Mengonsumsi sayur merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan tubuh yang sehat. Keberadaan sayur di atas piring sangat bagus, sebab salah satu sumber penting dari banyak nutrisi yang dibutuhkan tubuh ialah sayur.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan masyarakat untuk mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 400 gram per hari, yakni 250 gram sayur atau sama dengan 2 gelas sayur setelah dimasak serta ditiriskan dan 150 gram buah yang setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang.
Di Indonesia sendiri, konsumsi sayur masih rendah dari ambang batas yang ditetapkan WHO. Tentu saja hal itu kurang baik bagi kesehatan karena dapat berakibat sembelit atau diare, dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh pada kesehatan jantung, saluran pencernaan, dan kadar gula dalam darah. Maka dari itu mengonsumsi sayur setiap hari adalah suatu keharusan karena memberikan banyak manfaat.
Seiring dengan tuntutan mengonsumsi sayur setiap hari, minat masyarakat terhadap sayur pun kian meningkat tiap tahunnya. Sayur yang disantap sangat beragam mengikuti kondisi lingkungan dan ketersediaan pasokannya. Saat ini, terdapat jenis makanan sayur baru yang menarik dan dapat menjadi opsi lain dalam memakan sayur, yaitu microgreens.
Dikutip dari artikel yang ditulis oleh Choe dan timnya, dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry pada 2018, Microgreens adalah tanaman muda yang rata-rata dipanen dalam 10-14 hari sejak ditanam dalam bentuk biji. Ukurannya berkisar antara 1 hingga 3 inci.
Microgreens berukuran mungil dan dipanen segera setelah daun pertamanya muncul. Tidak semua tanaman muda dapat dikatakan sebagai microgreens. Sekilas Anda mungkin berpikiran microgreens mirip seperti tauge yang sama-sama sayuran yang dipanen saat masih muda. Namun microgreens dan kecambah (sprout) berbeda. Kecambah dipanen secara utuh saat tanaman terdiri dari biji, batang, dan akar, sedangkan microgreens sudah memiliki daun dan tidak dipanen dengan akarnya.
Microgreens pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 dan hingga saat ini microgreens semakin dikenal khususnya oleh masyarakat urban karena cara penanamannya tidak seperti sayuran biasa. Menumbuhkan sayuran biasa memerlukan banyak lahan, kondisi lingkungan tertentu, dan perlakuan rumit yang mungkin butuh keahlian. Namun microgreens hadir sebagai solusi masyarakat yang tidak memiliki kriteria tersebut. Sehingga microgreens pun semakin digemari banyak orang dan trennya meningkat.
Pemilihan jenis sayur microgreens biasanya mempertimbangkan warna, tekstur, rasa, dan permintaan pasar. Pertimbangan lainnya ialah laju dan kemudahan benih untuk berkecambah. Beberapa sayur yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai microgreens antara lain ialah bayam, brokoli, wortel, seledri, kemangi, kubis, basil, bit, dan masih banyak lagi. Benih microgreens bisa didapatkan dengan membeli di toko daring ataupun toko kebun.
Meskipun berukuran mungil, nutrisi yang dikandung tidak serta merta mungil. Sebaliknya, microgreen memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Sebuah penelitian terhadap 25 jenis microgreens pada 2012 dilakukan untuk mengamati dan membandingkan tingkat nutrisi microgreens dengan sayuran dewasa. Hasil penelitian menunjukkan kandungan konsentrasi vitamin dan karotenoid microgreens lebih tinggi dibanding tanaman dewasa.