dua ekor kedasih memburu menikam malam
mencecah sunyi menjadi riak
seperti malam yang biasa kita nikmati
membaringkan tulang-tulang pada bumi yang dingin
mendesirkan darah bersama sesak
adinda, pada satu purnama kita berjanji
untuk berkawan dengan cinta
untuk belajar menyejuk kalbu
mencari bahagia di antara beribu derita
mencari senyum di balik tumpukan sampah
terkadang ada, seringkali tidak