Lihat ke Halaman Asli

Demokrasi Ekonomi (02) Mengapa Nusantara jadi Jajahan Kolonialis Barat? Ini Pandangan Profesor Sritua Arief

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kesadaran Nasional Indonesia --- melahirkan Ideologi Nasional yang menjadi grondslag --Sumber yang menjadi acuan dalam Preambule Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen. Penjajahan Kolonialis melahirkan NKRI dengan Azas falsafah Pancasila (Preambule UUD 1945 Amendemen).Sistem Perekonomian Indonesia jelas telah mempunyai dasar Konsitusional dan Filosofi.Apalagi ?

Jelas sekali Konstitusi NKRI --- Anti Kolonialisme dan Imperialisme --- dengan induknyaKapitalisme, Liberalisme, dan Neo Liberalisme. Indonesia harus menentang segala bentuk paham itu memasuki infra struktur Hukum, Politik dan Sosial Budaya kita --- agar Demokrasi Ekonomi dapat ditrapkan dengan seksama.

Dalam buku Profesor Sritua Arief, Ekonomi Kerakyatan Indonesia Mengenang Bung Hatta , Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia, Muhammadiah University Press, Universitas Muhammadiah Surakarta, 2002.“…………Pemikiran sosial-ekonomi di Eropa Barat yang relevan ditinjau dalam kaitannya dengan aspek ideologi kolonialisme ekonomi di zaman penjajahan Belanda di Indonesia ialah pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam liberalisme klasik.”Kita lanjutkan kutipan pemikiran beliau, “…………..Pemikiran Adam Smith yang dituangkan dalam bukunya The Wealth of Nations yang terbit pada tahun 1776 memperkukuh filsafat individualistis yang sebetulnya sudah berkembang sebelumnya dalam golongan merkantilis. Adam Smith dengan analisisnya berhasil menghancurkan pemikiranyang didasarkan pada Etika Kristen yang Paternalistik ( Christian paternalistic Ethics) yang berasal dari abad pertengahan di Eropa Barat yang menentang egoisme dan pengumpulan harta yang rakus. Etika Kristen Protestan yang timbul bersamaan dengan pencetusan liberalisme klasik memberikan legitimasi keagamaan kepada filsafat individualistis yang dikemukakan Adam Smith. Peranan pemerintah dan gereja yang banyak mengekang selama itu juga diminimumkan sehingga golongan kapitalis terlepas dari belenggu, yaitu belenggu kenegaraan maupun keagamaan ( Weber 1958; Tawney, 1960; Hill, 1966).”

Dua hal utama kaum Kolonialis Barat itu menguasai wilayah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin --- yakni penguasaan bahan mentah dan perlunya perluasan pemasaran.Karena dalam pengertian filsafat individualistis yang berlandaskan ideologi liberalismeklasik.Penghisapan sumber daya dan jaminan perluasan pasar --- agar pertumbuhan ekonomi negara Kolonialis dan Imperialis tidak boleh terhenti. Dilakukanlah L’exploitation l’ homme par l’ homme, l’exploitation le nation par le nation.Pada hakekatnya hegemoni eksploitasi demikian masih tetap berlangsung dengan adu ideologi, adu konsep, dan adu “kekuatan” penekanan ---- melalui Badan-badan Internasional dan Forum yang diciptakan oleh kekuatan Barat. Makanya Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia yang cerdas --- dari Pemimpin sampai Rakyatnya, karena proses L’exploitation akan tetap berlanjut. Dengan mengembangkan Isu, Krisis, Operasi Intelijen dan Tekanan militer.

Kita ungkapkan kutipan Profesor Sritua Arief, dari pendapat Adam Smith,  . “The effect of the colony trade in its natural and free state is to open a great, though distant market for such parts of the produceof British industry as may exceed the demand for the markets nearer home……… The new market, without drawing anything from the old one, would create a new produce for its own supply; and that new produce would constitute a new capital for carrying on the newemployment, which in the same manner would draw nothing from the old one.”Itu konsep Barat  --- jangan meleng di abad XXI lebih canggih lagi --- karena Natural Resources, terutamaenergi yang berasal fosil akan makin menciut.Banyak Negara telah mensimulasikan masalah energi ini --- katakanlah Republik Islam Iran.Mendayagunakan Migas-nya untuk mendapatkan Sumber Daya Dana yang optimal --- dengan mengembangkan tenaga nuklir. Harusnya Indonesia mengoptimalkan energi alternatif, seperti geothermal dan tenaga alam lainnya.

Indonesia saat ini telahmenjadi Net-importir minyak bumi --- dan pengelolaan gasnya tidak mempertimbangkan Konstitusi Bab XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, Pasal 33 Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.Masalah energi gas ini --- hanya M. Jusuf Kalla (JK) sejak ia masih Wakil Presiden, yang memperjuangkan agar energi gas benar-benar diutamakan untuk menunjang industri dalam negeri. Kalau energi gas tidak menjamin industri dalam negeri, bagaimana sektor riil akan menarik investasi --- bagaimana pengembangan kesempatan kerja untuk mengatasi pengangguran, tekanan penduduk, dan pengentasan kemiskinan , mau dikerjakan ?Pengembangan potensi pasar dalam negeri dan memelihara konsumsi nasional untuk menggerakkan perekonomian --- karena dalam abad ini akan terjadi banyak krisis ekonomi dan moneter internasional --- kalau Demokrasi Ekonomi tidak ditata dengan seksama, krisis itu mengancam Ketahanan Indonesia.

Ayat (3) Pasal 33 : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat “ --- apakah Undang-undang sampai ketentuan pelaksanaannya telah secara dinamis memberikan jaminan yang tangguh untuk pelaksanaan Demokrasi Ekonomi ?

Negeri lain menjalankan siasatnya untuk menjamin Sumber Daya yang dibutuhkan, isu (Pemanasan Global dan Perubahan Iklim) dalam kerangka “ego-centrisme”--- menjamin industri mereka, tingkat kemakmuran dan employment sumber-sumber yang dikuasai,mengelola krisis global untuk tetap memenangkan posisi hegemoni --- apalagi yang bisa mereka kelola dengan prinsip “Optimalisasi” oleh Kekuatan Internasional Barat.

Teringat inisiatif Indonesia, melalui Menlu Adam Malik --- untuk membangun Sistem Ekonomi Dunia yang Baru,yang adil dan menjamin kelestarian kemanusiaan --- di mana Bangsa Indonesia menumpang hidup di dalamnya, seperti juga mereka. Itu di Era Pak Harto --- tetapi isu dan krisis yang dihadapi Dunia telah berubah saat ini.Apakah inisiatif Indonesia ?Inggih Sendiko Dalem (saja) !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline