Lihat ke Halaman Asli

Resensi (01) Rekonstruksi Sejarah Islam, Akbar S. Ahmed-01

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akbar S. Ahmed adalah seorang antropolog, penulis, dan komentator tentang Islam yang sangat populer dewasa ini. Ia mengajar di SelwynCollege, Cambridge, dan pernah menjadi Professor Tamu di Institute of Advanced Study, Princeton dan HarvardUniversity.Akbar juga menerima penghargaan Allama Iqbal dari Universitas Cambridge, dia menulis tentang Dunia Muslim dalam ruang lingkup yang luas. Tulisanyang berjudul Discovering Islam : Making Sense of Muslim History and Society (1988),memperoleh pujian secara luas. Dia juga bekerja dengan BBC dalam membuat serial televisi tentang Islam dan menjadi Excutive Producer film tentang Jinnah, yang merupakan khazanah penting bersama-samasebuah film dokumenter lain-nya, dan buku-buku tentang Bapak Pendiri Pakistan itu, Muhammad Ali Jinnah

Ada motto di dalam lembar awal bukunya sebagai berikut :

Sekedar Menjalin Hubungan. Dengan harapan bahwa buku ini akan membantu menghubungkan berbagai masyarakat dan agama yang beragam sekaligus mendorong pengertian di antara mereka “

Memang bukunya, Rekonstruksi Sejarah Islam, Di Tengah Pluralitas Agama dan Peradaban, merupakan pengarahan, koreksi dan meluruskan banyak hal yang secara terus menerus dipelihara oleh kalangan Non-Muslim --- secara politis seperti juga Perang Salib, dan masa kini pun, mengobarkan permusuhan. Buku Akbar tersebut meluruskan itu semua. Agar semua pihak menghentikan pekerjaan yang sia-sia itu.

Dalam Kata Pengantar, dia mengemukakan banyak cara orang memandang Islam, Islam tidak saja merupakan puisi mistik yang menarik, arsitektur yang agung, dan pemikiran Sufi yang tidak mudah dipahami sembarang orang; secara kontemporer Islam juga mengesankan sebagai kerumunan orang banyak di jalanan, pemuda-pemuda yang menyerang kedutaan-kedutaan, dan image hukuman cambuk di layar TV --- bagi banyak orang berarti tidak hanya teologi; tetapijuga polemik, bahan perdebatan, image-image yang ditimbulkan media, konflik, dan juga pandangan dunia.

Buku tersebut berasal dari serial acara televisi BBC. Tujuan proyek itu adalah membantu menjelaskan tentangsegala hal yang tidak dikenal, yang asing, yang belum terjangkau. Bahwa diharapkan penjelasan tersebut melahirkan pemahaman. Untuk bukunya itu Akbar melakukan penelitian terhadap masyarakat, adat-istiadat dan tradisi sikap Muslim. Tujuannya untuk memperjelas --- bukan memperkecil perbedaan-perbedaan.

Data untuk buku Rekonstruksi Sejarah Islam, Di TengahPluralitas Agama dan Peradaban,juga berasal dari dua buku sebelumnya --- Discovering Islam: Making Sense of Muslim History and Society (1988) dan Postmodernism and Islam: Predicament and Promise (1992). “Jadi bagaimana menulis bukuyang sama sekalibaru tetapi merefleksikan beberapaargumen yang terdahulu, materinya baru, namun dalam beberapa hal sudah tidak asing lagi.”

“Buku initidak sepenuhnya akademis,dan mempertahankan suatu teori. Bukan pula suatu sejarahkronologis; ada buku-buku lain yan lebih baik tentang hal itu. Buku ini besifat impresionis --- sebagian berdasarkan pada perjalanan, sebagian kepada sejarah “ ( beberapa bagian disadur penulis).

Akbar S. Ahmed merekam serta menganalisa realitas Islam masa kini. Ia tidak dapat menemukan atau menciptakan sesuatu yang tidak ada. Walaupun ia menemukan yang tidak disukainya atau pun tidak menyetujui sesuatu ia tetap merekamnya, demi kebenaran dan keakuratan. Beberapa hal mungkin tidak menyenangkan bagi orang non-Muslim.

Bahkan mungkin para ilmuwan mengkritiknya karena idak cukupIslami, yang lain bahkankarena terlalu Islami.Akbar menyadari itu karena menghadapi sesuatu hal yang telah berusia lebih dari seribu tahun, dan selalu menjadipusat perdebatan dan kontroversi.

Ini ada kalimat Akbar yang ditulis tanpa saduran. “Apa yang selalu ada di seluruh dunia Muslim adalah kesatuan keyakinan mereka sekaligus perbedaan di antara masyarakatnya. Jadi ketika doa-doa, nilai-nilai, emosi-emosi, dan bahkan arsitektur merefleksikan kesatuan, ekspresi mereka sering berubah di dalam suatu lingkungan budaya dan politik yang berbeda. “

Ini paragraf yang selengkapnya, “Pembaca harus bersiapasumsi-asumsi kunonya tertantang dan prasangka-prasangkanya dijatuhkan. Kami akan menantang banyak asumsi-asumsi dan menelaah ulang berbagai stereotipe; bahwa umat Muslim adalah fanatik, bahwa mereka merusak gereja-gereja Kristen dn kuil-kuil Hindu; bahwa umat Nasrani lebih toleran; bahwa peradaban Muslim tidak berharga; bahwa umat Muslim menyebarkan Islam dengan pedang di satu tangan dan Qur’an di tangan yang lain; dan bahwa wanita-wanita Muslim dianiaya dan dikungkung.”

Akbar juga menganalisa berbagai perkembangan politik dan moral di Pemerintahan Amerika Serikat (waktu itu di bawah Presiden Bill Clinton) --- skandal Clinton dengan Monica Lewinsky, danpertanggung jawabaan kekerasan di dua benua --- Afrika (Khartuoum –Sudan) dan Asia (Khost-Afghanistan).

Ia mengemukakan --- “Umat Muslim juga memperhatikan bahwa ketika bom meledak di Omagh Irlandia Utara pada Agustus 1998 pers Barat memusatkan perhatiannya pada suatu kelompokkecil tertentu, Real IRA, sebagai pelakunya. “

Paragraf selanjutnya, “Tapi untuk pemboman kedutaan Amerika di Afrika pada bulan yang sama pers menyatakan suatu serangan ‘teroris Islam’. Dengan kata lain bahwa persyang samabenar-benar senang mengasosiasikan dua tindakankegilaan yang nekat di Afrika ini dengan suatu keseluruhan peradaban Islam. Semua Muslim dianggap terlibat. Mereka menyamakan peradaban Islam dengan teror. Padahaltidak kurang banyaknya umat Muslim --- Palestina, Lebanon, Bosnia, Kosovo dan lainnya --- dapat memberikan kesaksian mengenai diri mereka sendiri terhadap teror yang mereka hadapi dari non-Muslim yang mencoba menghilangkan hak-hak, kepemilikan dan kehidupan mereka.

Apakah akan menjadi hal yang aneh, banyak yang bertanya-tanya, bila pengabaian politikus-politikus Barat terhadap terorisme yang terjadi kepada umat Muslim akan memelihara kemarahan dunia Islam dan memberikan suatu legitimasi yang salah terhadap pemberontakan seperti Osama ?

Sekali lagi Islam dan Barat kelihatannya terhasut suatu benturan yang didorong oleh adanya pertentangannilai-nilai dan tidak adanya saling pengertian “

Kali ini kita hanya akan me-resensi Kata Pengantar buku itu --- agar kita memahami sikap Akbar S. Ahmed dalam menjelaskan berbagai hujatan, pelecehan dan penghinaan --- terhadap simbol-simbolIslam, terutama Muhammad Rasulullah.Akbar berada ditengah-tengah masyarakat Barat non-Muslim, ia mengabarkan penjelasan itu secara kontemporer, walaupun penghujatan,pelecehan, penghinaan denganbahan dan sikap yang usang, yang dipelihara terus sejak hampir selama 1500 tahun yang lalu. (Rekonstruksi Sejarah Islam, Di Tengah Pluralitas Agama dan Peradaban, Akbar S. Ahmed, Penterjemah Amru Nst, Editor Ahmad Norma Permata, Penerbit Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2002).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline