Lihat ke Halaman Asli

Tajuk Ide (12) Harga Jangan Dinaikkan --- Itu Bukan Solusi!

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bom tabung LPG terus-terusan  meledak, sporadis.  Dalam tulisan terdahulu memang kita ajukan adanya teori bahwa kalau ada perbedaan harga untuk barang yang sama --- pengendaliannya pasti sukar.  Apa lagi di Indonesia Gampangan dan penuh manipulasi.  Dalam kasus LPG 3 Kg yang harganya disubsidi lebih murah --- menjadi ajang manipulasi peng-oplosan ke tabung LPG 12 Kg.

Langsung Manajemen Pemerintahan antara lain bereaksi --- ini itu, plus mengotak-atik harga. Konon pilihan mereka naikkan harga per kg untuk Tabung LPG 3 Kg sama dengan 12 Kg ( agar jangan ada disparitas, Rakyat harus membayar lebih mahal --- betul-betul pemimpin gampangan, konon bisa dikompensasi dengan BLT).

Tentunya mereka bisa-lah mengotak-atik turun naik di antara kedua harga tersebut.

Yang penting jangan sengsarakan Rakyat dengan keputusan masalah disparitas ini.

Entah mau harga rata-rata, mau BLT, mau dibuat semua bersubsidi --- suka-sukalah

(Si Upin mengatakan : suke-hati cik lah --- jawab si Ipin ; Awak ‘ni risau hati tak putus-putusnye  bom meledak ‘tu cik).

 

Mereka jangan menyimpulkan bahwa masalah Bom LPG telah selesai dengan :


  1. memerintahkan Rakyat mengganti regulator, slang, dan clamp (alat membatasi kebocoran antara slang dengan regulator dan kompor) --- apalagi disuruh membayar untuk itu, Rakyat takut kehilangan duit dan risikonya sama saja ( karena ledakan masih mungkin)
  2. Harga LPG per kilo seragam untuk semua tabung (awas tabung masih bisa meledak !)
  3. membuat metode agar Para pelaksana pengisian di Pertamina atau Kontraktor-nya ( meneliti dengan seksama Tabung resmi ber-SNI, Tabung buatan Dalam Negeri, Tabung LPG eks impor legal dan Ilegal yang masih beredar, karet seal Katup tabung diganti tiap …………(?).  Manajemen harus melaksanakan fungsi Control-nya, ini titik lemah yang bisa meledakkan Kasus baru lagi (metode Yes atau No !)
  4. menghukum para manipulator pembuatan tabung, peng-impor tabung, pengedar tabung, pemalsu tabung + asesorinya dan SNI --- dan para Manajer atau Pelaksana yang tidak bekerja secara manajerial ilmiah.

 

Yakinlah kalau pun ke-empat hal di atas  dengan seksama di laksanakan-nya ---- Bom LPG pasti akan tetap meledak mengorbankan Rakyat Indonesia di alam kemerdekaan ini . Mengapa ?

 

Indonesia Gampangan dan penuh manipulasi.

 

Jadi piye ?

 

Laksanakan butir 4. di atas, dengan jelas dan transparan --- agar jelas mengapa ledakan menjadi rentetan kasus, dan menjadi pengalaman manajerial bagi pemerintah dan Pertamina.  Mengapa umur teknis tabung begitu singkat --- siapa yang menanggung kerugian-nya ?

 

Selanjutnya, eling lan waspodo --- para Pemimpin laksanakan manajerial control secara sistematis, para instansi laksanakan intelijen ekonomi --- reserse ekonomi Kepolisian lebih peka.  Ini manipulasi akan jalan terus.

Ingat enggak --- sebelum ada konversi kerosene ke LPG --- ada lagi manipulasi berat : Penyuntikan pengurangan berat.

 

(Adowwuh Indonesia-ku sudah Merdeka 65 tahun kok malah Gagap Gupup bae, je !) --- Sang Hyang Narada di balik awan di puncak Gunung Semeru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline