Amanat Reformasi dalam Penegakan Hukum --- jangan rakyat dididik Setali Tiga Uang)

Cantik kali permainan ‘tu Pakcik --- murah, adil, tidak memalukan. --- dari pada makin meluas demonstrasi yang mengatakan : Petugas Indonesia memeras Nelayan Malaysia(jangan-jangan di laut pun ada Polisi tukang semprit)

Sedih “Politik Setali Tiga Uang” --- sudah jadi Paradigma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline