Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Dangdud Akademik

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari sudah malam, Aku sms Ibu menggunakan hp teman sekedar menanyakan kabarnya. Biasa anak muda kehabisan pulsa. Tak lama kemudian ibupun menelpon. Ada yang unik ketika ku memulai pembicaraan dengannya. Pertama yang ku tanyakan bagaimana kabarnya dan apakah ibu sudah makan atau belum. Sebuah pertanyaan yang rutin aku tanyakan ketika menelpon dengannya. Lama kemudian ibu pun berkata bahwa orang-orang dirumah lagi pada nonton Dandud akademik yang tayang di Ind****r. Kebetulan yang tampil saat itu adalah peserta dari daerahku sendiri, ya peserta itu dari Bima. Terdengar suara Televisi dan orang-orang disekitar ibu ketika kami berbicara lewat telepon. Akupun akhirnya meminta izin pada ibu untuk segera mengakhiri pembicaraan kami karena ada keperluan mendadak dan aku meminta agar dilanjutkan nanti saja pembicaraannya.
Tak sengaja aku membuka media sosialku dan ku lihat di berandaku banyak status tentang dangdud ini. Mereka tidak lain bersua untuk mendukung jagoannya dari bima yang namanya "Ady Kasipahu". Menarik memang ketika fenomena dangdud musiman ini menjadi populer di bima. Karena dulu pernah juga peserta dari Bima (Eka Bima) menjadi jagoan mereka. Kalau tidak salah Eka bima ini peserta KDI 2 tahun 2005. Di mana Eka bima ini berhasil masuk 3 besar.
Unik memang ketika kita baca respon dari para pendukung Ady ini. Ada yang berteriak "Hidup adi kasi pahu". Dan ada juga yang menuliskan " Bravo buat Kontestan DANGDUT ACADEMY 2 INDOSIAR,Ady kasipahu.semangat ya dan berjuang trus buat nama BIMA yg trcinta". Ada yang berkomentar "Semua Juri Memuji atas Penampilan Ady Kasi Pahu...semangattt Ady...Indosiar D'Academy 2. Haha..Iis Dahlia salah Tingkah". Dan bahkan ada yang menuliskan "Aku iri sama ady Bima. Saya juga mau dimanjaiin sama Rina Nose..diperbaiki dasiku, dibuka kancing bajuku, lama lama dibuka hatiku".
Masih banyak komentar-komentar lainnya yang ada di beranda ku. Tapi bukan itu yang aku titik beratkan. Bukan masalah dukungan mereka yang aku tidak suka. Tapi lebih pada komentar juri-jurinya yang tidak pantas untuk didengarkan.
Lah tidak pantas gimana maksudnya?
Kebetulan tadi tidak sengaja aku pergi beli mie ayam dan mampir di warung kopi. Ku pesan Teh hangat dan roti. Di warung itu ada TV. Saat itu chanel nya ada di film laga di Tr****v. Karena penasaran dengan Acara Dangdud yang sempat tadi aku bicarakan dengan ibu di telepon, langsung saja aku ganti chanelnya ke Ind****r. Dan betapa kagetnya diriku melihat kehebohan yang terjadi dilayar kaca itu. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Karena sebelumnya aku tidak sempat melihat penampilan wanita yang dikomentari itu. Saat itu Aku melihat Narji yang sedang mengomentari Nazar yang tidak profesional dalam melatih vokal peserta Kontes ini. Pada saat itu kalau tidak salah pesertanya seorang wanita yang berasal dari Jember. Di komentar ini seakan-akan Nazar di Kritik habis-habisan oleh yang lainnya. Dan bahkan peserta wanitanya pun ikut di soroti. Terlihat ada kesedihan di wajahnya namun dia seakan menutupinya dengan sekali melirik dan tersenyum. Pada saat gilirannya SJ berkomentar, wanita itu disuruh mengulangi nyanyiannya dengan nada yang tinggi. Dan ada ucapan dari SJ "Nah kayak gini kan labih baik".
Selanjutnya komentar dari ID dan BN, komentar mereka hampir sama. Ku terus mengikuti pembicaraan mereka. tibalah saatnya IG mengomentari kostum yang dipakai wanita ini. Ya tau sendirilah bagaimana IG dalam mengomentari peserta-peserta disetiap kontestan yang lainnya. Tapi sungguh ini yang membuat aku ingin menuliskan catatan ini. Seorang wanita dengan Aurat terbuka tampil depan TV dan dinikmati oleh banyak penonton diseluruh Dunia khususnya Di Indonesia. IG dengan Percaya dirinya mengomentari kekurangan yang dipakai wanita itu. Bahkan sempat keluar kata yang tidak senonoh oleh IG saat dia menyebutkan bahwa dia belajar trik dari VPW yang memiliki... Bla... Bla... Bla... (mungkin sobat bisa menonton kembali komentar IG). Sampai akhirnya giliran wanita itu untuk meminta dukungan kepada pemirsa dirumah (biasa D2 ini di voting berdasarkan SMS terbanyak). Dan yang terjadi, wanita itu menangis dan meminta maaf kepada ibu dan keluarganya yang kebetulan saat itu hadir di acara tersebut dan uniknya sang ibu memakai Jilbab yang cukup Lebar. Terjadi drama sekejap dimana sang ibupun ikut menangis. Ada rasa tersentuh dalam hatiku melihat ibunya saat itu menangis dan ada juga rasa sesal yang ada dibenakku ketika sang ibu mendukung anak perempuannya untuk tampil depan layar dengan aurat terbuka. Bukan aku membencinya, tapi lebih betapa pedulinya aku dengan wanita itu. Akhirnya sesi tampil dari wanita itupun selesai.

Sebenarnya aku pecinta dangdud tapi kalau seperti ini cara polesan acaranya, ini yang tidak aku sukai. Acara-acara seperti ini yang disajikan kepada penduduk indonesia yang membuat kita tidak maju-maju. Budaya Islami di acara TV kian susah kita jumpai. Aku beranggapan bisa jadi saat terjadi konflik antara juri-juri saat itu merupakan setingan agar para pemirsa dibuat seakan-akan benar terjadi. Namun tidak banyak dari kita menyadari itu semua. Acara hiburan seperti ini yang membuat kita terbuai dan terlena sehingga anak bangsa dididik hanya sebagai penonton. Lalu, Apa yang kita harapkan untuk generasi kita kedepan. Sudahkah kita mengajarkan hal-hal yang lebih bermanfaat dari hanya sekedar menyajikan acara Tv kepada anak-anak kita atau adik-adik kita?

Mari kita renungkan bersama, lebih-lebih pribadi penulis sendiri. Agar kedepannya hal-hal seperti ini tidak menjadi makanan yang ditelan mentah-mentah oleh kita semua. Waspadalah terhadap propaganda media.

Aku berharap semoga kedepannya kita lebih baik lagi, Sehingga menjadi pemuda-pemudi yang lebih bijak lagi dalam memilih tontonan yang pas dan pantas. :)

Surabaya. 11 Februari 2015

Pemuda yang Merindukanmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline