Pada masa sekarang ini, Indonesia memiliki keinginan untuk bisa meningkatan kualitas pendidikannya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Peneliti mengatakan bahwa hal tersebut dipicu oleh rendahnya kompetensi pendidik dan sistem pendidikan Indonesia yang dianggap sudah terlalu lawas. Buruknya kualitas pendidikan di Indonesia ini tentu saja dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan memperbaiki model pembelajaran yang diterapkan.
Model pembelajaran merupakan semua tahapan penyampaian materi pembelajaran yang meliputi seluruh aspek sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan semua sarana prasana yang memiliki hubungan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses berlangsungnya pembelajaran (Istarani, 2012). Model pembelajaran yang sampai saat ini masih digunakan yaitu model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning). Model pembelajaran tersebut dianggap kurang efektif karena siswa yang hanya mendengarkan penjelasan materi oleh sang guru saja. Selain itu penerapan model pembelajaran TCL ini membuat peserta didik cepat merasa jenuh sehingga materi pembelajaran tidak tersampaikan dengan maksimal. Peserta didik juga kurang bisa aktif dan kurang mampu mengeksplorasi materi (Ramdhani, 2014).
Salah satu model pembelajaran yang dianggap efektif dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran cooperative script. Model pembelajaran ini mempunyai rujukan pada bermacam model pembelajaran dimana siswa akan melaksanakan proses belajarnya dalam suatu kelompok kecil dan nantinya saling bantu membantu dengan teman yang lain dalam memahami materi pembelajaran (Harefa et al., 2020). Menurut Shoimin (2017), model pembelajaran ini terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang mana di dalamnya terdapat para siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Lima unsur yang perlu dipenuhi dalam model pembelajaran cooperative script untuk pemaksimalan hasil belajar siswa, yaitu :
- ketergantungan pada hal yang positif;
- tanggung jawab personal;
- kecakapan dalam bersosialisasi;
- proses tatap muka;
- penilaian pada proses kelompok.
Kemudian dalam pelaksanaan pembembelajaran model cooperative script perlu dilakukan sebuah pengelolaan kelas, yaitu pembentukan kelompok, rasa semangat dalam bekerja sama, dan penataan ruang kelas. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran cooperative script yaitu model pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa yang berkelompok yang mana nantinya akan saling bertukar peranan sebagai pembaca atau pendengar dalam menyusun rangkumann terhadap materi pembelajaran yang sedang dipelajari (Harefa et al., 2020).
Model pembelajaran cooperative script tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Huda (2013), kelebihan dari model pembelajaran cooperative script yaitu:
- Mengembangkan kemampuan dalam menemukan gagasan atau ide baru, membentuk pribadi yang mampu berpikir kritis, dan mampu menumbuhkan rasa keberanian dalam penyampaian opini yang menurutnya benar.
- Memupuk siswa untuk memiliki kepercayaan pada guru dan untuk memupuk kepercayaan siswa terhadap kemampuan diri sendiri dalam bepikir, dan menemukan sebuah informasi.
- Mendukung siswa untuk mampu menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi dengan menyampaikan gagasannya serta untuk melakukan perbandingan pada gagasan milik teman-temannya.
- Dapat membantu siswa untuk lebih bisa menghargai siswa yang lebih pandai ataupun siswa yang kruang pandai, dan untuk membiasakan diri dalam menerima perbedaan yang ada.
- Mendukung dan merangkul teman yang kurang pandai agar ia lebih mampu dan lebih berani dalam menyampaikan sebuah pendapat.
- Lebih memudahkan siswa dalam melakukan diskusi dan interaksi sosial.
- Meningkatkan kemampuan dalam berpikir kreatif.
Kemudian kekurangan dari diterapkannya model pembelajaran cooperative script (Huda, 2013), yaitu:
- Mungkin saja terdapat siswa yang kurang berani dalam menyampaikan ide dan gagasannya karena dalam proses belajarnya yang menilai adalah teman sekelompoknya.
- Tidak semua siswa mampu untuk melakukan penerapan model belajar cooperative script, sehingga dalam melakukan penjelasan model belajar ini dibutuhkan banyak waktu yang akan tersita.
- Guru diwajibkan untuk membuat laporan pada setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa untuk nantinya dilakukan perhitungan hasil prestasi kelompok.
- Sebuah kelompok yang solid kemungkinan sulit untuk dibentuk.
- Penilaian siswa secara personal lebih sulit karena dalam proses belajarnya dilakukan secara berkelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Harefa, D., Gee, E., Ndruru, M., Sarumaha, M., Ndraha, L. D. M., Ndruru, K., & Telaumbanua, T. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika), 6(1), 13--26.
Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu metodis dan paradigmatis.