Lihat ke Halaman Asli

Mutia Ridha

I am only human

Review Buku "Menuju Pemikiran Filsafat"

Diperbarui: 10 Februari 2020   04:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

katalog-pustaka.iainbukittinggi.ac.id

Dalam pemikiran ilmiah modern, relasi pengetahuan dan kekuasaan mendapat perhatian yang utama dalam kajian yang dilakukan oleh Foucault. Foucault adalah seorang ilmuwan Barat modern yang konsen kajian-kajiannya pada persoalan relasi pengetahuan dan kekuasaan.

Meskipun Foucault ini bukan orang muslim, tetapi pemikirannya mungkin patut dikaji dalam konteks ini. Kita dalam hal ini perlu mneggunakan ungkapan yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib RA "undzur ma qaala wa laa tandzur man qaala". Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan melihat siapa yang mengatakan.

Ungkapan kearifan ini sangat penting disampaikan agar kita memiliki watak yang terbuka terhadap informasi apapun dan dari manapun tanpa terjerembab pada selubung "etnosentrisme" atau penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya sendiri.

Tentu kita tidak bersifat taqlid semata hanya mengikuti pikiran orang lain. Sikap kritis tetaplah diperlukan. Apakah sebuah informasi tersebut memiliki relevansi dengan apa yang kita perlukan untuk memperluas cakrawala pengetahuan.

Tidak jarang terbersit dalam pikiran kita sebuah pertanyaan apa pengetahuan itu? Bagaimana pengetahuan diperoleh? Mengapa manusia berpengetahuan? Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini sering muncul dan kita pun berusaha untuk mencari jawabannya. Sebelum kita mengkaji tentang apa pengetahuan, ada baiknya dijawab terlebih dahulu kemungkinan manusia mendapat pengetahuan.

Beberapa waktu sebelum diciptakan, Nabi Adam AS telah dikukuhkan sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, tentu saja ia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lain, terlebih ia adalah khalifah dari Sang Pencipta, Allah SWT. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuknya yang sangat sempurna.

Manusia telah dibekali oleh Allah SWT dengan beragam alat pengetahuan yaitu: panca indra, akal, dan hati. Ketiga alat pengetahuan manusia itu merupakan modal dasar yang sangat penting bagi manusia dan memungkinkannya untuk mendapatkan pengetahuan.

Tetapi, kemampuan tahu tersebut bersifat statis. Untuk mengubahnya menjadi dinamis, diperlukan daya pendorong, yaitu keinginan tahu. Mampu tahu dan keinginan tahu berpadu saling membutuhkan. Tanpa kemampuan, keinginan tak akan terwujud. Dan tanpa keinginan, kemampuan pun tak akan tumbuh.

Tidak mengherankan jika para ahli seperti Ibn Sina mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki tujuh kemampuan, satu diantaranya adalah memiliki kemampuan untuk mengetahui apa ada yang disekitarnya.

Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk yang mampu berbicara dan mengeluarkan pendapat dengan akalnya.

Beerling (1996) mengatakan manusia adalah makhluk yang suka bertanya (Anshari, 1979:13)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline