Lihat ke Halaman Asli

Mulyadi

Penulis / Mahasiswa

Cerpen: Sebait Sajak yang Kandas di Penghujung Napas

Diperbarui: 11 Mei 2023   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebait Sajak yang Kandas dipenghujung Napas
Oleh : Mulyadi


"Jaladhi telah mengabarkan kepada merpati, bahwa hamparannya terlalu luas untuk dijelajahi. Langit pun telah bercerita pada matahari, bahwa embun pagi terlalu bening untuk menetes dari daun-daun yang gugur di musim semi. Bintang dan malam pun telah berjanji, bersama-sama menunggu pagi. Dan bukankah aku pernah berjanji,bahwa sajakku tak 'kan mati meski napasku berhembu 'tuk terakhir kali."


Itulah puisi yang tak sengaja kubaca dari lembaran buku catatanmu yang terjatuh, sejak aku bertemu denganmu.

Disaat kau dan aku menunggu kereta di peron stasiun. Perlahan aku pun mulai jatuh cinta pada puisi yang kau tulis dibuku catatanmu itu.

Arunika telah rebah dari peraduannya
berganti malam nan gulita dan keremangan bintang yang menghiasi angkasa

Burung-burung kembali terbang kesarangnya

sebab langit 'kan menemani tidurnya dengan guratan senja

Sebait aksara yang patah

Menggores seuntai benang merah di angkasa
Tawamu tak selepas hujan

yang rintiknya tak mampu dicegah
Tak lekang bersama perginya mentari dikala tenggelamnya senja

Astungkara....

Takdir Tuhan kembali mempertemukanku dengan dirimu. Ini bukanlah sebuah kebetulan,tetapi kuyakin pertemuan ini sudah digariskan oleh Sang Pengatur Kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline