Lihat ke Halaman Asli

Puisi dari Jendela Bis (04) Dor Dor Dor

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari halte Taman Anggrek yang anggun

Dia lelaki perlente, baju lurik garis halus --- ada sampiran jaket, ada kupiahnya

Bertongkat ramah seperti memilih tempat duduk

Dor Dor Dor

Beri uluran tangan-mu --- akan kutepiskan

Aku benci orang Jakarta --- jangan ulurkan tangan-mu ingin silaturrahmi

Aku benci !

(darah Orang Jakarta langsung ciut, takut --- semua memandang arah yang sama)

Dor Dor Dor --- (kembali menembakkan tongkatnya ke lantai bis)

Ayo aku manusia pendendam --- dari kumpulan orang yang terbuang

(ingat Chairil Anwar)

Kami bukan orang yang bersedu sedan --- kami adalah para pendendam

Anak cucu Marsose dan para Romusha

Aku segera akan menghunus belati --- kutujukan buat Orang-orang merdeka

Orang Jakarta yang rakus serakah, tamak, loba dan menghisap darah bangsa

Beri aku belati --- akan kuhisap darah para koruptor dan mafia pajak

Jangan ulurkan tanganmu --- aku enggan bersilaturrahmi

Jangan ulurkan salam-mu --- kami dari kumpulan orang yang kejam

Keturunan para penghianatbangsa ini

Mari kita berebut lahan --- bukan kamu saja yang membutuhkan pangan.

Dor Dor dor--- Dor Dor Dor ………….Dor.

(Sebelum Grogol, orang-orang Jakarta di muka pintu bis --- lompat !

Arwah Marsose, arwah Romusha, arwah para Bajak Laut --- telah melakukan stelling

Di jalan, di jembatan penyeberangan, di lampu lalu lintas, di pojok-pojok, di depan pintu-mu, di pintu-pintu bank

Belati mereka tersembunyi di bawah ketiak ).

Merdeka!

(aku pun melompat mencari lorong yang aman dalam kebodohan negeri ini )

(mwa-2010)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline