Perkembangan teknologi dan zaman yang begitu pesat membuat segala bentuk kemudahan tersedia di mana-mana. Termasuk dalam hal sosialisasi. Era digital di dunia membuat hampir semua orang pasti memiliki akun media sosial. Begitu pun yang terjadi di Indonesia, terutama setelah Facebook menjadi begitu booming di tahun 2008. Kemudian disusul oleh variasi media sosial lainnya seperti Twitter, Instagram, Path, hingga Periscope. Motif utamanya adalah mempermudah komunikasi. Apalagi dengan fitur-fitur yang sifatnya lebih bisa dilihat publik, media sosial mampu menciptakan kepuasan tersendiri bagi penggunanya. Mulai dari update lokasi nongkrong bareng teman-teman, snap makan siang sebelum dilahap, post foto kumpul-kumpul atau liburan di tempat tertentu, publish pencapaian jabatan dan tempat kerja baru, sampai curhat-curhat colongan. Semuanya seakan selalu meramaikan timeline atau history akun media sosial kita.
Namun, tahukah Anda bahwa belakangan ini banyak peneliti yang mulai menangkap efek psikologis yang harus dikorbankan dari maraknya media sosial ini?
[caption caption="Facebook Comparison, Diambil dari: telegraph.co.uk"][/caption]
Penelitian yang mulai banyak berkembang tersebut dipicu oleh ketertarikan para peneliti akan fenomena Facebook Comparison. Apa itu Facebook Comparison? Kecenderungan pengguna Facebook membandingkan dirinya dengan orang lain di Facebook. Para peneliti mulai menangkap dark side dari penggunaan media-media sosial yang belakangan marak ini. The fact that even social medias have been helping connnecting people, but it also cost psychologically.
*
Mungkin, bagi beberapa orang di antara kita yang dulunya sangat aktif menggunakan media sosial, tanpa sadar perlahan menjauh, mengurangi frekuensi log in dan update, bahkan hingga berhenti sama sekali. Tidak sedikit juga yang memilih untuk uninstall aplikasinya dari ponsel. Tanpa mereka tahu kenapa. Ketika Anda mulai merasakan hal yang sama, itu tandanya social media sudah tidak lagi sehat buat Anda. Lalu, apa indikasinya kalau penggunaan media sosial kita mulai tak lagi baik bagi kesehatan secara mental?
Feeling unhappy and inferiority
[caption caption="Mulai Merasa Tidak Bahagia, Diambil dari: care2.com"] [/caption]
Biasanya Anda baik-baik saja saat log in Facebook atau Path, scrolling timeline, melihat aktivitas teman-teman Anda, namun kini Anda justru merasa semakin tidak bahagia dengan kehidupan Anda sekarang. Mulai muncul pemikiran: “Kalau aja gue kayak dia”;“Enak kali ya jadi dia, jalan-jalan terus, nongkrong terus”; “Ya ampun, hidup gue gini-gini amat”—itu tandanya media sosial Anda mulai membahayakan kesehatan mental Anda!
Jealousy and envy
Nah, biasanya kalau perasaan tidak bahagia itu mulai muncul, akan berlanjut pada rasa iri dan dengki. Melihat kenyamanan dan a wonderful life of other people, perasaan tidak bahagia itu tumbuh jadi hal negatif lainnya; IRI. Dan itu artinya media sosial sudah satu tingkat lebih membahayakan kehidupan Anda.