Humor seharusnya membuat kedua belah pihak tertawa-tanpa menyudutkan dan merendahkan pihak lain. Namun, tidak menolak fakta-ketika sudah berkumpul dengan teman di tongkrongan bercandaan kita sering lepas kontrol. Dan salah satu humor yang sampai saat ini masih terus dinormalisasikan adalah HUMOR SEKSIS. Saat humor ini terlontar (kita) ikut tertawa-bahkan nyaris terpingkal-pingkal. Tapi, apa lucunya humor ini?
Apa sih Humor Seksis itu? humor yang paling pandir, karena bersifat merendahkan, menindas, mengobjektifikasikan seseorang berbasis gender, dan cenderung menjadi pelecehan. Beberapa contoh humor subjek yang pernah muncul dari yang terdengar biasa hingga yang paling ekstrim sampai melecehkan, "perempuan mana bisa sih," "cowok kok nangis," "wah ini sih bentuknya mantab, bisa kali," "ada yang bulat, tapi bukan tekad," dan masih banyak lagi. Dan jika kita baper si pelaku akan bersembunyi dibalik kata, "kan Cuma bercanda." Apakah kamu pernah menjadi pelaku ataupun subjek dalam humor ini?
Saya menyakan beberapa teman yang notabenya asik dijadikan teman nongkrong dan diskusi terkait dengan lelucon ini. Sebagain besar dari mereka mengalami menjadi subjek bahan bercandaan tidak mutu ini-bahkan mengaku menjadi si pelaku. Narasumber pertama sebut saja H menuturkan, bahwa humor seksis pasti terjadi. "Pasti ada sih bercandaan gituan, tapi biasanya gak di depan perempuan juga. Dan biasanya cuma di lingkar yang lumayan akrab." (sebagian besar dari realita, humor ini memang kerap ditujukan pada perempuan).
Hampir sama dengan H, narasumber selanjutnya kita sebut saja Y juga mempunyai padangan yang serupa, "bercadaan di tongkrongan yang sulit dihilangkan itu justru bercandaan seksis. Itu nggak cuma di tongkrongan laki-laki aja, tapi juga perempuan juga."
Mari kita beralih ke narasumber selanjutnya sebut saja G, "yah, seperti pada umumnya ya. Aku nggak tahu ya kalau cowok yang komen seperti itu termasuk menyudutkan atau enggak. Karena, aku sendiri ketika bercandaan kaya gitu murni nyeplos aja. Mungkin sama juga ya, ketika cewek lihat cowok ganteng."
Dari obrolan singkat di atas, memang betul humor seksis bisa terjadi di kalangan laki-laki ataupun perempuan. Mari melihat cerita (dari mereka) yang pernah menjadi subjek secara langsung, "Kalau dulu sih awal-awal aku bodoamatan ya, tapi kalau denger lama-lama ya males juga. Tapi, aku coba nanggepin biasa aja. Kadang juga omongan itu dateng dari yang lebih tuas, jadi yam au nggak mau ikutan ketawa aja. Padahal mah kesel juga dengernya," ungkap T yang kerap mendengarkan humor seksis dari lingkungan sekitarnya.
Berbeda dengan T, seorang narasumber berinisial W menyatakan tidak masalah dengan humor ini jika dilakukan oleh orang terdekatnya. "Tapi, kalau gak kenal banget dan emang dasarnya gak cocok, aku gak nyaman. Apalagi kalau yang nge-jokes cowo atau bapak-bapak."
Meskipun, bercadaan seperti itu (terkadang) murni terlontar hanya karena sedang berada di tongkrongan tetap saja itu tidak boleh dinormalisasikan terus menerus. "Kalau bercandaannya udah spesifik ke subjek tertentu udah gak suka gue," imbuh H.
Merujuk pada buku Dari Rahim Ini Aku Bicara karya Ester Lianawati mengungkapkan, jika guyonan para seksisme ini sudah popular sejak jaman dulu dan bisa terjadi di sekolah, kampus, tempat kursus, tempat kerja, bioskop, kafe, pokoknya di mana saja. Mengambil representative di tempat kerja-di mana ini sering terjadi di antara koleganya, sebab adanya relasi kuasa. Jika seseorang yang menjadi sasaran empuk, mereka akan turut tertawa bersama yang lain alih-alih melawannya. Sudah begitu masih saja dianggap baper-an dan tidak tahu selera humor.
Terus, gimana dong cara menanggapi humor seksis ini?
Meningkatkan Kesadaran