Lihat ke Halaman Asli

Planet Kemiskinan (16) Mbah Min, Kereta Sampah yang Lebih Kecil

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ia dikenal seantero kompleks --- sebagai orang tua yang melata-lata. Duduk termangu dan termenung-menung di dekat tukang penjual sate yang ramai sekali di tengah kompleks ruko --- di bawah pohon.  Kadang-kadang ia tertidur di sana. Generasi pertama di kompleks mengenalnya sebagai Mintarjo, tukang yang berasal dari Gombong. Generasi jaman ini hanya mengenalnya sebagai mbah Min. Manusia gelandangan.

Sosoknya yang kecil, tetapi badan kurusnya masih didukung oleh otot, walau pun tipis --- ia rajin mengutipi sampah plastik yang berserak-serak ditiup angin.  Umurnya kalau dihitung-hitung mungkin telah mencapai 72 tahun --- ia memiliki KTP abadi tahun 1998. Terakhir ia bekerja sebagai tukang cuci piring di warung tegal, dekat pos. Warung Tegal itu kini telah tutup --- karena tidak sanggup membayar kontrak yang sudah meningkat. Tempat itu digantikan tukang bubur kacang ijo dari Ciamis, tidak membutuhkan tukang cuci mangkok.  Jadilah ia pengangguran di bawah pohon itu.  Konon bau asap sate itu mengenyangkan perutnya.  Ha ?

Di pelosok gang di deretan dan rumah petak berdesakan --- dari kontrakan Rp. 250.000-an sampai Rp. 300.000-an --- mungkin rata-rata ukuran 1,5 x 2,5 meter.  Orang Indonesia bujangan atau beranak pinak bisa hidup begitu dengan aman dan nyaman. Masa sih ?  Nyatanya.

Memang cukup bagi mereka yang berprofesi sebagai tukang sol sepatu, tukang gali dan pengurus taman --- pada umumnya perantau musiman atau reguler --- dari Sindang Indramayu dan Cirebon --- ada juga orang Tasik. Masa tetangga propinsi DKI, penduduknya miskin begitu --- bukannya mereka dari lumbung beras dan kerajinan Indonesia. Enggak tahu juga, entah orang mana itu sebenarnya.

Mbah Min yang terlunta-lunta itu, kira-kira  tiga tahun yang lalu --- anak gadisnya yang bungsu dikawin orang. Waktu itu Momo bekerja sebagai tukang pasang kacing di Perusahaan Garment Korea, di KBN --- entah berapa UMR-nya.  Tetapi mbah Min bisa numpang makanlah. Anak itu kawin --- dibawa lakinya ke Purwakarta. Jadi lengkaplah enam-enam anak mbah Min mentas.  Kini pada merantau di daerah industri Jabebeka. Mbah Min tidak mau mengikuti --- ia kasihan menyaksikan hidup rumah tangga anak-anak-nya seperti gambaran ia dulu juga. Enggak berubah (kemiskinan struktural kata orang makan sekolahan).

Dari pada ia menyempiti kamar atau tempat kontrakan anaknya --- lebih baik ia tetap tinggal di lingkungan yang telah dikenalnya --- Alhamdullillah anak-anak itu kalau ada kelebihan mengunjunginya --- dapatlah sekedar rejeki untuk makannya.  setelah Momo kawin, ia tidak mengontrak lagi.  Ada lidah tanah lebih di samping kandang ayam Ceuk Romlah. Pas untuk bangunan anti sinar matahari dan hujan gerimis. Pak RT yang memberi jaminan ia tinggal di situ di rumah kardusnya. Pas tidurnya seperti anak-anak muda yang kemping di puncak Semeru.

Ini pergolakan besar --- tiap malam seperti sidang kabinet di otak mbah Min. Bagaimana mengatasi rasa lapar --- mencari lowongan kerja, kalau ada tabungan untuk investasi beli plastik agar anti tempias, wisata mengunjungi cucu di Pabrik velg di Purwakarta, dan banyaklah angan-angan sidang kabinet di otaknya. Lapar dan ..........tertidur.

Karena ia ngotot minta kerja di pembuangan sampah --- pak RW dengan terharu, memberi jaminan --- tetapi benar juga tukang-tukang sampah yang lebih muda --- pekerjaan itu tidak akan bisa ditanggung otot mbah Min.  Ia berkeras hati, dan ia mendapatkan satu grobak sampah yang tidak terpakai --- rodanya mbaling ..... dan beratlah.  Mbah menambah tenaga gardannya, selain dua tangan untuk menarik kedua stang gerobak --- ia belitkan pula tali temali dari rangka ke bahunya. Rasain beratnya !

Sampah 32 rumah tangga --- jarak kira-kira satu kilometer (dia diajari tukang sampah lain. Mengangkat sampah berselang seling tiap rumah ............ dan jangan angkat sampah yang bukan sampah dapur.  Kalau karton atau prabot plastik bolehlah --- hasil tambahan.  Untung hari itu ia sempat menyelamatkan kardus mesin cuci dan barang kali kardus-kardus Orang Kaya baru beli prabot anak sekolah ........... ia bahagia walaupun ototnya meriang.  sidang kabinet lagi, di kabin otaknya ...... kardus untuk negosiasi ditukarkan dengan kereta yang lebih ringan. Ia terpaksa melamar kerja berat itu, karena ia sangat lapar di salah satu malam itu ---  Ya, Allah belum pernah ia membayangkan mengalami memakan sisa makanan orang lain --- ia bersumpah tidak mau mengalami seperti anjing atau kucing di kompleks itu.  Ia menangis setelah menjilat secolekan sisa bumbu sate --- ia menangis harus mengalami itu.  Menjadi orang sangat miskin ...........sidang kabinet otaknya tertutup.

Geger.  Banyak ayam, bebek dan unggas pada mati pagi itu.  RT-RT dan pak RW kumpul di Kantor RW, lengkap dengan  kepala Satpam, menanti Lurah.  Camat --- Wali Kota --- lantas Gubernur melaporkan kepada Menteri Kesehatan --- dengan tergopoh-gopoh, berangkat.  Mobil meraung-raung --- Jakarta diserang Flu Burung.  Mereka tiba di mulut Gang Comberan, menerima laporan.  Kantong mayat kuning dijinjing enam orang bermasker --- dibawa ke mobil jenazah menuju Cipto.  Mbah Min mangkat !




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline