Lihat ke Halaman Asli

Pemulung Itu..

Diperbarui: 5 Juli 2015   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca novel tentang kisah anak-anak pemulung membuatku memikirkan hal ini.Mereka, anak-anak pemulung itu, memilih dan memilah sampah sepanjang hari, mengumpulkannya, kemudian menjual apa yang bisa mereka jual, dan mendapat uang yang tak seberapa dibanding peluh yang mereka teteskan. Sampah sudah menjadi menu sehari-hari mereka.Bahkan sebelum makan pagi mereka. Nasib menjadi seorang pemulung sudah bisa dipastikan bahkan sebelum mereka bisa bicara, sebelum mereka bisa berjalan.

Jika tak ada mereka lalu siapa yang mengurus - katakanlah sampah rumah tangga - lagi . Bayangkan tak ada yang mengambil sampah-sampah di tempat sampah depan pekaranganmu. Bayangkan gunungan sampah kini menjadi pegunungan sampah berbau busuk. Bayangkan aroma sampah memasuki rumahmu melalui sela-sela jendela kamarmu. Bayangkan... Maka, sudah seharusnya kita berterima kasih pada mereka. Tidakkah kau berpikir mereka adalah masa depan bangsa? Mind-set mereka harus diubah. Pekerjaan mereka itu penting keberadaannya. Mereka turut berperan dalam menjaga dan memelihara lingkungan.

Beri tahu mereka! Jangan mau mengikuti jejak ayah, paman, atau saudara mereka menjadi pemulung yang biasa saja, tapi jadikan mereka pengolah sampah yang inovatif. Beri mereka pengetahuan mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sampah, daur ulang sampah, kerajinan tangan, seni dan nilai jualnya. Selebihnya dapat mereka kembangkan sendiri. Percayalah, mereka bisa lebih kaya darimu suatu hari nanti!

Sumber gambar: elsara-playground.blogspot.com voaindonesia.com surabayapagi.com surabaya.detik.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline