Lihat ke Halaman Asli

Petani Kopra Menjerit Menjelang Natal

Diperbarui: 19 November 2018   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi

PERAYAAN natal hampir tiba, suka cita umat kristiani pun terasa dan seakan tidak sabar menyambut hari kelahiran Sang Juruselamat. Namun, kegirangan menyambut natal petani kopra kini menjerit dengan anjloknya harga kopra.

Kopra menjadi komoditas unggulan Indonesia, termasuk Maluku Utara yang dikenal daerah penghasil rempah-rempah ini. Mayoritas petani di Maluku Utara kehidupannya bergantung pada komoditas tersebut, sehingga anjloknya harga kopra sangat berpengaruh pada kehidupan ekonomi keluarga. 

Apalagi kini bagi umat kristen, tidak lama lagi merayakan hari natal. Natal merupakan mengenang kembali kisah lahirnya Yesus Kristus, dan di hari natal biasanya tuntutan kebutuhan ekonomi meningkat. 

Musabab Anjlok Harga Kopra

Masalah anjloknya harga kopra, disebabkan turunnya permintaan Crude Palm Oil (CPO). Penurunan harga CPO ini kemudian ditambah dengan melonjaknya produksi CPO dari negara produsen. Dan Pemerintah tidak bisa intevensi, karena harga kopra ditentukan mekanisme pasar.

Musabab lain anjloknya harga kopra karena kelapa bukan lagi satu-satunya membuat minyak, tetapi produk subtitusi seperti jagung, kedelai dan sawit yang juga bisa menghasilkan minyak.

Penyebab di atas yang mengakibatkan harga kopra turun drastis di beberapa wilayah termasuk Maluku Utara. Sesuai pantauan media inakoran, harga kopra di Maluku Utara kisaran Rp. 3.000/Kg dan Rp. 3.500/Kg (Baca : Di sini). Untuk wilayah Maluku harga kopra Rp. 3. 400/Kg; yang sebelumnya Rp. 4.200/Kg (Baca : Di sini). Sedangkan untuk wilayah Sulawesi Utara yang merupakan salah satu Provinsi penghasil kopra terbesar di Indonesia, harga kopra Rp. 3000/kg (Baca : Di sini).

Padahal jika kita melihat angka ekspor kopra enam bulan terkhir Indonesia mengekspor komoditas kopra Indonesia dalam periode enam bulan pertama 2018 naik 13,02% menjadi US$ 185,98 juta, walaupun produk turunan kelapa lainnya relatif mengalami penurunan. Kemudian sesuai data Badan Pusat Statistik, pada semester pertama 2018, nilai ekspor kopra tercatat US$ 21,76 juta dengan volume sebesar 18,75 juta kilogram. Nilai ini mendaki 170,52% dari tahun lalu di US$ 8,05 juta dan volumenya naik 172,41% dari periode sama tahun lalu di 6,88 juta kilogram. Hal ini diikuti, minyak mentah kopra atau crude oil of coconut oil juga naik 13% menjadi US$ 185,98 juta dan volumenya naik 44,87% menjadi 149,66 juta kilogram yoy. (Baca : Ekspor kopra naik di semester pertama 2018).

Ditengah naiknya ekspor kopra di periode enam bulan terkahir, sementara petani kopra menjerit dengan anjloknya harga kopra yang signifikan sejak bulan April sampai memasuki bulan November.

Tuntutan petani kopra di beberapa wilayah termasuk Maluku Utara pun terus disuarakan terhadap Pemerintah/Daerah, agar adanya penstabilan harga kopra yang kian merosot. 

Solusi Mutakhir

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline