Lihat ke Halaman Asli

EF

Freelance surfer

Inspirasi dari Muhammad Yunus, Penerima Nobel Perdamaian 2006

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita mulai dengan meninjau betapa getolnya pemerintah menggalakkan program transmigrasi beberapa belas tahun yang lalu, sebelum waktu berjalan dan tantangan yang menghadang suksesnya program itu banyak bermunculan. Dan sekarang setelah beberapa tahun media massa di negara kita jarang sekali menayangkan iklan layanan masyarakat (public service advertisement) mereka mulai menayangkan iklan KB, alhamdulillah lah lumayan perkembangan. Tapi men, bentar deh, kalau kita pikir" kenapa coba program" pemerataan penduduk yang sebenarnya jauh lebih penting malah gak diiklanin? Apa pemerintah kita gak pernah belajar tentang skala prioritas ya. Hehe salam dua jari om.
Kurang lebih saya sependapat dengan Muhammad Yunus, penerima nobel perdamaian tahun 2006. Apalagi di Indonesia yang wilayahnya masih luas dan banyak tanah yang belum terjamah, kenapa coba kepadatan penduduk dibawa ke masyarakat seperti sebuah masalah besar yang menghampar tepat di depan mata kita. Saya jadi berpikiran negatif kalau itu cuma akal-akalannya pemerintah aja buat menutupi ketidak-becusan mereka dalam mengatur persebaran penduduk, dan satu lagi: dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Atau mungkin ada kelompok lain yang takut sama calon-calon orang indonesia, kayak jamannya Nabi Musa AS tuh, si raja yang takut nyuruh semua bayi yang lahir laki-laki harus dibunuh. Cuman kan diperhalus aja sekarang. Hahaha, enggak bercanda kali.... untuk lebih jelasnya simak ulasan saya di sini http://gokilikili.wordpress.com/2013/08/30/opini-tentang-kb/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline