Mepamit secara harfiah berasal dari kata "pamit" yang berarti perpisahan. Dalam konteks istilah, upacara ini diadakan sebagai bentuk permohonan izin. Dalam tradisi adat Bali, umumnya dipahami bahwa anggota keluarga yang ingin keluar dari adat dan agama harus meminta izin terlebih dahulu kepada leluhur. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan "upacara suci" yang dipimpin oleh seorang pemuka agama atau "Mangku".
Dalam agama Hindu, setiap individu diyakini terikat dengan dua permasalahan yaitu skala (fisik atau non-spiritual) dan niskala (gaib atau rohani). Dalam konteks mepamit, niskala merujuk pada proses keluarnya seseorang dari Hindu secara rohani.
Sebagian besar masyarakat Bali memeluk agama Hindu, sehingga memengaruhi segala kegiatan yang dilakukan oleh mereka, yang memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Mepamit merupakan suatu proses budaya di mana seseorang secara sadar melakukan pamitan atau meminta izin dengan sopan untuk keluar dari tatanan tradisi Hindu Bali.
Dengan mepamit, individu melepaskan diri dari akar budayanya dan tidak diharuskan lagi melaksanakan tradisi yang melahirkan mereka. Artinya, individu tersebut telah diberi izin untuk bergabung dalam tatanan kehidupan baru sesuai dengan keyakinan yang akan dipegangnya. Dalam konteks ini, mepamit tidak hanya merupakan upacara formal, tetapi juga simbolis dari transisi kehidupan yang penting bagi individu tersebut dan komunitas yang ditinggalkannya.
Sebelum ritual tradisi mepamit dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan acara sambutan dari juru bicara keluarga mempelai perempuan. Acara ini disambut oleh juru bicara keluarga mempelai laki-laki. Setelah acara sambutan selesai, barulah tradisi mepamit dilaksanakan.
Dalam tradisi mepamit, persiapan dilakukan dengan mempersiapkan berbagai macam sesajen, seperti canang yang berisi berbagai macam bunga, dupa, air suci, dan binatang babi yang disiapkan di depan sebagai pelengkap pelaksanaan adat mepamit.
Kemudian, pihak kedua calon mempelai didudukkan dengan pakaian adat. Mereka mengenakan bunga kamboja di bagian telinga, dan beberapa butir beras ditempelkan di kening mereka. Selanjutnya, mereka mulai mengikuti persembahyangan untuk menyembah leluhur dalam agama Hindu.
Persembahyangan tersebut dipimpin oleh seorang mangku adat yang bertindak sebagai pemimpin spiritual dalam upacara tersebut. Selama persembahyangan berlangsung, kedua calon mempelai dan keluarga mereka memohon restu dan berkat dari leluhur untuk melanjutkan langkah mereka menuju pernikahan yang sakral dan penuh makna.
Ada beberapa rangkaian prosesi sebelum tradisi mepamit ini dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
1. Mesedek
Mesedek, yang juga dikenal sebagai pertemuan kedua orang tua calon mempelai laki-laki dan putra mereka dengan keluarga calon mempelai wanita, merupakan langkah penting dalam proses pernikahan di banyak budaya, termasuk dalam tradisi Bali. Saat mesedek, kedua belah pihak bertemu untuk saling mengenal dan membahas secara serius tentang hubungan antara putra dan putri mereka.