Lihat ke Halaman Asli

Apakah Motivasi Belajar Berpengaruh pada Pembelajaran Orang Dewasa?

Diperbarui: 17 Juni 2022   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masalah yang sering ditemui temui terkait pembelajaran orang dewasa ialah rendahnya motivasi belajar pada mahasiswa. Terjadinya masalah ini mengakibatkan persoalan dilematis, karena dengan rendahnya motivasi belajar mahasiswa berakibat dengan ketidakmampuan mahasiswa untuk menguasai bahan pembelajaran dengan baik. Apabila terjadi di perguruan tinggi swasta, mahasiswa tetap akan diluluskan oleh kampus demi kelangsungan perguruan tinggi tersebut. Hal ini terus menerus terjadi dan menguntungkan untuk mahasiswa yang hanya mencari gelar sarjananya saja, bukan untuk meguasai ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu saja, perguruan tinggi juga mendapat keuntungan dengan dana yang diterima dari konsumen (mahasiswa).

Pemuasan kebutuhan adalah tujuan dari motif yang menggerakan seseorang. Motivasi dapat dipandang sebagai suatu rantai yang dimulai dari kebutuhan, selanjutnya timbul keinginan untuk memuaskannya (mencapai tujuan), sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang mengarahkan perilaku pada tujuan. Barelson dan Steiner (dalam Irmalia Susi Anggraini, 2001) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan dalam diri manusia yang mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan, serta mengarahkan perilaku manusia ke arah tujuan. Dengan hal itu, motivasi belajar dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuannya atau cita-citanya. Seharusnya, tujuan mahasiswa adalah untuk menguasai bidang ilmu yang diambil dalam melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.

Selain itu, Knowles yang menggunakan dasar pemikiran Rogers dan Maslow (dalam Nugraha, 2014) mengemukakan bahwa bagi orang dewasa belajar dan pendidikan akan mengarah pada aktualisasi diri. Hal ini menjelaskan bahwa bagi orang dewasa dalam pendidikannya bukan menjadi obyek, melainkan subjek dari pembelajaran tersebut sehingga pembelajaran orang dewasa lebih mengarah pada pencapaian diri atau pemantapan identitas dirinya sendiri.

Faktor - faktor yang menurunkan motivasi belajar menurut Anggraini (2001) yaitu:

  1. Kehilangan harga diri, pengaruh kehilangan harga diri ini sangat berpengaruh bagi orang dewasa. Sangat penting untuk tutor atau dosen memahami hal tersebut. Sebagai contoh, semisal orang dewasa disuruh maju ke depan setelah melakukan kesalahan dan dijewer di depan khalayak umum, hal tersebut dapat membuat peserta didik tidak peduli lagi dengan keberadaan dosen/tutor, bahkan bisa parahnya bisa meninggalkan kelas tanpa datang lai setelahnya.
  2. Ketidaknyamanan fisik, seorang dewasa pasti sangat mempedulikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak nyaman, maka akan membuat menurunnya motivasi belajar.
  3. Frustasi, mereka yang mempunyai permasalahan yang tidak tertanggulangi akan memecah fokusnya dalam belajar, dan berdampak pada motivasi belajarnya
  4. Teguran yang tidak dimengerti, orang dewasa akan merasa bingung dan berprasangka buruk apabila teguran yang diberikan dosen/tutor tidak dimengerti oleh mereka.
  5. Menguji yang belum dijelaskan/diajarkan, peserta didik orang dewasa yang tidak mampu menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan dosen/tutor akan merasa kesal bahkan merasa dipermainkan oleh tutornya. Hal tersebut menjadi kontraproduktif terhadap proses pembelajaran tersebut.
  6. Materi terlalu sulit/mudah, sebelum memnentukan soal ujian, dapat dilakukan pre-test terlebih dahulu agar soal ujian tersebut cocok dengan kemampuan peserta didik. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka akan bosan jika soal terlampau mudah dan mudah frutasi apabila soal terlalu sulit.

Dampak dari menurunnya motivasi belajar pada mahasiswa ialah menurunnya juga tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah diberikan. Apabila tingkat pemahaman mahasiswa rendah, akan berpengaruh juga pada konseptual/pemikiran mahasiswa. Sedangkan, di Indonesia sekarang ini, seorang lulusan sarjana tidak dipandang dari gelarnya saja, melainkan juga dari pola pikir dan pemikirannya dalam menanggapi sesuatu. Akan terjadi seleksi alamiah dimana hanya orang-orang yang benar-benar ingin mengusai bidang ilmu tertentu saja yang melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan orang yang hanya berburu gelarnya akan tertinggal.

Motivasi belajar tidak dapat langsung terjadi begitu saja, motivasi belajar akan terbentuk apabila orang tersebut mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat dari belajar itu sendiri.

Strategi yang bisa diterapkan ke orang dewasa menurut Gibb (dalam Nugraha, 2014):

  1. Pembelajaran harus berkaitan pada masalah yang sedang dialami
  2. Pembelajaran harus berkaitan dengan pengalaman peserta didik
  3. Pengalaman belajar harus yang bermakna bagi peserta
  4. Peserta didik bebas belajar sesuai dengan pengalaman yang telah dialami
  5. Tujuan belajar harus ditentukan serta disetujui oleh peserta didik dengan kontrak belajar
  6. Peserta didik harus mendapat umpan balik terkait pencapaian tujuan

Terdapat beberapa tips yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi peserta didik, yaitu:

  1. Bergaul dengan orang yang senang belajar, hal itu akan membuat semangat merela akan menular. Seseorang akan merasa terpacu dan semangat jika berada di lingkungan yang mempunyai semangat belajar yang tinggi.
  2. Belajar apapun, tidak hanya belajar pada situasi formal. Namun, juga belajar dalam situasi informal, artinya tidak hanya belajar di sekolah atau perguruan tinggi saja.
  3. Belajar dari internet, dengan adanya internet dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk belajar. Seperti mengikuti sebuah klub belajar atau mencari sumber belajar yang cocok di internet
  4. Bergaul dengan orang yang selalu berpikir positif, pemikiran yang positif akan membawa dampak yang baik untuk sekitar. Jika berada di sekitar orang yang selalu optimis, semangat mereka akan tertular dan membuat kita juga ikut bersemangat dalam belajar
  5. Mencari motivator, tidak harus dari motivator yang ahli. Cukup seseorang yang menjadi pemacu untuk bersemangat lagi. Seperti keluarga, pasangan, teman, orang tua, dan lain-lain.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline