Bagi sebagian masyarakat Indonesia pengobatan tradisional tidak menjadi hal baru yang terdengar. Bahkan sebagian dari masyarakat Indonesia masih menjaga pengobatan tradisional sebagai sarana untuk mendapatkan kesehatan sekaligus melestarikan budaya leluhur. Namun, seiring perkembangan waktu persentase penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat cenderung menurun. Sejak tahun 2014 pengguna pengobatan tradisional berada di bawah angka 25%. Perubahan cara pengobatan di masyarakat yang semula tradisional menjadi modern juga menjadi salah satu pola hidup dalam menjaga kesehatan.
Walaupun sudah diatur dalam peraturan undang-undang PP No 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, masyarakat tetap memiliki hak untuk memilih nasib diri mereka sendiri melalui pengobatan modern. Banyak perbandingan yang dilakukan oleh masyarakat dalam memilih pengobatan modern salah satunya tentang efektivitas dan efisiensi.
Pengobatan tradisional yang cukup berkembang pesat di masyarakat adalah akupuntur. Akupuntur menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit seperti saraf terjepit, radang sendi rematik, dan migrain. Salah satu cara pengobatan dengan akupuntur dapat dilakukan melalui kepala, hal ini dinilai dapat meningkatkan risiko rambut rontok bagi wanita. Cara kerja akupuntur dengan jarum juga mengakibatkan timbulnya memar pada bagian yang ditusuk. Menurut Food and Drug Administration (FDA), jarum pada akupuntur harus diberi label "hanya untuk sekali pakai". Risiko yang dihadapi dalam pengobatan secara akupuntur ialah hepatitis akibat penggunaan jarum yang tidak steril. Selain itu, jarum yang digunakan berkali-kali akan menyebabkan infeksi. Kasus paling sering terjadi dari pengobatan akupuntur adalah jarum patah dan merusak organ dalam.
Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan pengobatan tradisional bekam. Cara kerja pengobatan bekam ini dengan dikeluarkannya dara kotor dari dalam tubuh dan diisi kembali dengan darah yang lebih sehat. Banyak masyarakat yang tergiur dengan harga murah dalam praktik bekam ini, padahal praktik bekam asli dan terpercaya bisa didapatkan dengan harga relatif mahal. Dengan promosi harga murah ini terdapat kemungkinan alat yang digunakan tidak steril sehingga dapat memicu terjadinya gatal-gatal, infeksi kulit, hingga memar. Kementrian Kesehatan RI telah memberikan himbauan terkait efek samping pengobatan bekam seperti keloid dan hepatitis C. Jamu menjadi salah satu pengobatan tradisional yang masih berkembang hingga saat ini. Penggunaan jamu sangat bervariasi seperti nyeri, penambah nafsu makan anak, linu, dan kebugaran. Namun, perlu diketahui efek samping yang dapat dirasakan akibat dosis dari jamu yang tidak sesuai takaran adalah diare dan muntah.
Salah satu dokter gizi dari MRCCC Siloam Semanggi, Fiastuti Witjaksana mengungkapkan bahwa penggunaan jamu secara umum tidak memiliki aturan yang berlaku. Fiastuti juga mengatakan pernah menerima pasien yang mengalami kerusakan jantung dan kerusakan ginjal akibat minum jamu. Kesimpulan saya mengenai pengobatan tradisional adalah masyarakat lebih dianjurkan untuk menggunakan pengobatan rumah sakit yang jelas terikat oleh peraturan. Pengobatan tradisional yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat juga sering mengalami masalah yang kemudian dapat memperburuk kondisi tubuh seseorang. Masyarakat perlu mengikuti perkembangan zaman karena saat ini ilmu kesehatan semakin maju dan banyak teknologi dalam kesehatan yang sudah dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan dari yang ringan hingga berat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H