Lihat ke Halaman Asli

Mutya Asriani

Mahasiswa Universitas Andalas

Analisis Matrilineal Masyarakat Minangkabau dalam Novel

Diperbarui: 21 April 2024   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Novel Siti Nurbaya Karya Marah Rusli dan Perempuan Batih Karya A.R. Rizal

Masyarakat Minangkabau memiliki budaya yang kaya dan unik, termasuk sistem kekerabatan matrilineal. Arsitektur tradisional yang menonjolkan rumah gadang, dan masakan khas Padang yang terkenal di seluruh dunia. Budaya Minangkabau merupakan salah satu kebudayaan yang kaya dan beragam di Indonesia.

Suku Minangkabau atau suku Minang merupakan salah satu etnis di Pulau Sumatera yang menjunjung adat dan budaya Minangkabau. Keberadaan masyarakat dari suku Minangkabau mendominasi populasi di Provinsi Sumatera Barat dengan jumlah yang besar.

Salah satu budaya suku Minangkabau yang berbeda dari wilayah lain di nusantara adalah sistem kekerabatan matrilineal yang dianutnya.

Matrilineal adalah sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu saja. Dari asal katanya, istilah matrilineal terdiri dari kata matri artinya (ibu) dan lineal (garis), sehingga berarti garis ibu. Dalam sebuah keluarga Minang, seorang anak akan mengikuti suku sang ibu, sehingga akan terhubung dengan kerabat ibu berdasarkan kepada garis keturunan perempuan secara unilateral.

Berdasar cerita para tokoh Minangkabau yang disampaikan secara turun-temurun, hal ini berawal pada masa kepemimpinan Datuk Katumanggungan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang di Minangkabau. Saat itu panglima perang kerajaan Majapahit, Adityawarman berniat menyerang daerah ini karena tidak memiliki angkatan perang. Kerajaan Minangkabau memang terkenal sebagai daerah yang cinta damai dan benar-benar berusaha untuk menghindari peperangan. Setelah mengatur siasat, akhirnya Datuk Katumanggungan memutuskan tidak akan menyambut pasukan kerajaan Majapahit dengan barisan prajurit, melainkan dengan keramahan. Selain itu, panglima perang kerajaan Majapahit, Adityawarman jug dipinang dan dijodohkan dengan adik kandungnya yang bernama Putri Jamilah. Agar keturunan Putri Jamilah tetap menjadi orang Minangkabau dan mendapatkan warisan kerajaan, maka ditetapkan adat Batali Bacambua yang langsung merubah struktur masyarakat Minangkabau. Adat Batali Bacambua mengubah aturan dari bapak mewariskan kepada anak menjadi harus diwariskan kepada kemenakan, serta suku yang semula didapat dari bapak, menjadi diturunkan dari pihak ibu.

Dengan ketentuan baru yaitu waris yang turun dari ibu dan bukan dari bapak, maka keberadaan sosok Adityawarman tidak lebih dari raja transisi di Kerajaan Minangkabau. Adityawarman hanya akan menjabat hingga nanti lahir kemenakan dari keluarga adiknya, Putri Jamilah yang akan jadi pewaris tahta sebenarnya. Cerita inilah yang dipercaya oleh masyarakat Minangkabau sebagai cikal bakal dari budaya matrilineal yang masih dianut hingga sekarang.

Artikel ilmiah yang ditulis oleh Misnal Dengan judul Sistem Kekerabatan dalam Kebudayaan Minangkabau:

Perspektif Aliran Filsafat Strukturalisme Jean Claude LeviStrauss. Misnal mencoba memaparkan Bagaimana sistem kekerabatan dengan hasil sistem kekerabatan matrilineal.

Minangkabau menempatkan Perempuan sebagai pewaris harta Kekayaan dan laki-laki sebagai pihakYang berpindah ke rumah perempuan.

Analisis novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli dalam matrilineal masyarakat Minangkabau

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline