Lihat ke Halaman Asli

Features (20) Komentar dalam bentuk Puisi, Mengapa Tidak ?

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kira-kira pekan terakhir Oktober 2009 ---  mulai turut mengomentari tulisan di Kompas.Com, terutama politik, ekonomi, dan budaya --- bosan,  mulai masuk ke dunia kegemaran. Rubrik   Oase --- puisiku --- di sana banyak puisi, banyak pula yang mengomentari,  terlibat dalam keasyikan membaca dan mengomentari.

Puisi dibaca, macam-macam tema --- semua menyentuh syaraf apresiatif --- tanpa terasa, dikomentari dalam bentuk Puisi pula.  Meriah.

 

Ketika masuk di Kompasiana --- ternyata lebih banyak keindahan dan tema serta motif berpuisi --- lebih meriah.

Maka  mengomentari, terkadang dengan Haiku (Puisi gaya Jepang yang terdiri dari dua baris kalimat) --- tak jarang melampiaskan dorongan kreatif dengan Sanjak yang panjang --- mengomentari  isi, tema, atau motif si Kompasioner.  Mereka memang asyik semua, ada tema cinta sampai lingkungan hidup dan politik. Tambah meriah

 

Sayang, komentar yang di Oase – Puisiku, Kompas.com sudah sukar melacaknya, mungkin diperlukan kesabaran. Berikut ini, salah satu yang di Kompasiana, rupanya masih suasana Valintine Day :

14 Februari 2010 | 11:04

0

Jeng Nathalia !

------------------------------------

Dua kata yang menggetarkan cinta
dua kata yang menggetarkan proses bercinta
perlu
perlu di bulan februari — direcharge
recharge
dua kata itu
gumul
nafsu
dua kata itu, memang !
gumul, dan
nafsu

--------------------------------

Puisi yang indah setelah menikmati keceriaan Valentine Day. Cantik
Trims dan Hebat !

*15 Februari 2010 | 20:42

0

Bung Andi Gunawan !
­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­__________________________________________

Ku genggam keris — bukan buatan Mpu Gandring
tetapi Mpu Sedah
Terlepas
Dari gengaman yang bergetar
karena, tersingkap jarit Ken Dedes
Mengapa kau perlihatkan pahamu yang putih, dengan sudut yang bersinar
Mas, paha-ku akan mewariskan Raja-raja tanah Jawa.
Biarkan lah tanganmu ber getar dan keris terlepas
Wajar karena, mas seperti laki-laki lain
Mata keranjang !
………………………………………
Aduh aku dicerca Ken Dedes
……………………………………………
 Mas Andi, saya pecinta keris, sejak 1983 saya mengkoleksi keris. 1999 tidak ada lagi keris yang datang — hanya semangat keris yang tetap bergelora.
Trims dan salam hangat
Hebat !

**15 Februari 2010 | 21:35

0

Bung Dzul Multa !

______________________________________

Kubaca puisi, dengan nafas yang tersengal-sengal — sebuah drama mencekam benak-ku
Sangat dramatis
Mungkin aku sempat pucat, takut dan kuatir
Mengapa ada waktu yang menggari, membelenggu arti kehidupan.
Mengapa ada waktu yang memaksa langkah
Mengapa ada waktu yang harus memacu langkah
Tidak boleh letih
Letih berarti drama berakhir !
……………………………………….

Enak membaca Puisi — jantungku dipacunya.
Trims
Hebat !

***30 April 2010 | 06:57

0

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline