Lihat ke Halaman Asli

Hippo Dongodongo (06) Masalah Nuklir Manusia, Mafia Hukum Indonesia dan Bajak Laut Somalia.

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kaisar Hippo IV merah padam wajahnya, menonton Televisi via Satelit HIP-Sat, ia kecewa, gemas dan muak --- ia muntah-muntah, mengeluarkan batu krikil dan batang pisang serta lumut dan rumput air yang baru dimamah.Mbrot Crot !

“Manusia gila !” serunya sambil membasuh mukanya yang tambun di wash-tafel.

“Manusia gila !” sungutnya.

Dipanggilnya Perdana Menteri, Kepala Dinas Rahasia, Sekretaris Jendral dan Penasehat Hukumnya, Walrus --- Singa Laut.

“ Perjanjian START tercapai. Bagaimana ?”

“Ya, Tuanku --- memusnahkan senjata kuna mereka, dan akan membangun yang lebih canggih , Rudal Patriot sedang menuju pemasangan di Polandia.Venezuela akan membangun pangkalan dengan Rusia.Ini hebat Tuanku --- Arab Saudi akan membangun Pusat Nuklir !”demikian Kepala Dinas Rahasia melaporkan analisa mutakhir keadaan persenjataan dan perdamaian dunia.

“ Aku muntah tadi menontonMafia Hukum yang menggurita di Indonesia --- itu ‘kan bukan rahasia umum.Semua isi dunia sudah tahu. Itu Negeri dan Negara terkorup --- mengapa geger-geger mirkat (binatang lucu – yang selalu bersikap seperti waspada tetapi bloon)”

“Mengapa berputar-putar seperti baru tahu saja --- yang diperlukan tindakan.‘Maximum telum necessitas !”Kaisar Hippo IV memang hanya mengagumi Manusia Romawi ---manusialain dianggapnya angin lalu saja.Yang dimaksudkan-nya “ Keadaan terdesak adalah senjata paling ampuh “ . Ini saatnya Indonesia menggunakan Hukuman Mati bagi Koruptor, Penyuap dan Pengambil Kebijakan yang merugikan Rakyat.

“Rakyat di Sunda Kecil Timur sudah modar itu --- lapar dan kurang pangan”

Nafasnya ngosngosan. Mengapa ia sangat marah kepada Indonesia ?Rupanya ada dendam Kaisar.Kuda Nil menurut bahasa orang Indonesia --- juga dikorup jatahpangan-nya, pada hal mereka di penjara Indonesia itu dipertontonkan, sebagai Taman Marga Satwa.

Hasil tiketnya pun dikorup --- kadang-kadang orang boleh masuk tanpa karcis, asal bayar. Mampus-lah hewan-hewan itu.

“Fraus est celare fraudem --- Menutupi penipuan itu juga merupakan penipuan.Menyembunyikan kejahatan juga merupakan kejahatan”

Kaisar Hippo IV memalingkan wajahnya ke Penasehat Hukumnya.Walrus mengangguk-ngangguk dan mengibaskan ekornya..

“Lex est, non poena, perire --- Mati itu itu adalah sebuah Hukum, bukan hukuman”Tampak sekali Penasehat hukum itu, benar-benar seorang Lawyer.Ia sangat berwibawa ( dia heran juga kemana Hakim Agung ya --- kok enggak diundang ? Bukan, Hakim Agung sedang berada dibalik tirai asap)

“Apakah paduka ingin membahas Bajak Laut Somalia ?”

‘Nei !”

“Itu Budaya Sinbad --- itu cucu-cicit Sinbad, enggak ada urusan. Cuma kalau mau tahu tamsil pekerjaan bajak laut itu --- miriplah dengan Mafia Hukum, Mafia Pajak dan lain-lain praktik Mafioso --- tadi pagi di Metro TV, ditambah pula oleh si Penyair Negeri Para Bedebah---- ada juga MafiaKebijakan “

“Bajak membajak hasil bajakan --- Atasan dan bawahan sama saja, bajak laut !”

“Apakah Indonesia bisa mengenyam merdeka sampai satu abad ?”Tanya Sekjen ke arah Kaisar. Kaisar diam saja

“Dat veniam corvis, vexat censura columbas --- Ia memberi kebaikan kepada burung gagak, dan mencaci maki burung merpati. Mereka di sana itu menghakimi anak-anak yang mencuri, rakyat lapar mencuri sebuah semangka, perempuan lapar mencuri buah kapok, janda pahlawan yang renta rumahnya akan direnggutkan --- ah, ngeri deh di sana.’Kata Walrus menambahkan

“Bisa merdeka selama satu abad enggak ?”

“Calcat jacentem vulgus --- Dia menginjak-injak rakyat jelata yang terbaring.Akhirnya nanti rakyat tidak dapat membedakan apakah merdeka apakah tidak --- tidak dapat pendidikan, pengangguran, kemiskinan, lapar, kurang makan, kesehatan tidak terjamin, dan tidak mendapat keadilan dan menyaksikan setiap saat penegak hukum mempragakan ketidak adilan --- yah, bukan kategori merdeka menurut filosofi kemerdekaan. Tanya saja pada arwah meneer Van Oost dan Mamie van Doren di pekuburan Tanah Abang”

“Perdana Menteri bagaimana ?”

“Paduka, kitaperlu membentuk lagi satu Komisi --- komisi penghilang jejak kejahatan agar tidak bisa dilacak ---karena ini saling rangkai merangkai”Kata Perdana Menteri, menyimpulkan.

“Tidak perlu, sudah ada sistem yang bekerja --- lihat saja !”

“ Lex tamquam instrumentum criminis --- hukum menjadi seperti alat kejahatan.Memang betul Tuanku !”

Dunia Hewan dan Dunia Manusia kini sama-sama limbung --- sebelum gempa datang, dan es di Kutub Utara. mencair sampai di Afrika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline