Sebait Sajak yang Kandas dipenghujung Napas
Oleh : Mulyadi
"Jaladhi telah mengabarkan kepada merpati, bahwa hamparannya terlalu luas untuk dijelajahi. Langit pun telah bercerita pada matahari, bahwa embun pagi terlalu bening untuk menetes dari daun-daun yang gugur di musim semi. Bintang dan malam pun telah berjanji, bersama-sama menunggu pagi. Dan bukankah aku pernah berjanji,bahwa sajakku tak 'kan mati meski napasku berhembu 'tuk terakhir kali."
Itulah puisi yang tak sengaja kubaca dari lembaran buku catatanmu yang terjatuh, sejak aku bertemu denganmu.
Disaat kau dan aku menunggu kereta di peron stasiun. Perlahan aku pun mulai jatuh cinta pada puisi yang kau tulis dibuku catatanmu itu.
Arunika telah rebah dari peraduannya
berganti malam nan gulita dan keremangan bintang yang menghiasi angkasa
Burung-burung kembali terbang kesarangnya
sebab langit 'kan menemani tidurnya dengan guratan senja
Sebait aksara yang patah
Menggores seuntai benang merah di angkasa
Tawamu tak selepas hujan
yang rintiknya tak mampu dicegah
Tak lekang bersama perginya mentari dikala tenggelamnya senja
Astungkara....
Takdir Tuhan kembali mempertemukanku dengan dirimu. Ini bukanlah sebuah kebetulan,tetapi kuyakin pertemuan ini sudah digariskan oleh Sang Pengatur Kehidupan.